31.Polarisasi pt2

1K 144 24
                                    

Warning 4K words

Segala bentuk pengorbanan tidak akan pernah jadi percuma, dan setiap harapan-sekecil apapun itu-jika kita yakin, pasti Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik. Sama halnya dengan yang Jeno lakukan selama ini. Bukan hanya untuk Nana, tapi juga untuk hatinya. Dengan sangat sadar Jeno mengakui bahwa ia sudah berhasil menumbuhkan perasaannya terhadap Nana, walau ungkapan cinta masih belum terpikirkan olehnya, karena kondisi Nana yang ia kira belum siap untuk hal semacam itu, tapi Jeno semakin yakin, kalau semua yang ia lakukan adalah karena ia mencintai Nana.

Sekarang Jeno duduk di sebelah brangkar tempat Nana berbaring. Pandangannya teralih pada tangan kurus berhias cincin pernikahan mereka. Dalam batin, Jeno ingin sekali menggenggam tangan itu lagi seperti tadi, tapi melihat Nana kini hanya menatap kosong pada langit-langit kamar, ia urungkan lagi niatnya. Ini bukan saatnya untuk menyentuh Nana. Gadis itu butuh waktu untuk menenangkan diri.

"Apa kau haus?"

Mata Nana mendelik sedikit ke arah Jeno, lalu menggelengkan kepalanya. Dari sorot matanya, Jeno bisa melihat kalau Nana sedang gusar menatap ke arah pintu masuk ruangan.

Lekas Jeno bangun dari duduknya dan memeriksa keadaan di luar pintu. Kosong tak ada siapapun, karena ini sudah masuk jam malam. Tapi untuk berjaga-jaga, Jeno memutuskan untuk menghubungi beberapa orang suruhan Chanyeol agar berjaga di depan pintu masuk ruang inap.  Setelah itu Jeno kembali ke dalam kamar dan duduk lagi di tempatnya.

"Di luar sudah aman, istirahatlah, oppa akan menjagamu di sini."

Tak menjawab apapun, Nana hanya memejamkan matanya sambil menggenggam erat ujung selimut yang menutupi dadanya. Melihat tangan istrinya menggenggam erat seperti itu, akhirnya Jeno jadi punya alasan untuk menggenggam erat tangan itu agar membuat Nana tenang.

"Tenanglah, tanganku akan selalu memegangmu seperti ini."

Dan tak disangka Nana mau meraih genggaman tangan Jeno dengan kedua tangannya, merasakan hangat lama kelamaan mulai menenangkan dirinya.

Senyuman kecil Jeno terbit begitu saja. Ia tak menyangka kalau hari ini Nana akan menggenggam tangannya seperti ini dan memanggilnya lagi.











Sekitar pukul tiga pagi, Jeno yang ketiduran sambil duduk dengan posisi kepala bertumpu ke kasur dan tangannya memegang tangan Nana, terbangun karena tenggorokannya terasa kering.

Bukan hanya itu, seluruh tubuhnya pun sakit karena tidur dengan cara yang tidak benar selama beberapa jam. Tapi setelah itu ia abaikan rasa sakit itu, ia lihat Nana juga sedang tidur pulas. Sebelum memutuskan untuk keluar untuk mencari minum, Jeno sempatkan untuk mengusap kepala istrinya dan mencium dahi Nana lembut.

"Sukurlah, akhirnya kau bisa istirahat juga."

Setelah itu, Jeno pergi keluar dan menitipkan Nana pada dua orang pria yang Chanyeol kirimkan.

"Aku akan keluar sebentar, kalian jaga di sini. Ingat, awasi setiap orang yang masuk ke dalam ruangan ini."

"Baik tuan."

Tujuan Jeno adalah kafetaria yang ada di dalam rumah sakit, atau paling tidak ia akan menemukan minum di showcase drink yang tak jauh dari lorong bangsal rumah sakit.

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang