|1| Pertemuan

2.7K 216 7
                                    

Perempuan itu memasuki sebuah apartemen mewah yang ada di tengah ibu kota. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan part timenya di sebuah kafe.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam ketika ia selesai berganti pakaian. Celana jeans dengan robekan bagian lutut dan sweater berwarna hitam.

Arleza namanya, nama perempuan yang kini mengambil rompi berwarna orange terang. Ia memakai topinya, kembali menutup pintu apartemen dan berjalan keluar.

"Mau kemana Non Leza" sapa satpam yang ada di depan apartemen itu.

"Biasa pak" saut Arleza dengan senyumannya.

"Hati-hati ya non!" sapa satpam itu.

"Siap pak!" seru Leza.

Leza segera berjalan menuju minimarket yang ada dua blok dari apartemennya.

"Ck, dingin banget sih" gumamnya.

"Aduh!" serunya terkejut. Ia baru saja tersandung.

"Aww... sshh" ringis perempuan itu. Matanya menatap lututnya yang terlihat sedikit berdarah.

"Ck, sebentar aja deh malem ini"  ucap perempuan itu.

Leza segera memasuki minimarket tersebut. Tidak ada sambutan selamat datang dari kasir yang sudah ngantuk.

Ia mengambil mie cup, menuju dispenser panas.

"Aah!!!" seru Leza.

"Shitt! Sial banget sih!" teriak perempuan itu kesal. Hingga dapat membangunkan kesadaran kasir.

"Ada apa?" ucap seorang laki-laki dengan seragam minimarketnya. Ia berjalan terburu-buru menuju Leza.

"Sorry" ucap Leza pelan. Kini mereka menatap lantai yang basah. Iya, perempuan itu mengisi cup dengan air terlalu banyak hingga tumpah.

"Iya, tidak apa-apa. Kemarikan Ar" ucap kasir itu.

Leza segera memberikan cupnya.  Ia menatap kasir itu yang keluar untuk membuang sedikit air. Lalu kembali lagi ke dalam, menuangkan bumbu. Hingga membukakan sumpit.

Leza segera menuju meja kasir. Menunggu laki-laki itu mengepel lantai. Setelah selesai melakukan pembayaran, Leza duduk di kursi luar minimarket.

4 kursi dengan tengahnya terdapat meja dan atasnya terdapat payung. Arleza duduk di sana.

Perempuan itu menyalakan handphonenya.

Ketika membuka aplikasi Whatsapp Tidak ada satupun chat di sana.

Begitu ia beralih membuka aplikasi instagram. Banyak sekali dm disana.

Pengajuan kerja sama, ya banyak yang memintanya untuk endors.

Tetapi, mayoritas dari mereka tertipu akan tulisan pada bio instagramnya.

Washington, D.C. , USA

Itulah yang tertera disana. Ia sudah lumayan banyak mengendorse produk-produk luar.

Tapi, bukan berarti ia harus ke luar negeri. Ia hanya menunggu paket datang, lalu menyewa studio foto yang biasa ia gunakan. Mengirimkan semua hasil pada klien. Biarkan mereka memilih. Lalu, selesai.

Hanya butik-butik kecil yang biasanya meminta bantuannya. Bayarannya terbilang murah, bagi para model yang ada di sana. Ia di bayar kisaran $100 paling besar $200, itupun hanya sekali.

Mungkin keberuntungan baginya yang memiliki followers hingga 15Jt. Walaupun ia tahu karena apa, ia memilih untuk pura-pura tidak tahu darimana mereka semua mengenalnya.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang