Bab 7

182 46 12
                                    

Assalamu'alaikum, Hallo apa kabar ni? Sebelum baca Follow dulu yuk, jangan lupa tinggalkan vote kalian ya, bagi yang belum liat trailernya ada di BAB 6🤗

Selamat membaca...

Tentang sebuah nama, Allah tau nama yang tersimpan di hatimu, Allah tau nama yang kau inginkan, dan Allah dengar nama yang sering kau sebut di sepertiga malam. Tapi, Allah lebih tau nama mana yang terbaik untukmu. Takdir mu telah Allah persiapkan jauh lebih baik dibanding rencana-rencana mu.

Sorak-sorai penonton memenuhi seisi ruangan... Olimpiade dimenangkan oleh SMA Nusa Bangsa kerja keras Arum terbayarkan dengan suara teriakkan, tepuk tangan dari penonton dan orang terdekatnya.

"Aciee yang menang," ucap Nazwa seraya menganggu Arum.

"Congrats sayang," ucap Dea yang memeluk Arum.

"Guys-guys 'kan Arum menang nih saatnya apaa???" Sahut Maya sambil menurun naikkan alis pada Dea dan Nazwa sebagai kode untuk serempak menjawabnya.

"Traktir kita makan!!!" Ucap Maya, Dea, dan Nazwa serempak.

"Ayolah, Rum." Bujuk Maya.

"Okeylah, di cafe Doremi jam 4," ucap Arum.

Mereka pun serempak janjian ketemuan di cafe Doremi jam 4 sore.
Barra yang menguping percakapan Arum dan sang Ayah terlintas di pikiran lelaki itu untuk memanaskan sang adik.

"Boleh ya, Pah, sebentar saja," Bujuk gadis itu sambil memegang tangan Yusuf.

"Gak usah Pah boong dia tuh... Sama cowok pasti Pah," cetus Barra sambil bersandar di dinding dengan kedua tangan dilipat.

"Kakak! Gak usah jadi provokator lah...Boleh ya, yah Pah." Ucap Arum dengan raut wajah yang murung dan mulut yang sengaja iya monyongkan.

"Hmm boleh tapi di temanin Barra!"

"Loh loh kok jadi Barra..." Ucapnya memalingkan wajah dari kedua orang itu.

Arum yang mendapatkan izin dari Yusuf seketika raut wajahnya menjadi gembira dan senyuman yang melukis bibirnya itu "Makanya jangan jadi provokator! Makasih Papa Ku tercinta," ucap Arum meninggalkan ruang kerja Yusuf.

Yusuf menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua anaknya yang sering kali menggangu saudaranya satu sama lain.

***

"Dimana? Gue udah di depan?" Ucap Arum di parkiran cafe Doremi.

"Masuk aja kita dipojokkan,"

Arum menutup telponnya dan pergi begitu saja meninggalkan Barra yang sedang rapi 'kan rambut di sepion motornya.

"Rum, mana teman mu," ucap lelaki itu yang masih asik merapikan rambutnya.

Datang dua orang lelaki menghampiri Barra, mendengar temannya bicara sendiri salah satu lelaki itu memegang bahu Barra sehingga lelaki itu terkesiap.

"Astaghfirullah...Arum mana? Arummm," ucap Barra yang baru sadar sang adik nggak ada didekatnya.

"Hay guys,"

"Naa ni orangnya datang,"

"Eh bentar-bentar, tumben banget Lo pakai Rok terus pakai hijab juga?" Tanya Nazwa ceplas-ceplos.

Pertanyaan sahabatnya langsung dijawab oleh Dea yang tau keadaan gadis itu karena gadis itu sering kali curhat dengan Dea yang paham betul tentang agama.

"Bagus dong, 'kan KEWAJIBAN!" ucap Dea.

"Lah serah dia dong, orang yang pakai dia kenapa Lo yang sewot?" Cetus Maya yang kesal dengan pertanyaan sahabatnya itu.

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang