JARAK UNTUK KITA ✓

Bab 17

Assalamu'alaikum, maaf banget baru sempat update :) siap-siap penasaran ya!

Selamat membaca....

Canda tawa dari ruang keluarga bernuansa putih dilengkapi sofa dan tv yang sangat besar. Pajangan foto bertebaran di dinding, terdiri 5 anggota keluarga yang sedang berkumpul. Suasana yang sudah lama tidak dirasakan gadis berumur 19 tahun itu, apalagi sekarang tambah ramai karena terdengar suara tawa bayi.

"Azka lucu banget sih"

"Anak siapa dulu Ayah Barra,"

"Yaelaa iya dah."

"Makanya nikah biar Azka ada temannya," canda Barra.

"Papaaaaa!"

"Barra jangan ngomong gitu, jadi ketahuankan kalau Arum pengen nikah."

Papa dan kakak sama saja, tak berhenti menggoda gadis itu. Ditengah canda tawa keluarga itu, ponsel milik Arum berbunyi pesan masuk dari nomor yang tak dikenal. Arum mengecek pesan itu sedangkan yang lain masih asik bicara.

+62 9577 ****
Assalamu'alaikum

Arum mengerutkan keningnya, foto profil yang tidak terpajang, nama yang tidak tercantum dinomor itu. Arum memainkan jarinya mengetik satu persatu huruf di keyboard.

Arum Khadijah
Wa'alaikumussalam, ini siapa?

Tanpa menunggu, pesan Arum langsung dibaca. Seseorang itu mulai mengetik, Nettt! Bunyi kembali.

+62 9577 ****
Masa gak kenal, pria tampan di London. Masih ingat gak?

Kedua Alis tebal itu terangkat, seperti Zain? Bagaimana bisa dia mengetahui nomor Arum? Arum sama sekali tidak pernah memberitahu nomor miliknya ,ya, gadis itu sangat hati-hati. Satu pertanyaan mengelilingi pikiran Arum. Entahlah pria ini selalu saja membuatnya kaget, dari pertama bertemu, di perpustakaan, di taman, sekarang malah chat. Pria ajaib yang tidak bisa ditebak.

+62 9577 ****
Kok dibaca doang? Bales dong capek tau nunggunya -_-

Arum Khadijah
Kak Zain?

+62 9577 ****
Yaiyalah siapa lagi masa power rangers :)

Ohya rumah kamu di mana?

Arum Khadijah
Kenapa tanya rumah kak?

+62 9577 ****
Masa lupa :( ingat isi surat yang di kotak itu gak?

Surat setelah mikir beberapa menit akhirnya gadis itu ingat, kotaknya masih Arum simpan sampai sekarang.

"Woyy salat, serius bener main hp."

"Astaghfirullah, ihh iya iya."

Arum meletakkan ponselnya di sofa, arloji jam menunjukkan pukul setengah 12 waktu Dzuhur telah tiba gadis itu melangkah kecil mengambil air wudhu, membentangkan sajadah. Allahuakbar....4 anggota itu melaksanakan salat sesibuk apapun ibadah tetap harus dijalan, tempat di mana menyejukkan hati, pikiran,  salat bekal kita diakhirat, kita adalah pendosa yang akan merasakan kematian, tidak luput dari kesalahan, sebaiknya kita mempersiapkan, selalu ingat bahwa kematian itu akan selalu datang tiba-tiba. Semoga bekal kita semua diterima disisi Allah aamiin.

***

"Udah jangan bantu mama, kamu siap-siap aja."

"Aza tolong bantu Arum ya nak."

Aza menganggukan kepala dan membawa gadis itu pergi ke kamarnya. Sedangkan yang lain masih sibuk, mama nyiapin makanan, Barra dan Papa bersih-bersih.

"Barra itu disofa masih ada debu."

"Yang bersih awas aja masih ada debu, tidur diluar nanti!" Ancam Aisyah.

Hari ini super sibuk banget apalagi mama rempongnya mengalahin beo. Di kamar Arum dan Aza menghadap ke kaca. Satu persatu baju dikeluarkan dari dalam lemari
mencari yang cocok untuk Arum.

"Kak Arum boleh tanya?"

"Boleh sayang, tanya apa?"

"Kak waktu itu deg degan kencang apa biasa aja, kok Arum takut ya kak."

"Pasti, percaya aja sama Allah Dia yang lebih tau jangan takut ya kan ada kakak."

Tiba tangisan Barra junior sepertinya anak itu haus, Aza mengangkat bayinya ke pelukan yang dirindukan bayi. Arum berkaca rasa gugup, takut, sekaligus jantung yang tak berhenti berdetak. Rasanya pengen copot, kalau bisa Arum ingin pingsan tapi sayangnya tubuh gadis itu kuat Arum belum pernah merasakan yang namanya pingsan hehe.

Gimana ceritanya? Semoga suka, tinggalkan vote dan komen kalian ya, dishare juga terima kasih.