11. Phobia//pt 2

1.3K 155 4
                                    

[▪]

Pagi sekitar pukul 5 pagi, Haechan terbangun dengan pikiran kacau. Sebab Nana yang sejak malam ia tunggui dan ia jaga nyatanya sekarang tak ada di kasurnya.

Haechan bergegas mencari, menyusuri beberapa ruangan di lantai dua demi menemukan Nana, tapi sayangnya Nana tak ada di manapun.
Sampai akhirnya ia putuskan untuk turun ke lantai bawah, ia melihat Jeno dan Mark yang kini sedang tertidur di atas sofa.
Gadis itu bisa melihat betapa pulas tidur kedua oppa-nya sekarang, sampai sampai ia tak berani membangunkan.

"Mereka pasti sangat kelelahan setelah semalaman mencari solusi untuk menyelamatkan eonnie. Sebaikanya aku cari sendiri saja-"

Brakk

Tiba-tiba suara gaduh itu terdengar dari arah dapur. Awalnya Haechan agak ngeri, tapi demi rasa penasarannya ia pun berjalan ke dapur dan melihat seseorang tengah berdiri di depan lemari es.

Karena lampu dapur masih dimatikan, hanya ada cahaya minim dari ruang makan yang letaknya di sebelah dapur, Haechan pun hanya bisa melihat bayangan sosok berambut panjang yang kacau tengah menyembunyikan setengah dari tubuhnya di dalam pintu lemari es.

Haechan meneguk ludahnya susah payah. Berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk mengetahui siapa sosok menakutkan yang kini tengah membuka lemari es. Kemudian ia berjalan perlahan ke arah tempat saklar lampu berada. Dan...

Trakk

Seketika cahaya lampu menerangi seisi dapur dan membuat sosok berambut panjang itu mendongak ke sana ke mari bingung.
Haechan juga terkejut, karena sosok itu bergerak gusar, dan ia putuskan untuk berjalan mendekati si sosok berambut panjang. 

Dan ketika sosok itu berbalik, ternyata itu adalah Na Jaemina.

Segera Nana mundur dari pintu lemari es dan menampakan keseluruhan  wajah kacaunya. Kedua tangannya belepotan dengan noda semu merah, dan di sekitar mulutnya pun begitu, membuatnya seperti hantu wanita yang baru saja selesai memakan daging anak kecil. Padahal yang ia makan sekarang adalah semangka.

"Eonnie?"
Lirih Haechan lega.

Karena sudah keperegok, Na Jaemin pun bergegas untuk pergi meninggalkan Haechan. Namun baru saja Nana mengambil langkah, Haechan lekas bicara lagi.

"Apa kau lapar? Aku akan masakan sesuatu!" Kata Haechan spontan. Ia sendiri merasa jantungnya berdebar sekarang, lantaran takut Nana akan mengamuk atau memakinya seperti yang dilakukan gadis itu pada Jeno dan Mark.

Tapi itu tidak terjadi.
Nana membalikan tubuhnya dan kemudian menatap Haechan dengan ekspresi datar.

"Aku akan memasak untukmu,"
Sekali lagi Haechan meyakinkan Nana.

"Tidak usah!" Jawab Nana singkat dan ketus, lalu ia berbalik.
Tapi sebelum Nana sempat melangkah lagi Haechan kembali berkata.

"Aku janji! Aku tidak akan banyak bicara. Aku akan diam dan hanya memasakan makanan untukmu. Aku tidak akan bertanya apapun. "

Mendengar pernyataan itu, Nana pelan-pelan menoleh ke arah Haechan. Dilihatnya senyuman manis nan canggung tercetak di wajah manis Haechan. Senyuman yang seolah menyatakan kalau Nana bisa percaya padanya.

Nana tak menjawab apapun. Dia hanya kembali duduk di kursi depan meja makan sambil menunduk.
Itu adalah isyarat jika Nana setuju dengan tawaran Haechan.

Melihat itu, Haechan tersenyum penuh semangat. Ia tak menyangka kalau Nana mau mendengarkannya setelah banyak penolakan yang gadis itu lakukan sebelumnya. Dan ia pun mulai memasakan beberapa hidangan yang kira-kira dulu menjadi favorit Nana. Yaitu Steak tofu dan Samgyetang (Sup ayam khas Korea). Untung saja Mark sudah sempat mengisi lemari es dengan bahan makanan sore tadi ketika ia belanja ke minimarket.

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang