"Lo makan sendirian?" ucap sebuah suara dibelakang Leza.
"Siapa Al? Kamu kenal?" tanya Shift.
"Ahh baru kenal sih" sahut Alfath.
Arleza yang kebetulan makannya sudah selesai, langsung membereskan kotak bekalnya.
"Ke kelas bareng gue aja" sahut Alfath.
"Loh! Katanya mau nganterin" sahut Shift.
Sedangkan Tiram langsung mengambil bekal Leza dan membawanya pergi.
"Bekal gue!" seru Leza. Ia langsung membuntuti Tiram.
"Lo ga punya nama belakang?" tanya Tiram.
"Ngga" sahut Leza.
"Ga punya cowo?" tanya Tiram.
"Balikin bekal gue" sahut Leza.
"Jadi cewe gue mau?" tanya Tiram.
"No" kali ini Alfath yang menjawab.
"Pulang bareng gue" ucap Alfath yang ada di belakangnya.
Leza hanya mengernyit malas.
Drrrt
Handphonenya bergetar, begitu Leza melihat layar. Hanya ada putih di sana dengan kalimat yang langsung mengubah perasaan Arleza.
'Is that a new target?''Apakah itu target baru?'
Kepalanya langsung mendongak. Mencari celah di sekitar. Mencari manusia mencurigakan yang melaporkan kegiatannya pada kakak keduanya.
Sebuah laser entah dari mana menyorot ke bahunya.
Cahaya itu menghilang dan muncul membentuk rangkaian kalimat terlihat dari ketukan laser.
'Trying to find me?'
Leza langsung menatap ke arah cctv di ujung koridor yang jaraknya masih 20 meter.
"Ah! You saw me!" kali ini terdengar dari speaker.
Salah satu hal yang paling ia benci dari Maximous. Manusia itu selalu memperlakukannya seperti mainan. Dia selalu membuat sekelilingnya seolah menjadi arena game.
Alfath, Raka, Adhe, Tiram, Ragil langsung mengernyit. Mereka juga tahu rangkaian kalimat dari laser tadi.
"Ada hubungannya sama lo?" tanya Tiram pada Leza. Ia ikut membaca pesan di handphone Leza tadi.
Setelah itu langsung terdengar suara tangisan puluhan manusia yang bersaut-sautan melalui speaker.
"Lo ke kelas dulu!" seru Alfath pada Shift. Lalu, laki-laki itu langsung menarik Leza untuk berlari bersama Raka, Adhe, Tiram juga Ragil.
Mereka segera menuju kelas. Tiram dengan cepat membuka laptopnya.
Suara tangisan itu terus terdengar. Leza? Ia menatap layar handphonenya yang mati.
"Keluar kalian!" tanya Adhe. Perlahan tapi pasti Adhe dan Ragil berhasil mengusir teman sekelasnya.
Raka menutup jendela dengan tirai.
"Za!Apa hubungannya sama lo? Ada hubungannya sama kasus lo sebelumnya?" tanya Alfath.
Tapi, Leza memilih bungkam. Alfath ikut membuka laptopnya.
"Handphone lo" minta Alfath. Tangan kanannya sudah terulur ke arah Leza.
Leza? Mengantongi handphonenya. Matanya menatap tajam ke arah mereka berlima.
"Lo tahu siapa dia" ucap Alfath pasti.
Setelah itu Alfath dan Tiram bertarung untuk mengambil alih komputer sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Know
Teen Fiction"Apa yang lo lakuin...." ucap Arleza dengan suara pelan. Ia... hanya... tidak menyangka. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ingin ia lihat dalam bayangannya sekalipun. Sedangkan Alfath membeku, tangannya berhenti. "Za... i-ini..." ucap Alfath ter...