5//Rekonsiliasi pt.3

1.9K 201 1
                                    

[▪]


Setelah berhasil menghindari Jeno dan Mark, Nana berhenti berlari dan duduk di sebuah bangku panjang depan sebuah ruangan.

Peluh menetesi pelipisnya, dan napasnya masih tersengal paska ia berlari barusan.
Meskipun Jeno dan Mark tak mengejarnya, tapi Nana terus saja berlari. Dalam benaknya terus berkata kalau ia harus lari dari kedua pemuda itu untuk menghindari masa lalunya. Sungguh Nana ingin melupakan semuanya dan hidup sendiri saja.

Dentuman jantungnya tak bisa melamban. Pikirannya kembali mengingat ketika rumah Jeno tertutup rapat. Hanya ada seorang pembantu wanita yang berdiri di sana. Dan mengatakan kalau Lee Jeno sudah pergi ke Amerika.




Flashback

Na Jaemina mengistirahatkan punggungnya di atas sofa berbentuk bola yang terletak dalam ruangan cukup besar. Ruangan itu berada di dalam sebuah bangunan yang mereka jadikan sebagai basecamp sejak mereka kecil.

Tempat dimana Jeno, Mark, Nana, dan Haechan biasanya berkumpul setelah pulang sekolah sejak mereka memasuki sekolah dasar.
Ayah Mark-lah yang sengaja membuatkan tempat itu untuk mereka bermain dan belajar. Tentu dulu tempat itu dilengkapi pengamanan dari para bodyguard yang dibayar oleh ayah Mark agar anak-anak itu tetap aman selama bermain.

"Nana, minggu depan kau ulang tahun, kan? kau ingin kado apa dariku?" Tanya Jeno. Remaja lelaki dengan seragam SMA musim panas itu pun kemudian duduk di sofa sebelah Nana sembari merangkul bahu si gadis.

Nana menghela napas.
"Eum...entahlah jangankan aku bisa memikirkan itu sekarang. Menghadapi ujian saja aku sudah hampir stress oppa."

Gadis, berwajah polos cantik dan imut itu mengerucutkan bibirnya lucu.
Ujian akhir semester 1 ini memang sangat membuatnya galau. Ia harus menghafal banyak materi setelah beberapa minggu belakangan ini Nana menyelesaikan kompetisi penulis remaja.

"Yak, Jeno, Kau tidak usah menanyainya soal yang lain. Dia sedang dalam posisi yang kritis sekarang setelah paman memarahinya karena ia selalu terlambat tidur malam." celetuk Mark yang sedang asyik dengan permainan Poker di notebook-nya.

"Siapa bilang? Itu appa saja yang berlebihan." elak Nana terhadap tuduhan Mark. Dan setelah itu berbalas  Mark yang menjulurkan lidahnya.

Jeno terkekeh melihat kelakuan Nana dan Mark yang memang kerap saling mengejek.
"Hmm...bagaimana kalau sebuah lagu? Lagu pertama ciptaanku, oke?" 

Itu memang terdengar aneh, maka dari itu sekarang Mark dan Nana kompak menatap Jeno bertanya.

"Kau mau kan?" Jeno bersikeras memaksa Nana untuk menyetujuinya.

Seketika membuat Mark tertawa keras.
"Hahaha, lagu? Memangnya lagu itu sejenis benda yang bisa digunakan oleh Nana? Bahkan Nana sama sekali tak pernah mendengarkan lagu.  Kau lupakan saja soal lagu. Kau tinggal memberikannya buku harian yang tebal dan pulpen. Aku jamin gadis kecil ini lebih menyukai dua benda itu dan akan menulis sepanjang hari, lalu kemudian dimarahi lagi oleh ayahnya seperti kemarin."
Mendengar Mark terus menggodanya, Jaemin pun tidak terima.

"Yak oppa!" Jaemin bangkit dari sofa dan kemudian menindihi tubuh Mark yang lebih besar darinya. Gadis mungil itu berusaha menarik hidung kakak sepupunya untuk membalas dendam.

"Ahahaha...hentikan Na! Kau mau aku melakukan ini huh? Huh? Huh?!" Mark menggelitiki pinggang Nana, membuat gadis itu menggeliat geli dan tertawa sampai perutnya sakit. Nana memang paling tidak tahan dengan tindakan seperti ini.

Melihat pergulatan seru itu, tentu saja Jeno tak ingin ketinggalan. Segera ia ikut menyerang, ia memeluk Nana agar Mark leluasa menggelitikinya, membuat gadis itu kewalaham diserang oleh dua anak laki-laki yang gerakannya begitu gesit.

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang