|20| Level

243 47 7
                                    

Bulan tenggelam tergantikan mentari. Jutaan orang telah kembali memulai aktifitasnya setelah cukup beristirahat.

Ah! Namun bagi seorang perempuan yang kini tengah menyebar brosur di bawah lampu lalu lintas, tidak ada kata istirahat di malamnya. Ia semalaman bekerja keras mengurus orang sakit.

Ia sudah membagi brosur sejak pukul setengah 6 pagi.

Kini, ketika jam menunjukkan pukul 6.45. Perempuan bernama Arleza itu kembali ke dalam sebuah kafe. Mengganti bajunya menjadi seragam sekolah.

"Ikut!" seru seorang perempuan dengan tinggi hampir sama dengannya.

"Ngapain? Kerja aja sana!" sahut Leza.

"Sampai gerbang doang!" sahut perempuan itu.

"Awas aja ujung-ujungnya minta jajanin" sahut Leza. Mengingat di depan sekolahnya memang banyak dagangan makanan.

"Nggak-nggak! Beli sendiri deh" sahut perempuan itu dengan bibir mengerucut tanda sebal.

Leza membiarkan perempuan itu mengikutinya, sampai di depan sekolahnya. Temannya itu langsung menuju penjual leker.

"Telur pedes satu pak" ucap Leza ikut memesan.

"Coklat satu pak!" ucap temannya.

"Kalau mau pake keju bilang" sahut Leza. Ahh, ia hanya sadar. Kalau temannya itu pasti memilih menu paling murah. Tentu saja ia tahu kalau temannya paling suka coklat keju.

"Ralat! Coklat Keju pak!" serunya dengan senyum lebar.

Setelah membayar miliknya dan temannya, mereka berpisah. Leza dengan langkah cepat menuju kelasnya.

Langkahnya semakin cepat begitu melihat guru pelajaran pertama sudah berjalan menuju kelasnya.

"Pagi bu!" serunya.

"Duluan ya bu!" ucapnya lagi, tanpa sopan santun Leza langsung berlari memasuki kelasnya.

Baru saja ia duduk, Tiram menghampirinya dengan mata tajam.

"Dimana Alfath" ucapnya datar. Dia memang tidak benci pada perempuan di depannya ini. Tapi, tetap saja ia tidak suka karena gara-gara dia rumahnya berantakan.

"Dia belum ngehubungin lo?" tanya Leza balik.

Tiram mengangkat tangannya. Menunjukkan handphone milik Alfath.

"Oh" sahut Leza. Begitu Tiram mau menyahuti lagi, Guru mereka sudah memasuki kelas.

Tidak menyerah, setelah duduk pun Tiram menendang-nendang kursi Leza.

"Lacak sendiri kan bisa" sahut Leza.

"Kalau gue udah tahu tujuan dia itu lo, ngapain harus nge-hack cctv se-kota?" Sahut Tiram kesal.

"Rumah sakit" sahut Leza.

"Gue tahu dia di Rumah sakit, tapi dimana" ucap Tiram.

"Nah itu tahu" sahut Leza.

"Ya lo pikir gue nemuin ni hp dimana?" Sahut Tiram.

"Yang gue tahu, tu bocah cukup gila buat bikin keributan bahkan setelah mobilnya remuk" lanjutnya.

"Rumah sakit YN" sahut Leza.

Setelah itu Tiram terlihat sibuk mengetik sesuatu di handphonenya.

Begitu jam istirahat berbunyi, baik Tiram, Alfath, Raka, Adhe, maupun Ragil langsung menghilang. Dan tak kembali lagi meskipun bel masuk sudah berbunyi.

Bersamaan dengan seorang guru memasuki kelas, handphonenya bergetar.

Leza melirik handphone yang ada di atas meja itu.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang