|15| Hell

524 109 26
                                    

WARNING!

AKAN BANYAK ADEGAN BERDARAH!

Genap satu bulan, Leza berada di neraka berlabel rumah itu.

Dan ini, hari ke 32 dirinya tinggal di tempat ini.

Tepatnya 6 hari sejak ia memulai dapat hukuman. Besok adalah hari terakhirnya ia mendapat hukuman.

Hukuman yang ia dapatkan akibat tidak berani membunuh manusia.

Dengan tangan terikat di tiang. Tanpa kursi, ia duduk di lantai kotor penuh bercak darah. Rambut amis, kotor  dan acak-acakan.

Tenang, dia tidak mendapat penyiksaan secara fisik disini.

Tapi, jiwanya terus dipaksa untuk tetap sadar. Walaupun terus berusaha menenangkan pikiran, tapi mentalnya tetap saja akan berubah.

Ketakutan ia akan berubah setelah keluar dari sini jauh lebih menakutkan daripada penyiksaan fisik yang pernah ia dapatkan.

Didepannya, Owen tertawa lebar bak psikopat. Kakak ketiganya itu terus melukai seorang laki-laki. Laki-laki yang tak lain adalah ajudannya sendiri.

Ajudannya ternyata seorang mata-mata. Dan Owen baru menyadari itu setelah satu bulan ia bekerja.

"Mual mu sudah hilang?" tanya Kylen.

Leza menatap kakak pertamanya itu tajam. Seolah minat membunuhnya sudah berada dalam level tertinggi.

Dadanya terasa bergemuruh, nafasnya mulai tak beraturan. Emosi menguasainya saat ini.

"Terus saja keluarkan emosimu. Dan kamu akan semakin lama berada disini" ucap Kylen.

Selalu seperti ini, dari hukuman 3 hari. Berubah 7 hari, dan apakah nanti akan bertambah lagi?

Sekuat apapun dirinya, sehebat apapun dia. Bukankah tetap sama? Ini yang pertama kali baginya.

Ia terus bersikap seolah tak takut kepada ketiga kakak dan papanya. Tapi, bukan berarti dia benar-benar tidak takut.

Ia tahu kalau, ia tak boleh terlihat ketakutan sedikitpun. Maka dari itu, ia terus berusaha menyembunyikan perasaan aslinya.

Lihat, tangannya kembali bergetar ketika melihat Kakak ketiganya menusuk pelaku.

Ingin sekali dirinya memohon ampun, menangis meraung-raung. Ataupun bersujud di sini, supaya diijinkan keluar.

Namun, ia juga tahu. Bukan keluar yang akan ia dapatkan. Tetapi, hukuman yang jauh lebih menakutkan.

Jadi, beberapa hari ini. Ia hanya terus meneteskan beberapa air mata. Muntah. Menggigit bibirnya. Juga menyembunyikan tangannya yang gemetar.

Kylen dengan jas hitam bersih. Membuka laptopnya, lalu duduk di samping Arleza.

Hal yang sangat disukai Leza. Seperti, mendapatkan udara segar. Karena, kakak pertamanya itu jika sudah membuka laptop dan duduk disampingnya. Pasti akan berada di sana selama seharian penuh.

Yang lebih penting, ia jadi tak perlu sepenuhnya mencium aroma anyir. Karena parfum yang digunakan kakaknya terlalu wangi untuk diabaikan.

Owen berjalan mendekati mereka setelah membersihkan tangannya. Beberapa orang datang mengambil tubuh ajudan yang tadi dihukum Owen.

Mata membunuhnya menyorot ke arah Leza. Owen langsung jongkok tepat dihadapan Leza. Membuat aroma anyir yang sempat tertutup parfum Kylen langsung menghilang.

"Bukankah dia terlalu beda dengan Umbrella?" ucap Owen, yang langsung mendapat perhatian penuh dari Kylen.

"Umbrella, pasti akan menangis histeris kalau dibawa kesini. Bahkan tubuhnya pasti gemetar hanya dengan melihat pintu depan bukan? Tapi kenapa perempuan ini tidak?" tanya Owen. Tangannya menunjuk ke arah Leza.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang