|9| Mission

446 100 5
                                    


'Approach the man and I will help you, to delay your return.'

Dekati pria itu dan aku akan membantumu, untuk menunda kepulanganmu.

Tulisan itu muncul di layar televisinya ketika ia baru selesai mandi.

Leza menghela nafas malas. Mulai lagi, seperti ini. Namun, tetap saja ini tawaran yang menggiurkan. Lagipula, bukan hal yang sulit.

"Le!" terdengar suara dari intercom, membuat perempuan itu langsung membuka pintu.

"Lo belom siap!? Astaga!" seru Elco. Laki-laki itu langsung memasuki apartemen Leza.

"5 Menit!" serunya.

Leza segera memasuki kamar mandi, mengganti pakaian rumahannya dengan gaun.

"Seandainya keluarga lo nggak nyeremin. Udah gue culik lo Le" ucap Elco. Dia tidak mengetahui siapa Leza, tetapi masih teringat dalam benaknya. Waktu sehari setelah ia sengaja membuat Leza mabuk. Esoknya, ia terbangun dalam apartemennya sendiri. Dengan kondisi tangan dan kaki terikat di kursi. Juga seluruh apartemen yang berantakan. Dinding penuh dengan coretan umpatan.

"Rambut gue kucir biasa aja ya" ucap Leza.

"Dimana sih?" tanya Leza ketika mereka sudah dalam perjalanan.

"Resort punya emm siapa ya lupa gue" sahut Elco asal. Mereka menggunakan pakaian senada. Leza dengan dress selutut berwarna merah terang dan Elco dengan jas merah darah.

"Lo kalo makan jangan malu-maluin gue" ucap Elco.

"Emang pernah?" sahut Leza.

"Emang pernah, lo bilang!? Lupa ya? Pesta terakhir kemaren lo cuma makan terus sampai jadi bahan pembicaraan orang kan?" sahut Elco. Pesta terakhir Leza bersama Elco memang benar-benar penuh adegan. Leza yang kelaparan karena belum makan, sepanjang pesta dimulai perempuan itu hanya duduk dan memakan apapun yang ada di sana. Bermula dari MC yang menyindirnya. Membuat semuanya menjadi bubar.

Mobil memasuki resort. Elco langsung memarkirkan mobilnya. Laki-laki itu, dengan gentle membukakan pintu Leza.

"Cih, kalo ada kamera aja sok banget" ucap Leza.

"Bawel, rangkul gue" ucap Elco.

Leza langsung merangkul tangan Elco. Mereka berjalan berdampingan menuju altar. Ups. Memasuki pesta. Kalau kalian ingin tahu, Elco adalah salah satu calon penerus agensi yang dinaungi banyak artis terkenal.

Tempat laki-laki itu bekerja juga di agensi milik keluarganya. Jadi, sudah pasti ia dapat mengijinkan apapun yang Leza mau lakukan di sana.

Begitu memasuki pesta, mereka langsung menuju pembuat acara.

"Hi El! Mana hadiahnya!" pinta seorang perempuan dengan gaun mencolok.

Elco langsung mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya.

"Bukan cincin kan? Lo enggak lagi ngelamar gue kan?" tanya perempuan itu.

"Mana mau gue sama lo" sahut Elco sinis.

"Lo ngga mau ganti pasangan? Bareng dia terus perasaan" sahut perempuan itu.

"Enggak ada yang se cuek dia. Langsung kena mental breakdance kalo gue bawa cewe lain" sahut Elco.

"El laper" bisik Leza.

"Sstt ntar" sahut Elco.

"Oh ya dimana cowok lo?" tanya Elco.

"Tuh di sana. Mau gue samperin, keburu ketemu lo" ucap perempuan itu.

"Boleh minta kue nya ga si" bisik Leza. Perempuan itu langsung mendapat pelototan dari Elco. Kue katanya!?

"Tapi itu coklatnya banyak banget. Gue pingin El" bisik Leza.

"Apa sih?" tanya Perempuan pemilik acara.

