Bab 19

148 19 2
                                    

Assalamu'alaikum, hayy!
Selamat membaca...

Suara azan subuh dari ponsel Arum membangunkan tidurnya. Arum berdiri membuka pintu dan jendela kamarnya. Baginya udara subuh hari lebih menyejukkan sekaligus segar. Jalanan rumah yang masih sepi hanya beberapa rumah yang lampunya sudah menyala, semua anggota keluarga sudah berkumpul di musholla rumahnya, ini hari ke tujuh setelah lamaran. Selesai melaksanakan salat subuh, Arum kembali ke kamar membaca Al-Qur'an, suaranya sangat merdu dan lembut.

Matahari telah terbit, suara tukang sayur juga udah ada tuh. "Selamat pagi ma-pa, kakak-kakakku."

"Pagiii" jawab serentak.

"Kakak nanti temanin kamu ya, pokok kamu gak boleh sendirian keluar rumah."

Arum mengancungkan jempolnya, pagi ini tidak banyak kegiatan papa juga cuti kecuali Barra ya taulah gimana. Biarpun Barra sibuk, dia selalu meluangkan waktunya untuk keluarga. "Barra berangkat dulu ya," ucapnya beranjak dari kursi makan.

"Sayang, Barra pergi dulu. Baik-baik di rumah ya jangan kemana-mana," ucapnya seraya mengelus dan mengecup Aza.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,"

***

"Wah lagi pada kumpul ni,"

"Umi sama Abi kemana?"

Datang seorang laki-laki yang baru saja pulang dari kantor. "Hey Li"

"Umi sama Abi lagi pergi," jawab Rara adik bungsunya.

Rara ini kelas 9 SMP, anak paling kecil dari ketiga bersaudara. Saat ini ruang keluarga berisi Ali, Zain, dan Rara. Selama Zain pulang dari London baru hari ini mereka kakak beradik berkumpul dalam satu ruang, biasanya kurang Ali.

"Ciee yang bentar lagi jadi kepala keluarga," ucap Ali sembari memainkan alis.

"Jangan mulai Li."

"Kamu kapan nyusul Ra?"

"Astaghfirullah, Rara masih kecil." Ujar Rara memasang raut wajah cemberut.

Mereka tertawa lepas, saling menggoda satu sama lain. Selama ini Ali jarang meluangkan waktu untuk keluarga. Bahkan untuk makan malam saja Ali jarang hadir.

"Siapa nama perempuannya? "

"Namanya A-----" ucap Rara terpotong.

Tiba-tiba Ali mendapat panggilan telepon sepertinya kerjaan lagi. Laki-laki itu meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar mencari berkas yang dibutuhkan perusahaannya. Zain dan Rara menghembuskan napas pasrah, belum setengah jam Ali sudah sibuk kembali, "Liat kakakmu gak ada capeknya."

***

Mobil berwarna hitam melaju berisi dua orang di dalamnya, Barra dan Arum. Jalanan yang cukup ramai karna jam 12 menunjukkan waktu makan siang banyak orang yang sedang istirahat. Hari ini cukup adem, panas juga gak terlalu terik. Di sepanjang jalan kakak beradik itu bercerita mengenai jaman dulu, bisa dibilang sangat jarang baikkan setiap ketemu baku hantam mulu sekarang sudah beranjak dewasa, memiliki kehidupan masing-masing. Jadi kangen waktu masih sekolah, kalau pulang sekolah Barra selalu mengomel karna lama nunggu Arum bisa-bisa 1 jam lebih baru keluar dari kelas.

Barra berhentikan mobil di salah satu gedung cukup besar, berjalan ke dalam area gedung. Tempatnya juga bagus ada taman di sekitarnya gak terlalu ramai. Sampai akhirnya, di salah satu ruang yang sangat luas berwarna putih dan jendela yang besar. "Assalamu'alaikum," Ucap Barra.

"Wa'alaikumussalam,"

"Sudah dari tadi?"

"Lumayan kak,"

"Hay kak Arum, " ucap Rara.

Arum melambaikan tangan ke anak kecil itu. Iya saat ini mereka sedang berada di gedung tempat acara resepsinya nanti. Mereka melihat-lihat area gedung itu dari kolam, taman, dan mengecek persiapannya.

"Gak usah senyum-senyum gitu Zain, tau kok  kalau Arum cantiknya kelewatan."

Zain tersipu malu, ia ketahuan bahwa laki-laki itu sedang senyum dan liatin calon istrinya. Hatinya saat ini sedang ketar-ketir, mana ketahuan kakaknya lagi 'kan jadi malu. Arum hanya tersenyum kaku dan mencubit tangan Barra, kelakuan Barra ini ada-ada saja. Selesai mengecek gedung, Arum dan Barra berpamitan karna hari juga sudah mulai sore.

***

Malam ini Arum ditemanin rembulan menatap bintang-bintang yang sedang bersinar dilangit malam. Duduk di balkon kamar, membaca kembali selembar kertas yang berisi...

Assalamu'alaikum Arum....

Maaf saya menyatakan dengan selembar kertas
Saya mungkin tak seberani laki-laki lain yang
Berani menyatakan cinta secara langsung...
Saat pertama kali bertemu denganmu...
Kamu adalah perempuan pertama yang membuat
Saya jatuh cinta... Waktu itu saya bilang ke diri saya
Kalau kamu milikku pasti akan bertemu kembali...
Dan apa yang saya ucapkan ternyata benar, bertemumu kembali.
Menghibur dan dekat denganmu hal yang buat saya bahagia.
Kamu perempuan hebat yang pernah saya temui, dari kisah yang kamu ceritakan ke saya, saya bisa menyimpulkan gak semua orang bisa melewatinya.
Hari ke hari perasaan saya gak bisa dikendalikan. Saya akui saya sudah jatuh cinta denganmu.
Jika saya diberi kesempatan apa boleh saya mengisi hatimu? Apa boleh saya hadir dikehidupanmu? Apa boleh saya mengisi hari-harimu?

Saya Zain Pratama izin pamit untuk kembali ke Indonesia. Semoga kita bisa
Bertemu kembali, saya tunggu jawabanmu nanti... Terima kasih sudah mengisi hari-hariku, dengan tawa dan senyummu.

Ini adalah isi surat yang diberikan Zain di London. Dan surat itu diantarkan oleh cincin yang terletak disebuah kotak bening. Zain sudah menyiapkan sebelum pulang ke Indonesia. Waktu itu kartu nama Arum jatuh dari situ Zain tau nomor Indonesia wanita itu. Arum mulai mengeluarkan air mata, hatinya masih terisi oleh Ali, ia sudah memaafkan Ali tapi tidak untuk kembali dengannya. Selama Arum bertemu dengan Zain, laki-laki itu yang membuat harinya bahagia. Mungkin ini yang terbaik untuk Arum...Kita tidak bisa menentang takdir yang sudah Allah tetapkan, cinta juga akan hadir.

Saat tau Zain dan Ali bersaudara hati Arum sungguh perih, kenapa harus mendengar nama itu lagi. Bagaimana respon Ali nanti? Hanya itu yang ada di pikiran Arum. Tapi Arum sadar itu bukan yang penting baginya, apapun respon Ali nanti ia harus terima, Zain laki-laki yang baik, laki-laki yang membuat hati Arum selalu ceria. Arum harap semoga ini yang terakhir dan Arum sudah siap menutup pintu hatinya.

Gimana ceritanya? Semoga suka ya, maaf apabila ada kesalahan. Tinggalkan vote dan komen ya, dishare juga, terima kasih!

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang