33. Fakta

1.1K 132 11
                                    


Perkataan Taeyong tadi pagi itu memang membuat Nana sangat sakit hati, tapi setelah lama ia pikirkan lagi, ternyata perkataan Taeyong itu benar. Seorang wanita-apalagi istri-harus bisa memberikan kenyamanan untuk lelaki yang hidup bersama dengannya.

Nana sadar betul kalau saat ini perasaannnya pada Jeno lebih dari sekadar merasa nyaman saja, tapi ia juga sudah mulai berharap kalau suatu hari nanti ia dan Jeno akan hidup bersama untuk bahagia. Walau terkadang ia merasa dirinya tidak pantas untuk Jeno, tapi ketika Nana melihat raut wajah senyum Jeno kala menatapnya, dia jadi merasa serakah dan ingin memiliki pria itu seutuhnya.

Apa yang dikatakan oleh Taeyong sebelumnya memang benar. Nana memang hamil oleh pria lain, tapi itu bukan kesalahannya, dia adalah korban pemerkosaan, dan mengenai keputusan Jeno untuk meninggalkan karirnya dan ikut terjun ke dalam masalah Nana, itu juga bukan salah Nana, karena Jeno yang menginginkannya.

Jadi Nana pikir sekarang sah saja kalau dia ingin mempertahankan Jeno agar tetap berada di sisinya.

Dan siang ini, di saat keadaan dorm sepi, hanya ada Taeyong yang menjaga Nana. Dosen itu juga kelihatan tengah tertidur di depan televisi yang menyala---Nana turun dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur. Dengan pandangan matanya yang layu, Nana memendarkan tatapannya ke sekitar. Ia baru sadar kalau keadaan dapur di dalam dorm ternyata jauh lebih besar dari sebelumnya, di sana juga kelihatan bersih dan rapi, Haechan benar-benar gadis yang hebat dalam mengurus rumah, itulah pujian yang secara tak sengaja terucap di hati Nana.

Tapi, akibat pujian itu, secara spontan hati Nana menciut lagi karena Haechan memang lebih unggul ketimbang dirinya. Pantas saja gadis itu selalu mendapat pujian dari Jeno.

Namun, kembali lagi ke niat awalnya pergi ke dapur, yakni ingin tahu caranya membuat sesuatu yang mungkin suatu hari nanti bisa ia berikan pada Jeno, seperti halnya syal yang ia rajut.

Perlahan, dengan meragu Nana mulai memegang gagang wajan yang ada di tempatnya, gadis itu mengangkat wajan berlapis teflon tersebut dan meletakannya di atas kompor. Ia membayangkan lagi apa yang biasanya dilakukan orang-orang saat memasak, yakni memegang wajan, spatula dan memasak sesuatu. Tapi, saat ia lihat ke dalam wajan yang kosong, pikiran Nana kembali blank. Ia tidak tahu apa yang harus ia masak.

Kemudian Nana mencoba untuk menyalakan kompor, tapi sayang katup gasnya ditutup. Sepertinya Haechan sengaja melakukan itu sebelum pergi ke kampus siang ini.

Otomatis wajah Nana jadi cemberut kecewa, ia duduk di kursi meja makan yang tak jauh dari posisi dapur, menatap wajan yang telah ia tarus itu sambil berpikir bagaimana cara menyalakan kompor?

Tak hilang akal, Nana pun mencari tutorial cara menghidupkan kompor lewat internet dalam ponselnya. Setelah itu ia berjalan lagi ke depan kompor dan menemukan katup gas yang ternyata ada di bagian pipa kecil yang tertempel di dinding. Segera Nana membuka katup gas tersebut dan mulai menyalakan kompor. Dan alangkah senangnya Nana saat kompor itu kemudian bisa mengeluarkan api.

Secara tak sadar ia tersenyum menyadari keberhasilannya dalam menghidupkan kompor, sebab seumur hidupnya Nana memang tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di dapur untuk memasak. Kemudian ia membuka lemari es, mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia masak, padahal ia sama sekali belum mencari referensi masakan apa yang akan dia buat sebelumnya.

Ia mengambil beberapa sayuran dan satu potong daging besar. Namun saat ia berbalik untuk menyimpan sayuran di kitchen table, kedua matanya membola melihat api keluar dari atas wajan, benar, Nana baru ingat kalau tadi ia membiarkan kompornya menyala begitu saja dengan wajan tanpa apapun di atasnya.

Nana pun panik dan reflek berlari untuk mengambil wajan, karena asap sudah mulai tebal memenuhi seisi dapur.

"Uhuk-uhuk! Ada apa ini--- hei! Jangan dipegang!"

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang