Semua laki-laki yang ada di sini menggunakan pakaian hitam. Mereka kini sedang mengintai sebuah bangunan.
Bukan bangunan biasa. Sebuah rumah tingkat yang lumayan mewah dan berada di pinggir kota. Perjalanan saat menuju ke arah ini hanya ada hutan di sisi kanan dan kiri. Seperti jalan ini hanya diciptakan untuk pemilik rumah ini saja.
Alfath salah satu dari gerombolan itu. Ia menunjuk dirinya lalu jari telunjuknya beralih ke arah Raka. Dan berakhir menunjuk ke arah belakang rumah.
Jarak mereka berjauhan, komunikasi menggunakan tangan adalah satu-satunya cara agar tidak ketahuan.
Alfath dan Raka, si eksekutor, mereka berdua menuju ke arah belakang rumah.
Tiga jentikan jari dari Tiram si pengamat, menandakan semua sudah siap di posisi.
Adhe juga Ragil, si opener langsung bergegas menuju pintu utama. Pintu dimana banyak penjagaan di sana.
Perlahan tapi pasti. Mereka menumbangkan satu persatu penjaga dalam diam. Setelah penjaga di depan tersisa satu. Adhe juga Ragil langsung berkelahi dengan suara. Mereka menyerang satu penjaga itu. Karena memang ini tugas mereka. Pengalih perhatian.
Pintu utama terbuka. Menampilkan sepuluh orang dengan pakaian hitam.
Disisi lain, Alfath dan Raka sudah sampai dapur ketika di depan ada keributan.
"Ujung tangga lantai 2 ada 2 penjaga" ucap Tiram melalui earphone.
"Tembusan dapur?" tanya Alfath.
"Nihil" ucap Tiram. Yang dimaksud di sini adalah apakah Alfath dan Raka bisa mrmbuka plafon dan tembus kr lantai 2.
"Pintu belakang!" teriak salah seorang penjaga. Beberapa orng langsung menuju pintu belakang. Ah, sudah pasti mereka akan ketahuan.
Tanpa saling berkomunikasi lagi. Alfath dan Raka langsung keluar. Mereka dengan cekatan memanjat dinding. Dinding dengan corak-corak timbul membuatnya bisa dinaiki.
Begitu sampai di luar pagar lantai dua. [Luar pagar tersebut masih memiliki lebar 20cm]
Mereka langsung menuju ke arah samping. Di sana hanya ada dinding dan dua jendela. Dengan berjalan menempel dinding samping. Mereka sampai di samping jendela.
"Dinding arah pukul 10 siap" ucap Raka.
Tiga jentikan dari Raka. Pertanda saatnya mereka masuk.
Ada dua penjaga. Alfath menumbangkan mereka bersamaan sehingga tak menimbulkan kegaduhan. Sedangkan Raka langsung mengunci pintu.
Ctak!
"Sial" umpat mereka bersamaan dalam hati.
Padahal Raka sudah berusaha sepelan mungkin.
Jdar! Jdar!
Suara gedoran mulai terdengar keras.
Bruk!
Raka berhasil menggulingkan lemari hingga menutupi pintu.
"Sekarang!" ucap Alfath pada Tiram.
Raka sudah menggendong seorang pemuda yang pingsan di punggungnya. Tangannya bergerak mengikat kedua tangan pemuda itu, menjaga agar manusia pingsan itu tidak lepas dari gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Know
Teen Fiction"Apa yang lo lakuin...." ucap Arleza dengan suara pelan. Ia... hanya... tidak menyangka. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ingin ia lihat dalam bayangannya sekalipun. Sedangkan Alfath membeku, tangannya berhenti. "Za... i-ini..." ucap Alfath ter...