Suasana yang hampir merupakan keseharian di tempat ini. Suasana suram dan mencekam.
Dua pasang mata itu berhadapan dengan ekspresi berbeda.
"Ayah dengar, beberapa hari ini kamu mencari data seseorang. Dan tidak menemukannya. Apakah kemampuanmu menurun?" ucap Ayah.
"Sejak kapan Ayah peduli?" ucap Alfath mengernyit kesal.
"Jadi, siapa gadis itu?" tanya Ayah.
"Bukan tidak menemukannya. Aku sudah menemukan riwayat hidupnya dari lahir. Sampai ibunya meninggal dan sekarang" ucap Alfath.
"Tapi, ada yang terlewat bukan?" tanya Ayah.
"Ayah mencari tahunya" ucap Alfath.
Ayah mengangguk pelan.
"Masih ada jeda 1 tahun setelah ibunya meninggal. Tidak ada jejak apapun. Cctv di apartemennya juga tidak menunjukkan ada perubahan. Lalu, data transportasi umum tidak ada. Pesawat juga tidak ada. Benar-benar menghilang" ucap Alfath.
"Hanya 1 tahun bukan?" sahut Ayah. Kalau hanya 1 tahun, bukankah hal itu tidak perlu dipikirkan terlalu dalam?
"Pasti ada sesuatu yang terlewat. Aku yakin. Karena" ucapan Alfath terputus. Laki-laki itu langsung memikirkan apa ada hal yang terlewat? Kapan? Apa ada tanda-tanda perempuan itu akan menghilang?
"Karena?" tanya Ayah.
"Ada seseorang yang mempermainkannya. Seorang hacker handal. Sulit diakui, tapi aku bahkan tidak bisa menembusnya" ucap Alfath.
"Sekarang kamu sadar kemampuanmu masih kurang? Hacker itu mempermainkannya? Bukankah lebih mudah kalau kamu mencari siapa saja yang membencinya?" tanya Ayah.
"Masalahnya, sepertinya bukan orang yang dia benci. Karena perempuan itu melindunginya. Dia bahkan tahu siapa yang memperlakukannya seperti itu, tetapi malah melindunginya" ucap Alfath.
"Dia mengetahuinya?" tanya Ayah lagi. Kalau benar pasti ada yang terlewat.
Alfath mengangguk yakin.
"Kamu yakin namanya hanya Arleza?" tanya Ayah.
"Awalnya aku curiga ada nama keluarga yang sengaja disembunyikan. Tapi, tetangga-tetangga Leza. Semuanya tahu kalau nama perempuan itu hanya satu kata. Itupun dari mulut ibunya. Kata mereka, ibunya sengaja memberi nama satu kata" ucap Alfath setengah yakin. Apakah ibu Leza berbohong?
"Ibunya meninggal saat dia masih SMP kan? Saat masuk sekolah, siapa yang mengurus data-datanya? Bukankah orang tua wajib ikut?" tanya Ayah. Saat pendaftaran pasti banyak berkas yang membutuhkan tanda tangan orang tua.
"Pendaftaran, pengambilan rapor, rapat wali murid. Leza menyewa orang untuk mendatangi itu semua. Bahkan berbeda-beda" ucap Alfath.
"Bagaimana dengan ayahnya?" tanya Ayah.
"Tidak ada jejak" sahut Alfath.
"Ibunya? Tidak mungkin seorang perempuan hamil tanpa ulah laki-laki" sahut Ayah.
"Sudah ku cari. Tidak ada jejak" ucap Alfath.
"Bagaimana dengan remahan rotinya?" tanya Ayah.
Maksudnya adalah sesuatu di sekitar yang mungkin bisa menuntun jalan ke satu teori yang tepat.
"Semuanya mengarah, kalau ibunya hanya melakukan kesalahan saat mabuk" ucap Alfath.
"Benar-benar terlihat bersih" lanjutnya.
"Kamu sudah mencari tahunya sampai sana rupanya. Apakah dia targetmu?" tanya Ayah.
"Bukan" sahut Alfath jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Know
Teen Fiction"Apa yang lo lakuin...." ucap Arleza dengan suara pelan. Ia... hanya... tidak menyangka. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ingin ia lihat dalam bayangannya sekalipun. Sedangkan Alfath membeku, tangannya berhenti. "Za... i-ini..." ucap Alfath ter...