Rasa sakit hati menjadi wujud kesadaran
Bahwa kita terlalu mencintai makhluknya
sehingga, kita lupa yang terbaik hanya Cinta Allah.Langit malam terlihat indah dipenuhi taburan bintang di atas sana itulah, yang menyinari Ibu Kota. Aisyah tengah berada di dapur menyiapkan makan malam, melihat garam sudah habis.Ia hendak memanggil Barra untuk membelinya tetapi, lelaki itu sedang les di luar. Aisyah pun meminta anak bungsunya siapa lagi kalau bukan Arum Khadijah.
Arummm...Arummm...Arummm! Teriak Aisyah dari arah dapur.
Arum yang tengah melamun melihat ke arah luar jendela, dengan kedua tangan yang berada di pintu papan jendela. Mendengar namanya, gadis itu pun menoleh ke belakang, ia pun turun menghampiri suara yang memanggilnya.
"Ada apa, Ma?" Tanya Arum dengan raut wajah yang tak biasanya.
"Kamu kenapa nak?" Tanya Aisyah melihat raut wajah Arum, sambil memotong wortel.
"Enggak ada apa-apa, Mama," Ucapnya.
"Oh yaudah, tolong beliin mama garam ya di depan, tadinya mama mau nyuruh Barra, karna dia lagi les kamu aja yang tolong Mama," ujar Aisyah memasukkan wortel ke panci.
"Siapp, Ibu Negara." Ucap Arum dengan mengangkat tangan kanan memberi hormat pada Aisyah.
Aisyah yang melihat tingkah laku usil anaknya tersenyum lebar. Jam menunjukkan pukul 19:00 WIB, sedangkan Yusuf pulang sekitar jam 22.00, ya, begitulah lembur dengan pekerjaan yang padat. Yusuf memang jarang menghabisi waktu bersama keluarga, lelaki itu lebih sering mengabiskan waktu di kantor. Yusuf harus lembur karna baru saja mendapatkan proyek yang besar.
Arum keluar dari pagar untuk membeli titipan mamanya, gadis itu melihat ke kiri dan ke kanan saat mau melangkah ke arah luar.
"Aman gak ya? Aduhh, sebenernya keluar malam gue takut. Ntar, di kejar sama guk guk gimana?" Ucapnya sambil melangkah.
Maklumlah di komplek sebelah banyak sekali hewan itu, Arum harus melewati depan komplek itu untuk sampai ke warung yang di depan. Sesampainya di warung gadis itu pun membeli garam dan menghembuskan nafas lega.
"Huft, aman." Ucapnya dalam hati sambil celingak-celinguk.
"Ini, 'Ndok' garamnya," ujar Bu Ina dengan tangan yang memberi pesanan Arum.
"Terima kasih, Bu," ucap Arum mengambil kantong plastik itu.
Arum pun harus kembali melewati komplek itu, gadis itu memalingkan wajah ke jalan besar untuk melihat suasana jalanan, ia melihat seseorang yang di kenal. Orang itu sedang makan bakso yang buka tak jauh dari warung itu. Arum melihat jelas bahwa itu Nayya dan Ali sedang memakan bakso, gadis itu merasa cemburu dan kecewa. Sebenarnya, Ali itu mau sama siapa sih? Dia suka Arum tapi malah dekat sama Nayya sampai makan berduaan lagi.Sangking kesalnya Arum menendang botol yang ada di hadapannya. Tanpa sengaja, botol itu terkena hewan galak siapa lagi kalau bunyinya guk guk.
"Guk...guk...guk!" Bunyinya mengejar Arum.
Arum yang terkejut hewan itu mengejarnya bergegas untuk melarikan diri.
"Tuhkan, Arummm. Gimana nih, elo sih ah bikin kerjaan diri sendiri,"ucapnya sambil lari terbirit-birit dan menepuk jidatnya dengan tangan kanan.
Rumah Arum masih jauh ia harus melewati 10 rumah untuk sampai, sedangkan hewan itu mengejarnya dengan cepat, Arum pun menaiki pohon untuk menghindar serangan dari hewan itu yang tak jauh dari kompleknya.
"Guk...guk..guk! Bunyi hewan itu sambil melihat pohon.
"Mama, tolong Arum! Mama...mama," ucapnya di atas pohon sambil memeluk batang pohon.

KAMU SEDANG MEMBACA
JARAK UNTUK KITA ✓
Teen FictionBismillahirrahmanirrahim.... Berawal dari seorang gadis yang jatuh cinta pada ketua rohis. Menceritakan kisah perjuangan Arum Khadijah seorang gadis berparas cantik, ramah, dan humoris. Demi mendapatkan cinta Ali seorang lelaki tampan dan memiliki a...