Bab 1

767 107 22
                                    

Jatuh cinta tidak pernah ada dalam rencanaku tapi
Jatuh cinta bisa datang kapan saja dan dimana saja.
Hal inilah yang membuatku mencintaimu adalah
Pilihanku.

-Arum Khadijah

Pagi hari telah tiba angin sepoy-sepoy burung beterbangan, alarm pun berbunyi dari handphone seorang gadis pemalas, bertubuh munggil dengan rambut yang digerai.
Alarm yang telah berbunyi berulang kali pun tak membuat gadis itu bangun pada akhirnya pintu kamar berbunyi.

Tok- Tok-Tok!

Lantas gadis itu pun terkejut mendengar suara ketokkan pintu yang begitu kencang dari pintu kamarnya yang bernuasnya cream itu. Sang pemilik kamar pun bergegas membukakan pintunya, ya yang mengetuk pintunya tak lain adalah Aisyah mamanya. "Cepet bangun nak nanti kamu telat coba liat sekarang sudah jam berapa! Kakak kamu aja udah siap." Ucap Aisyah dengan nada tinggi sambil turun tangga.

Arum Khadijah begitulah namanya. Gadis yang selalu bangun terlambat, Arum pun mendengar ucapan Aisyah dan bergegas untuk bersiap-siap. Aisyah yang sedang menuangkan susu ke gelas, seketika pun terkejut mendengar teriakkan anak bungsunya.

"Selamat Pagi semuanya." Teriak Arum.

Arum yang super-duper ceria pun menghampiri seorang cowok tampan yang tengah memasang dasi.

"Hallo kakak ku yang jelek," ujar Arum tengah memakan roti.

Barra Ibrahim namanya, cowok bermata coklat dengan rambut yang teracak pun kesal mendengar ucapan sang adik. "Apansih dek masih pagi juga, udah sana keruang makan." Cibir Barra sambil keluar kamar.

"Tungguin Arum dong, main tinggalin aja kakak!" teriak Arum.

"Arum kok kamu ngak pakai kerudung?" tanya Aisyah.

"Arum ngak suka ma," bantah Arum dengan muka cemberut.

"Gak boleh gitu cantik, itu aurat. Pakai sana" ucap Aisyah dengan tegas.

Arum yang mendengar ucapan Aisyah langsung bergegas ke arah kamarnya.

Usai menyatap sarapan, kakak beradik itu bergegas menuju ke sekolah. Sudah sepuluh menit Arum tak kunjung keluar membuat Barra yang sudah lama menunggu merasa kesal. "Arum cepet dong bentar lagi masuk sekolah," Teriak Barra.

Arum yang turun dari kamarnya membuat Aisyah terpesona dengan kecantikkan anak bungsunya. "Naa ginikan lebih cantik anak mama," ujar Aisyah dengan menggelus kepala Arum.

"Heheh, iya ma. Arum berangkat dulu ya, kak Barra udah ngomel tuh." ucap Arum dengan menyalami tangan Aisyah.

"Lama banget sih, makanya bangun tuh awal dikit kek. Ini telat mulu ribet tau ngak sih!" cibir Barra.

"Sabar ngapa sih, maaa Arum dengan kakak jelek pergi dulu ya, dadah mama." Ucap Arum sambil melambaikan tangan kepada Aisyah.

Andai saja sekarang mereka berdua sedang berada dirumah, mungkin nasib Arum saat ini dilempar bantal oleh kak Barra.

Mereka hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai ke SMA Nusa Bangsa. Arum yang langsung turun melepaskan helm hitam dari kepala, menyerahkannya kepada Barra dan langsung berlari ke dalam sekolah membuat Barra kebinggungan.

"Nih helmnya, Bay." Ucap Arum dengan memberikan pada Barra dan berlari ke dalam sekolah, tingkah laku gadis itu membuat Barra menatapnya dengan kebingungan.

"Kesambet apa nih bocah, biasa nungguin ini malah ditinggal," Ujar Barra yang kebinggungan.

"Kenapa sih Bar masih pagi juga tuh muka udah kesal." Tanya Dika dengan tangan yang memainkan kunci motor.

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang