Dengan penuh percaya diri, Arleza melangkah menuju pintu utama mansion di depannya. Mansion dengan 7 gedung yang memiliki fungsi berbeda.
Tadi, sesaat setelah ia turun dari mobil. Puluhan orang yang tadinya beraktifitas. Menghentikan gerakannya. Berdiri tegak. Menghadap lurus ke depan. Dan diam. Walaupun Leza cukup lama meninggalkan mansion ini, tentu saja mereka tetap mengenalnya.
Bagaimana tidak? Hampir seluruh dinding di ruang utama penuh dengan foto-fotonya. Foto-foto keluarga krueger. Anehnya, tidak ada satupun foto Umbrella di seluruh dinding mansion ini. Anak yang besar selama 15 tahun di rumah ini. Padahal Leza sudah mengatakan untuk tidak melepas fotonya.
Ahh, mau mendengar tragedi dicopotnya foto-foto itu?
Dulu, saat pertama kali Leza menginjakkan kaki di mansion ini. Perempuan itu beberapa kali melirik ke arah foto-foto yang ada di dinding.
Ia, tidak berani menatapnya dengan terang-terangan. Saat itu, ia masih sedikit takut dengan keluarganya. Bagaimana jika matanya di hukum karena menodai foto itu?
Ya, segila itu fikirannya. Karena baginya, ia adalah orang asing. Dan perempuan yang ada dalam foto-foto itulah yang telah menjadi keluarga mereka selama 15 tahun.
1 bulan setelah ia tinggal di sana. Di saat, kejiwaannya sedang diuji. Saat akal sehatnya sudah ternodai. Sering kali hatinya berkata, ini hal yang salah. Dan saat itu pula otaknya berkata. Tidak ada jalan lain.
Banyak hal-hal buruk yang terjadi di mansion ini. Kompetisi dengan penuh kekejaman selalu terjadi. Satu hal yang ia pikirkan selama kompetisi terjadi.
Ia tidak akan bisa keluar dari sini, selama masih ada orang yang bisa mengalahkannya di rumah ini.
Tentu saja, hal itu tidak termasuk anggota keluarga Krueger. Setiap satu bulan sekali akan diadakan kompetisi. Awalnya, hanya para pengawal saja yang menjalani kompetisi itu. Siapa yang menang, akan bekerja di dalam kediaman utama.
Namun, sejak Arleza datang. Kompetisi itu diadakan hanya untuk satu tujuan. Mengalahkan tuan putri baru di rumah itu.
Tidak ada ampun, Arleza terus berusaha mengalahkan semuanya. Berbagai cara akan ia lakukan untuk menumbangkan mereka. Karena jika tidak, neraka menunggunya.
Kala itu, saat pertama kali ia mengikuti kompetisi. Pertama kali ia memenangkan pertandingan. Dengan tubuh letihnya, ia duduk di lantai. Menatap seluruh dinding yang bisa terlihat dari lantai dasar.
Satu demi satu, matanya melihat puluhan foto yang ada disana. Mungkin ratusan?
Penuh dengan senyuman. Dalam rumah ini, dulu mereka melakukan segalanya. Bermain air, memasak bersama, menonton tv, makan bersama, menunggang kuda. Dan tak ada satupun ekspresi datar di sana. Semua tersenyum.
Tentu saja tidak ada foto dirinya di sana. Hanya ada, Ayahnya, Ibunya, Max, Kylen, Owen dan tentu saja Umbrella.
Bibirnya yang sedari awal tersenyum miris. Berubah menjadi tawa hambar.
Kembali saat ini, dua orang yang yang menjaga pintu kediaman utama membukakan pintu untuknya.
Di dalam sana, terlihat seluruh keluarga kecil Krueger sedang duduk menatapnya.
"Welcome home, Le" ucap Krueger.
"Sepertinya keriputmu bertambah sejak terakhir kali kita bertemu,Pa" sahut Leza. Langkahnya mendekati mereka.
"Yeah, memiliki anak seperti mereka cukup merepotkan" sahut Krueger.
"Dan memiliki orang tua sepertimu cukup membuat kesal" sahut Owen.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Know
Подростковая литература"Apa yang lo lakuin...." ucap Arleza dengan suara pelan. Ia... hanya... tidak menyangka. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ingin ia lihat dalam bayangannya sekalipun. Sedangkan Alfath membeku, tangannya berhenti. "Za... i-ini..." ucap Alfath ter...