"Kue" ucap Leza. Tangannya menunjuk ke arah kue ulang tahun bertingkat tiga. Kue yang tingginya mencapai 1 meter, penuh dengan baluran coklat.

"Le!" bisik Elco.

"Huh? Kue?" sahut perempuan itu bingung.

"Ahh ngga, jangan pedulikan dia" ucap Elco.

"Ntar gue beliin sebagor" lanjutnya.

"Tapi baunya enak" sahut Leza. Ahh, perlu kalian tahu. Leza itu maniak coklat.

"Permisi Nona" ucap seorang laki-laki dengan jas dan celana hitam. Terdapat earphone di telinganya.

"Meja untuk Nona sudah siap" ucapnya.

Leza mengernyit bingung. Kenapa laki-laki ini berbicara dengan menatapnya.

"Kita tidak meminta menyiapkan" ucap Elco tegas. Ia langsung menarik tangan Leza untuk melangkah mundur, sedikit ke belakangnya.

"Meja itu hadiah dari Tuan" ucap laki-laki itu, dengan mata masih menatap Leza.

Leza langsung mengerti, begitu melihat tato di punggung tangan Laki-laki itu.

"Dimana?" sahut Leza tegas.

"Silahkan ikuti kami" ucapnya. Begitu mengatakan 'kami' 5 orang langsung datang.

Mereka dengan cekatan menyingkirkan beberapa orang yang menghalangi jalan. Menuntun Leza menuju meja. Sedangkan Leza, tangannya masih menggenggam telapak Elco.

'Selamat menjalankan misi' tulisan dalam bahasa Indonesia itu tertulis di kertas yang ada di atas meja.

"Lo kalo ada urusan lain, pergi aja. Gue mau makan" sahut Leza mutlak. Dihadapannya kini berbagai jenis coklat terbentang di seluruh permukaan meja.

Perempuan itu langsung memakannya dengan lahap. Tanpa peduli tatapan orang lain, yang terang-terangan menatapnya karena membuat sedikit kehebohan tadi.

"Ulah kakak lo?" tanya Elco.

Leza mengangguk menjawabnya.

"Gue mau nyamperin temen. Lo di sini aja, jangan kemana-mana." ucap Elco.

Leza mengangguk lagi.

"Jawab Le" sahut Elco.

"Iya-iya elah" sahut Leza.

"Handphone lo mana?" ucap Elco.

"Buat apa?" tanya Leza.

"Jaminan, siapa tahu lo bakal kabur" sahut Elco.

"Sejak kapan-"

"Sejak kapan!? Perlu gue sebutin satu-satu kapan aja lo kabur tiap lagi jalan sama gue?" sahut Elco.

"Ini-iniiii" sahut Leza. Ia langsung memberikan handphonenya. Dengan begitu perempuan itu dapat makan dengan tenang.

"Makanan lo beda, gue boleh minta?" tanya seorang perempuan. Di pesta yang megah ini. Ada satu manusia, yang menggunakan kaos panjang dan celana jeans robek rupanya. Ahh, terlihat nyaman.

Leza mengernyit, seperti merasa tak asing dengan perempuan itu.

"Ahh, kalo lo lupa. Gue Shift masih satu sekolah sama lo. Gue pikir kita bakal sering ketemu, berhubung gue cewenya Alfath" ucap perempuan itu.

"Itu pisau" ucap Leza, menatap pisau lipat yang tergantung di celana jeans Shift.

"Pisau lipat, gue selalu bawa ini. Bisa berubah jadi obeng juga, buat nyetrum orang juga bisa. Buat bersihin kutil juga bisa" Ucap Shift cengengesan. Perempuan itu langsung duduk di samping Leza.

"Ke sini sama siapa? Orang tua lo?" tanyanya.

"Enak anjir" serunya begitu mencoba bola-bola coklat.

Leza, perempuan itu bingung harus menanggapi apa dan seperti apa dari perbuatan Shift.

"Shift! Dicariin kemana-mana juga!" seru seorang laki-laki dari kejauhan.

"Ah, gue harap. Kita bisa bersaing secara sehat" ucap Shift begitu melihat laki-laki yang sedang berlari ke arah mereka.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang