Bab 3

264 71 42
                                    


Sesungguhnya wanita sanggup menyembunyikan
Cinta selama empat puluh tahun, namun mereka
Tidak sanggup menyembunyikan rasa
Cemburu meski sesaat.
- Ali Bin Abi Thalib

   Barra sedang menunggu Arum keluar dari sekolah. Lelaki itu sejak tadi mondar-mandir dengan tangan kanan yang di kepalanya. Cuaca yang mulai mendung membuat Barra kesal karna sang adik tak kunjung keluar dari sekolah. Mana sih nih anak, udah tau mau hujan pakai lama lagi!

   "Kalian tadi dengerkan yang di umumkan kalau besok kita ada pelantikan jam 8, jangan sampai telat yaa," ucap Maya dengan menunjuk ketiga sahabatnya.

Arum, Dea, dan Nazwa mengangkat jempolnya dengan serentak.

  "Eh, Rum, Lo udah di tunggu tuh sama Kak Barra, kayaknya dia kesel deh." Ucap  Nazwa.

   "Iya nih, gue duluan ya bay semuanya," ujar Arum sambil melambaikan tangan sama ketiga sahabatnya.

Gadis itu menghampiri Barra dengan muka yang tidak bersalah.

    "Kenapa Lo senyum-senyum, kayak gak merasa bersalah banget, udah tau mau hujan cepat naik," ucap Juna sambil memberi helm ke Arum.

    "Yaampun ternyata Kak jelek lagi marah hati-hati nanti gantengnya hilang loh," Jawab Arum sambil naik ke atas motor.

  Dalam perjalanan, Arum terus tersenyum tanpa henti ia menebarkan senyuman ke semua orang yang di jalan, Barra pun dengan isengnya melirik ke arah sepion motor lelaki itu di buat terkejut melihat Adiknya yang biasanya tidak pernah se-gembira ini. Barra seketika curgia dengan tingkah laku Arum yang seperti itu.

   "Elo kenapa sih kek orang stress tau gak senyum-senyum gak jelas," ucap Barra sambil sesekali melirik ke arah sepion.

Arum hanya membalas dengan senyum yang lebar di raut wajahnya. Barra yang melihat respons seperti itu membuat lelaki itu berkata "Benar-benar udah gak waras." Sambil mengangkat kedua pundaknya.

Setelah sampai di depan rumah Arum langsung turun dari motor dan masuk ke arah rumah dengan kaki kanan dan kiri  meloncat bergantian, seperti anak kecil yang senang ketika di beliin mainan.

  "Assalamu'alaikum mamaaa," ucap Arum langsung memeluk Aisyah.
Aisyah yang sedang duduk sambil menonton film langsung menyambut dan membalas pelukan Arum.

  "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Anak mama yang ganteng dan cantik udah pulang," sambut Aisyah sambil mengelus kepala Arum yang terlapisi hijab berwarna putih.

  Arum pun pergi ke kamar dengan senyuman yang tak pudar dari tadi, Barra yang terdiam melihat Arum dari samping Aisyah. Aisyah merasa aneh dengan sikap Arum.

  "Barra! Barraa!" Panggil Aisyah dengan menepuk pundak Barra.
"Eh, i-iya ma?" Jawab Barra dengan terkejut.

   "Adik kamu kenapa nak, nampaknya lagi senang dia?" Tanya Aisyah.

   "Enggak tau, Ma. Dari tadi kayak gitu. Udah gak waras kali Ma," ucapnya sambil lari dari hadapan Aisyah dengan ketawa diwajahnya.

   "Barraa! Ngak boleh ngomong gitu," ucap Aisyah sambil menggelengkan kepala.

Melihat tingkah laku anaknya, Aisyah sangat bersyukur memiliki anugerah yang membuatnya tersenyum.

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang