💮dua puluh delapan💮

314 14 0
                                    

Senja melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan raut wajah masam. Tubuhnya terasa sangat pegal-pegal sekali mungkin karena efek terlalu banyak kegiatan sekolah.

Senja melempar tasnya ke atas meja lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Senja memejamkan matanya tak terasa tertidur.

Gilang membuka pintu kamarnya membawa secangkir gelas. Tenggorokannya terasa haus setelah lelah belajar. Kedua bola mata Gilang tak sengaja melihat sebuah kaki naik ke atas sofa. Pasti Senja pikir Gilang.

Gilang menggelangkan kepala menghampiri Senja lalu membenarkan letak kakinya. Gilang memperhatikan Senja tidur merasa ada yang aneh tubuh Senja bergetar dan menggigil.

Spontan Gilang memegang dahi Senja sangat panas sekali. Senja sakit, Gilang khawatir.

Gilang memijat pelipisnya, bagaimana ini? Gilang takut terjadi apa-apa pada Senja namun Gilang juga takut bila Senja ngamuk.

Gilang bernjongkok membangunkan Senja menggoyangkan lengannya pelan "Senja bangun, kamu sakit?" Tanya Gilang.

Senja mengerjakan matanya menatap Gilang lemas "I-ya" jawabnya pelan.

"Kita ke rumah sakit ya, saya gendong kamu gapapa?" Tanya Gilang.

Senja mengganguk lemah, karena Tubuhnya lemas sekali demi apapun Senja tak ada niatan modus.

Gilang tersenyum, lalu menggendong tubuh Senja dengan ala bride style menuju garasi. Mobil melaju kencang menuju rumah sakit.

Setiba di rumah sakit, Gilang menggendong kembali Senja menyusuri lorong rumah sakit kemudian menaruhnya di atas brangkar.

"Sus tolong teman saya." Panggil Gilang kencang.

Suster berlari menghampiri Senja lalu mendorong brangkar menuju UGD. Gilang mengunggu di depan pintu UGD dengan raut wajah cemas sambil berjalan mondar mandir menunggu dokter memeriksa keadaan istrinya.

Pintu UGD terbuka menampakan dokter "Bagaimana dok keadaan teman saya?." Tanya Gilang.

"Sudah membaik, lambungnya hanya luka dan kecapekan. Saya permisi." Dokter melangkah pergi.

Gilang menghela nafasnya lega, melangkah menghampiri Senja.

"Kata dokter gue kenapa?." Tanya Senja.

"Usus kamu Luka, pasti kamu telat makan. Mulai besok jangan telat makan Senja. Saya khawatir." Jawab Gilang.

"Gue ga bakal telat makan kalau bukan gara-gara Lo!." Senja mengalihkan pandangannya.

"Saya minta maaf, karena saya kamu terluka. Mulai besok kamu harus makan masakan saya tidak usah gengsi, kalau tidak saya akan laporkan ke mama kamu." Ucap Gilang.

"Dasar tukang ngancem." Cibir Senja.

"Saya ke kantin dulu beli makanan, kamu mau makan apa?" Tanya Gilang.

"Ga usah, gue ga laper." tolak Senja jutek.

"Tetap saya belikan makanan." Gilang melangkah pergi menuju kantin.

Senja menonjok kasurnya kasar, menyebalkan sekali karena Gilang ia harus puasa setiap hari. Uang jajannya pun tak seperti dahulu.

Senja memejamkan matanya meredam emosinya. Ia lagi sakit tak seharusnya mengomel.

Gilang kembali membawa kantong plastik berisikan bubur. Gilang menarik kursi lalu duduk di sebelah Senja.

"Senja bangun, ayo makan." Ajak Gilang.

Senja mengerjapkan matanya menatap Gilang malas "Gue ga mau Lo ngerti ga sih." Kesal Senja.

"Makan atau saya telepon mama kamu."

BAD GIRL ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang