Bab 21

149 17 4
                                    

Assalamu'alaikum, Hay! Apa kabar? Sebelum baca yuk sambil dengerin lagu di bawah ini! Lagu yang mewakili isi ceritanya.

Happy Reading!

Perasaan Dea dan Imran campur aduk, kedua pasangan itu masih mengikuti mobil berwarna hitam. Ali yang mencoba menelpon Rara tapi nomor anak kecil itu tidak aktif, kali ini perasaan Ali linglung, panik bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Di seberang sana Zain mulai mengucapkan bacaan Qabul.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Arum Khadijah binti Yusuf Ibrahim dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”

Ponsel yang Ali pegang terjatuh dari genggamannya, laki-laki itu mencoba mengambilnya, "Bagaimana saksi? Sah?"

"SAH!"

Kata sah bersamaan dengan dentuman keras mengenai sebuah mobil. Arum menuruni setiap anak tangga membawa seikat bunga, aura wajahnya sangat adem, di dampingi Rara dan Aza. Selesai membaca doa, Zain memasangkan cincin dijari manis Arum diiringi salaman tangan Zain ke Arum untuk pertama kalinya, hari ini wanita itu mempunyai status baru istri dari Zain Pratama. Semua orang tersenyum bahagia melihat sepasang kekasih baru. Arum merasa tidak tenang, gelisah yang ia rasakan.

"Imrannn....hiks," ucap Dea yang shock.

"Aliii...." Panggil Imran berlari ke arah Ali yang terlempar dari mobilnya.

Mobil milik Ali berwarna hitam hancur berantakan, darah berserakan, dan truck kontainer itu terseret. Dea terdiam kaku, menutup mulutnya mencoba menahan air matanya. Wanita itu membuka ponselnya mengklik nama Rara, jalanan saat ini dipenuhi orang yang membantunya, mobil polisi dan ambulan berada dilokasi kejadian itu. Perhatian sepeda motor dan mobil mengarah pada satu titik yang saat ini dilingkari polisi.

"Assalamu'alaikum, kak ada apa?"

"Hiks...hiks,"

"Kakak kenapa?....Hallo kak Dea!"

"Kak Ali..." Ucap Dea sembari menenangkan dirinya.

"Iya, kak Ali belum sampai sini kak."

Dengan berat hati, Dea menyampaikan keadaan Ali sekarang.

"Kak Ali kecelakaan!" Ujarnya.

Ponsel Rara terjatuh ke lantai, tubuhnya terdiam kaku seperti patung, air mata mulai membasahi pipi mungilnya itu. Zain yang menyadari tingkah laku Rara yang aneh, ia menghampiri anak itu. Semua perhatian tamu mengarah pada anak kecil itu termasuk orang yang disekitar lingkungan Masjid.

"Ra? Kamu nggak apa-apa?"

Rara meluk erat tubuh Uminya, terdengar Isak tangis yang kuat dengan kepala yang ia pendamkan ke leher Zainab. "Raa jangan buat kakak panik, cerita ada apa?"

"Umiii...Abii..."

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Rengeknya.

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang