Bab 8

166 39 9
                                    

Assalamu'alaikum, semuanya. Alhamdulillah udah sampai ke BAB 8 nih, selamat membaca...

Eitss bentar, jangan lupa tinggalkan vote + komen ya, terima kasih.

🕊️🕊️🕊️

Saat kamu yakin bahwa setelah kesengsaraan ada sebuah kebahagiaan dan setelah air mata yang mengalir ada sebuah senyuman,
maka sesungguhnya kamu telah melaksanakan ibadah yang amat agung yaitu berhusnudzon pada Allah.

Tampak mendung menyelimuti awan putih disertai angin yang kencang di pagi hari. Senyuman terpatri pada wajah seorang gadis yang merapikan Khimar berwarna putih di kepalanya, usai salat tahajud tadi gadis itu merasa lebih tenang tentang hatinya. Benar saja bahwa ketika kita membangun komunikasi pada Tuhan dan mencurahkan apa yang kita rasakan, beban yang dipundak terasa hilang dari diri kita. Dia tak hanya mendengar keluh kesahmu, melainkan Dia memberimu kekuatan dengan ujian yang Ia datangkan untukmu, Agar kamu tetap mengenalnya dan terus mengingatnya serta menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah.

Di meja makan, sudah ada Barra, Yusuf, dan Aisyah yang lebih dulu turun. Otak dan hati gadis itu masih saling memperdebatkan tentang Ali, ya, siapa lagi kalau bukan lelaki itu, di satu sisi Arum ingin mengikhlaskannya dan disisi lain sebuah pengharapan pada Ali terus terbayang di benaknya.

Akhirnya, Arum memilih untuk mencoba mengikhlaskannya. Yah, itu jauh lebih baik dari sebuah harapan yang tidak akan pernah menjadi nyata jika kita menaruh harapan selain Allah dan mengabaikan Diri-Nya.

"Sini, nak. Sarapan," ajak Aisyah menuangkan air ke dalam gelas.

Gadis itu duduk tepatnya di samping tempat duduk Aisyah. "Pah, mau hujan nampaknya Arum di rumah aja ya gak sekolah," ujar Arum.

Ucapan gadis itu membuat di sekitarnya terperangah, ada apa dengan Arum? Padahal kemarin-kemarin dia yang lebih semangat berangkat ke sekolah. Tumben kali ini gadis itu turun dengan raut wajah yang tidak biasanya. Mungkin moodnya kurang baik.

"Apansih Lo, lebay! Gitu doang langsung gak mau sekolah," cibir Barra.

Lelaki itu paling anti tidak masuk sekolah, hampir setiap absennya tidak ada tanda alpa ataupun, izin. Barra memang anaknya disiplin lelaki itu bahkan tak pernah mengenal kata cinta, hidupnya terasa tidak ada beban yang di rangkul. Barra paling tidak suka melihat seseorang yang tidak datang ke sekolah hanya karena hal sepele. Baginya kita harus bersyukur masih bisa sekolah, banyak anak yang di luar sana tak seberuntung dirinya.

"Papa yang ngantar kalian berdua ke sekolah," jawab Yusuf menikmati sesuap nasi goreng yang di buat Aisyah.

"Habisin sarapan kamu, habis itu berangkat sekolah, sudah jam 7 itu." Tutur Aisyah.

***

Sekolah yang terasa sepi banyak siswa-siswi yang tidak hadir di sekolah karena hujan yang deras di pagi hari. Tapi itu tidak ngaruh pada Ali, lelaki itu datang lebih awal dari biasanya. Ali yang berpapasan dengan Arum, ketika pemuda itu menuju ke kantin menimbulkan suasana canggung di antara keduanya.

"Apa ini waktu yang tepat untuk meminta maaf pada Arum?" batinnya bersuara.

"Tapi... Kalau aku gak minta maaf, aku gak tega liat dia mengeluarkan air mata karena ulah ku," ucapnya dalam hati seraya menggaruk kepala.

Bagaimana pemuda itu tidak tenang, ia telah membuat seorang wanita meneteskan air mata atas nama dirinya. Rasa bersalah akibat perkataannya selalu terbayang di dalam pikirannya, bukan kah mencintai hak setiap orang? Lantas kenapa ketika Arum hanya memberi tau ia mencintai Ali, laki-laki itu malah menyakitinya dengan ucapannya. Gadis itu hanya mengutarakan bukan berniat jahat atau memaksanya untuk menjadi memilikinya. Hati wanita sangat lembut sama seperti kapas, ia tidak akan pernah sanggup mendengar ucapan yang menyakitkan dari mulut lelaki yang ia cintai.

Ali memutuskan untuk meminta maaf dan berbicara terakhir kalinya, yah, bentar lagi mereka akan berpisah. Namun, Arum malah mengabaikan panggilan dari Ali, bahkan gadis itu tak menoleh sedikit pun, ia berjalan seakan-akan tidak ada orang di sekitar lorong itu. Tapi, Ali tak menyerah ia berlari menghampiri Arum yang sudah lima menit berlalu di depannya.

"Arum...Ada hal yang mau saya bicarakan," ucapnya seraya berjalan menyetarakan langkah Arum.

Ali tidak mendapatkan respons dari Arum, gadis itu terus berjalan tanpa melirik sekitarnya. Dari rumah gadis itu berniat untuk mengikhlaskannya mungkin ini cara satu-satunya yang ia pilih menghindar dan mengabaikan Ali... lelaki itu menghentikan langkah kecil gadis itu.

Cara terbaik menghukum orang yang menyakitkan adalah diamkan, tidak perlu diperdulikan lagi. Itu lebih menyakitkan sekali. Bersyukurlah, jika seseorang masih marah, menyindir, dan sebagainya denganmu. Karena, kalau kita sudah di anggap angin lalu, kita seperti 'dihapus' dari muka Bumi.

"Kamu tu kenapa, saya cuman mau bicara sebentar," ucapnya.

Arum hanya melirik Ali, gadis itu tidak ada mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya itu padahal, Arum adalah seseorang yang paling heboh dan sering nyerocoskan hal yang tidak penting. Apalagi diajak bicara sama cowok yang dia cintai pasti hebohnya gak ketolong....

"Hedeh...Ngapain sih segala mau ngomong nih cowok, buat gue makin gak bisa move on," gerutunya dalam hati.

Arum mengabaikan perkataan lelaki itu, ia memilih untuk berjalan. Tetapi Ali masih mengejarnya dan memberhentikan langkah gadis itu.  Arum tidak melihat Ali yang berada di sampingnya gadis itu tetap fokus dengan arah pandangnya ke depan----Suara yang memanggil nama Ali bergema di setiap sudut lorong SMA Nusa Bangsa, tampak seorang wanita yang berdiri di ujung lorong itu.

"Ali...saya cariin kamu dari tadi, ternyata di sini," ucap Nayya ngos-ngosan.

Gadis itu menatap Ali dan Nayya dengan raut wajah penuh kebencian, Arum sudah tidak dapat menahan emosi dan rasa cemburunya, ia pun pergi begitu saja dari tempat kedua orang itu berdiri. Ali menghela napas kasar dan mengacak frustasi rambutnya, kenapa harus ada Nayya sih! Ahhh....


Terima kasih yang sudah mampir dan membacanya. Jangan lupa tinggalkan vote kalian ya.

Gimana dengan ceritanya? Yuk kasih masukkan di kolom komentar 👇 atau DM @intanatkh_

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang