"Lo kerja berapa kali sih sehari!?" tanpa sadar Alfath meninggikan suaranya ketika menatap Arleza yang kini sedang membawa makanan pesanan Keke.
"Beberapa kali" ucap Leza. Ia langsung memberikan makanan itu pada Alfath.
"Atas nama Keke ya" ucap Leza.
Mengingat sepatunya, Alfath langsung menunduk.
"Liat apa lo!" ucap Leza dengan tangan menutupi dadanya.
"Hah? Huh?" ucap Alfath bingung. Namun, akhirnya telinganya memerah juga ketika mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Leza.
"Ntar malem gue samperin" ucap Alfath. Ia langsung masuk dan menutup pintu.
Benar saja saat suara peluit Arleza menghiasi malam bersamaan dengan aroma knalpot truk yang datang berbondong-bondong dari dua arah, cukup membuat Leza sibuk. Hingga tak menyadari keberadaan Alfath yang duduk di trotoar pinggir jalan. Mobil laki-laki itu terparkir di depan ruko yang sudah tutup.
Alfath dapat melihatnya dengan jelas. Leza yang kesulitan mengatur. Juga beberapa sopir yang tampak menggoda perempuan itu.
Segerombol laki-laki datang. Mereka terlihat menaiki motor yang dimodifikasi? Terlihat seperti pemaksaan. Motor bebek tetapi ditambah-tambahin. Terlihat jelas kalau mereka anak geng motor jalanan.
Tentu saja berbeda dengan dirinya. Ia tidak pernah mengikuti balapan di jalanan seperti mereka. Ia dan teman-temannya tentu saja balapan di tempat yang tepat. Di arena balapan yang memang sudah disediakan. Tentu saja harus menyewa dengan harga yang cukup mahal.
Dari gaya berpakaian saja sudah berbeda jauh dengan dirinya. Awalnya, Alfath berpikir mungkin mereka teman-teman Leza. Mengingat, pekerjaan Leza di sini. Jadi sudah pasti kan, kalau Leza sering bertemu mereka?
Namun, pemikiran itu lanngsung sirna. Ketika jalanan mulai sepi. Ketika sudah tak ada lagi lalu lalang kendaraan. Saat ia berfikir mereka sedang mengobrol biasa. Tiba-tiba Leza langsung menghantam pipi laki-laki dihadapannya. Perkelahian pun tak ter elakkan.
Ketika satu orang laki-laki tumbang dan pingsan. Yang lain langsung menyerang Leza secara bersamaan.
Alfath refleks berdiri. Ya, hanya berdiri. Ketika ia akan menghampiri mereka. Tiba-tiba ingatannya kembali ke saat ia dan perempun itu bertengkar kemarin.
Alfath kembali duduk, menatap perkelahian itu dengan santai. Lalu, ketika segerombol motor mendekati perkelahian itu. Leza yang sempat terjatuh langsung berlari kencang.
Alfath yang tadinya menertawakan perempuan itu karena terjatuh. Langsung berdiri. Ia segera menuju mobilnya. Jarinya bergerak menekan tombol pada remote. Membuat mobil itu berubah menjadi tanpa atap.
"Naik!" serunya ketika ia berada di samping Leza.
Leza langsung melompat ke kursi tengah. Iya, melompat tanpa membuka pintu.
Nafas perempuan itu terengah-engah. Ia menyenderkan tubuhnya.
"Udah puas ngeliat?" sinis Leza.
Ia tahu, laki-laki itu dari tadi menikmati tontonannya. Menyebalkan!
Alfath segera menutup atap mobilnya. Ia langsung melaju kencang setelah itu.
"Lo ada masalah apa sih sama mereka?" tanya Alfath.
"Ngga tahu arghhhh sial! Emang gue ada muka-muka pel*c*r apa!?" seru Leza sembari pindah tempat duduk ke samping Alfath.
Alfath menoleh menatap muka perempuan itu.
"Liat jalan yang bener!" teriak Leza. Mereka sedang melaju sangat kencang. Dan laki-laki itu berani menoleh?
"Hahaha" tawa Alfath menggelegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Know
Teen Fiction"Apa yang lo lakuin...." ucap Arleza dengan suara pelan. Ia... hanya... tidak menyangka. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ingin ia lihat dalam bayangannya sekalipun. Sedangkan Alfath membeku, tangannya berhenti. "Za... i-ini..." ucap Alfath ter...