29. sesuatu yang sulit untuk diungkapkan

1.1K 137 6
                                    


Di suatu siang, Nana kelihatan sedang duduk di depan jendela. Seperti biasanya, ia merajut sesuatu hingga akhirnya kelelahan dan tertidur. Namun sayangnya rasa lelah dan ngantuk itu tidak kunjung datang juga untuk kali ini. Nana merasa hatinya gelisah ketika mengingat lagi bagaimana beberapa hari yang lalu Jeno meminta maaf padanya untuk alasan yang sebenarnya tak Nana mengerti juga.

Mengapa Jeno harus meminta maaf? Sedangkan pria itu tak tahu apa yang waktu itu Nana rasakan? Begitupun dengan Nana, dia sendiri bingung, apa yang membuatnya selama beberapa hari ini merasakan hal yang sangat membingungkan. Di satu sisi ia tak ingin melihat Jeno, dia benci Jeno. Tapi di sisi lain ia sangat ingin melihat Jeno meskipun hanya untuk saling diam tanpa bicara.

Sudah hampir satu minggu Nana menolak kehadiran Jeno, pria itu pun jadi sering tidur di sofa depan kamarnya, atau kadang tidur di kamar Mark. Setiap kali Nana melihat Jeno, ia akan merasa marah lalu ingin menangis, namun setelah itu ia akan benar-benar menangis karena tak bisa melihat Jeno.

Dan kali ini, karena lelah dan kantuk tak kunjung datang, akhirnya Nana putuskan untuk berhenti merajut dan bertekad untuk keluar dari kamarnya.
Ia ingin sekali turun ke bawah dan duduk di taman, tapi masih merasa takut jika itu ia lakukan sendirian, sampai akhirnya ia memilih duduk di sofa depan tv dan menonton siaran tv yang sejak tadi memang sudah menyala.

Tanpa berpikir siapa yang menyalakan tv, ia memerhatikan ke sekeliling. Sepi dan kosong, ruangan tengah dorm terasa begitu dingin tapi tenang. Inilah yang Nana sedang inginkan, suasana dimana ia bebas untuk menyendiri sambil menyandarkan punggungnya yang lelah di atas sofa sambil melupakan banyak hal dan terhanyut dalam tayangan televisi.
Sampai ketika Nana begitu terpaku pada sebuah tayangan di tv, yakni pada sebuah iklan yang mampu membuatnya berimajinasi.

Tteokpokki dengan saus pedas yang begitu menggugah selera sukses membuat kedua mata layu Nana terbuka lebar, seakan ia melihat sesuatu yanh menyenangkan. Perlahan ia menelan ludahnya sendiri, membayangkan satu potong tteokpokki melesat ke tenggorokannya dan...membuat matanya terpejam menikmati.

Tiba-tiba rasa lapar mulai datang padanya, membuatnya beberapa kali mengulum bibirnya sendiri. Dan, tanpa ia sadari, ternyata Haechan ternyata ada di belakangnya dengan setumpuk buku di tangannya. Gadis itu sepertinya hendak naik ke lantai dua setelah ia mengerjakan tugas kuliahnya di ruang kerja Jeno.

Haechan juga tampak memerhatikan tingkah Nana, ia tahu apa yang terjadi dan ingin sekali bertanya pada Nana. Namun, ia urungkan lagi niatnya. Karena sejak minggu lalu Nana juga tak mau bicara padanya lagi seperti dulu. Nana bahkan menolak semua makanan yang dibuatkan oleh Haechan, ia baru akan makan saat Taeyong saem yang memasak.

Nana membencinya, itulah yang ada di pikiran Haechan sejak saat itu, meskipun ia juga tak tahu apa alasannya Nana jadi begitu. Tapi, kali ini Haechan tak bisa tinggal diam. Ia akan mengabaikan kebencian Nana terhadapnya dan berinisiatif untuk menelepon Jeno di dapur.

"Oppa?"

Oh Haechan-ah? Wae? 📞

"Apa kau sedang sibuk?"

Huh? Eumm ya, setelah ini aku ada rapat. Kenapa? Apa terjadi sesuatu di rumah? 📞

"Oh, tidak...tidak ada apa-apa oppa, hanya saja..."

Kenapa? Katakan saja. 📞

"Umm...oppa, saat pulang kantor nanti, apakah kau bisa mampir ke toko untuk membeli tteokpokki?"

Huh? Tteokpokki? Apa kau sedang ingin makan tteokpokki?📞

"Tidak, bukan aku, tapi eonnie. Barusan aku melihatnya menonton iklan tteokpokki instan dan dia kelihatannya menginginkan itu."

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang