13//Estimasi pt.2

1.1K 136 1
                                    


[▪]


Sementara itu, di kamarnya, Nana sedang merintih kelaparan. Karena tadi ia sempat melihat keberadaan Jeno bersama Mark dan Haechan tengah mengobrol dengan dua dosennya, ia jadi mengurungkan niatnya untuk mencari makanan di dapur. Sebab posisi dapur memang cukup dekat dengan ruang tengah.

Terkecuali terhadap Haechan, sebenarnya ia merasa tak masalah tentang keberadaan gadis itu. Mungkin karena Haechan tak terlalu banyak bicara seperti yang lainnya, sehingga Nana bisa lebih nyaman. Berbeda kedua dosennya itu dan kedua teman prianya. Jadi ia putuskan untuk kembali ke kamar. Daripada ia harus berhadapan dengan dua dosennya itu lalu ditanyai segala macam, ia lebih memilih untuk kelaparan.
Alahasil perutnya sekarang sakit akibat kosong terlalu lama.


Tok

Tok

Tok


Suara pintu kamar yang diketuk mengejutkannya.
"Eonnie! Apa eonnie sudah bangun?"
Segera Nana kembali berbaring di ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut, pura-pura tidur.




Ceklek



Karena tak ada jawaban, Haechan pun akhirnya membuka pintu. Di tangannya ada senampan makanan dan beberapa camilan buah segar yang sengaja ia siapkan untuk Nana.

"Oh, dia masih tidur." Bisik Haechan.
Kemudian gadis itu menempelkan telapak tangannya di kening Nana, memastikan kalau eonnie-nya itu sudah tidak demam seperti tadi sore.

Dan akhirnua napasnya bisa terembus lega saat dirasa keadaan Nana sudah membaik. Setelah itu Haechan merapikan selimut yang menutupi setengahnya tubuh nana, dan kemudian ia bergegas keluar. Meninggalkan Nana agar tak mengganggu tidurnya.

"Huft!" NAna mengembuskan napas leganya. Kemudian matanya langsung teralih pada senampan makanan yang dibawakan oleh Haechan.
Tanpa menunggu lagi, ia segera menyambar makanan dalam mangkuk dan segera memakannya.

Ya, dia pasti kelaparan setelah puasa selama lebih dari 8 jam akibat dari kejadian tadi pagi. Sekarang gadis itu makan dengan sangat lahap tanpa memikirkan apapun lagi.
















***

Keesokan harinya.

Pagi ini Jeno duduk di samping ranjang tidur Nana. Sudah lima belas menit ia menatap gadis itu tanpa bergeming.  Hanya menatap wajah lesu itu, meskipun tangannya ingin sekali membelai surai Nana yang berantakan.

Karena hari ini ia memiliki jadwal untuk beberapa pemotretan, sehingga ia harus pergi dari dorm pagi pagi dan kemungkinan hingga beberapa hari ke depan.

Rasa khawatirnya belum kandas, malah justru semakin bertambah di setiap kali ia melihat wajah Nana yang begitu pucat. Harapannya sekarang hanyalah Nana segera bisa kembali sehat. Begitupun bayi yang ada dalam kandungan gadis itu. Ia berharap tak akan terjadi apapun pada keduanya. Karena melihat gadis itu tertekan dalam kondisi tubuh yang ringkih, membuatnya merasa sangat hancur, dan ia juga tak tega jika bayi tak berdosa di perut Nana itu ikut merasakan penderitaan. Walau bagaimanapun itu adalah darah daging adik kesayangannya.

"Nana, oppa pergi dulu..." bisik Jeno lebih merunduk lagi ke arah wajah Nana.
"Mungkin kau tidak bisa mendengar ucapan oppa sekarang karena kau sedang tidur pulas. Tapi, oppa harap kau akan baik-baik saja bersama Mark dan Haechan di sini. Oppa akan kembali secepatnya. Oppa janji."

Segera setelah itu Jeno memberanikan diri memegang punggung tangan Nana dengan sangat lembut untuk sekadar berpamitan secara langsung.
Meski ini mendebarkan, sebab ia khawatir kalau Nana nantinya akan terbangun dan histeris lagi melihat Jeno ada dihadapannya.

Obssesion //Nomin GS Version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang