|24| Cinta

47 7 0
                                    

Pagi hadir setelah semalam terjadi berbagai keributan. Leza tidak tidur semalaman, ia membuka laptopnya mengawasi pergerakan Alfath melalui beberapa cctv di jalan raya. Rupanya laki-laki itu tidak kembali, terlihat dari ketidakhadiran mereka di bandara.

Begitu jam menunjukkan pukul 7 pagi Leza segera mandi. Begitu melihat lemarinya, hanya terdapat berbagai dress disana dengan warna bervariasi. Leza mengerutkan keningnya.
"Apa mereka masih saja menyamakan seleraku dengan perempuan itu?" Ucapnya.

Akhirnya Leza memilih untuk tidak berganti pakaian. Ia keluar dari kamarnya yang berada di lantai 5. Matanya menatap pintu kamar Kylen yang ada di depannya. Kamar Owen dan Max yang berseberangan di samping kamarnya. Tempat ini masih sama, hanya satu hal yang berbeda yaitu keberadaan lift. Ia menduga lift itu dibangun untuk memudahkan Ayahnya naik, mengingat kaki ayahnya yang terkadang sakit.

"Para tuan muda tidur di lantai satu nona" ucap salah seorang penjaga yang tadinya ada di balkon lantai 5.

Leza menoleh ke arah penjaga itu. Berjalan ke arahnya, terlihat beberapa sofa, televisi, meja, dan tanaman.

Leza segera turun, ia berjalan ke arah dapur. Tidak terlihat kehadiran keluarganya di ruang makan, sudah ada makanan di atas meja.

"Anda mau makan nona? Apakah ada makanan yang ingin anda makan?" Tanya seorang pelayan perempuan.

"Aku akan membuatnya sendiri" ucap Leza.

"Biarkan kami yang membuatnya nona" ucap pelayan itu dengan nada bergetar.

"Tidak" ucap Leza tegas, matanya langsung menatap pelayan itu.

Ia segera membuka kulkas, masih sama dengan beberapa tahun lalu. Hanya ada alkohol di sana.

"Untuk bahan makanan ada di sana nona" ucap pelayan tadi. Ia menunjuk ke arah dinding dapur yang ada gagangnya.

"Pergilah" usir Leza. Ia membuka lemari yang menyatu dengan dinding itu. Ternyata ada banyak bahan makanan di sini. Lemari itu juga seperti kulkas, karena ada hawa dinginnya. Leza mengambil telur, sayuran, dan mie instan.

Begitu matang, Leza membawa mie nya dengan segelas kopi menuju ruang tamu. Duduk di sofa dan menyalakan tv. Perempuan itu mencari film yang akan dilihatnya sembari makan. Ia memilih film aksi dengan berlatarkan Amerika Serikat dan ada beberapa pahlawan dengan berbagai kekuatan yang dimilikinya.

Beberapa waktu kemudian pintu salah satu kamar di sana terbuka.
"Kalian tidur di sana?" Ucap Leza dengan senyum sinisnya.

Seperti yang kalian duga, itu adalah kamar milik Umbrella. Perempuan itu memakai kamar lantai satu untuk memudahkan akses ke ruang-ruang di rumah ini. Salah satu alasan lainnya adalah membuat kamar itu menjadi tempat berkumpul para keluarga Krueger. 

"Tidak" ucap Owen.

"Ya, kita tidak perlu mengelaknya bukan?" Sahut Max.

"Apa yang kamu makan?" Tanya Kylen mengalihkan pembicaraan.

Leza tidak menanggapi hal itu. Ia memakan mie nya dan kembali menonton film seakan acuh. Padahal otaknya terus memikirkan betapa beruntungnya Umbrella.

Seandainya anak itu tidak meninggal, ia pasti sudah menjadi tuan putri yang disayangi di sini. Berbeda dengan dirinya yang sejak awal tiba di tempat ini dididik melebihi standar militer.

"Hari ini kami akan keluar, apa kamu mau ikut?" Tanya Kylen lagi.

"Tidak" sahut Leza. Setelah itu mereka pergi ke ruangan lain dan kembali bersama Ayahnya dengan mengenakan pakaian rapi ber jas.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang