|13| Krueger

466 105 7
                                    

Malam itu, hujan badai datang cukup lama. Tiupan angin yang kencang membuat seorang anak perempuan kesulitan berjalan. Jarak pandang anak perempuan itupun juga terlalu dekat.

Jalanan terlihat sepi, lampu-lampu jalan ikut bergoyang.

Perempuan dengan dress hitam itu berjalan perlahan dengan tangan menyilang di depan perutnya.

Seharian ini, telah tepat 12 jam ia duduk di depan pemakaman ibunya. Hanya ada 3 orang yang datang, mereka adalah ibu-ibu tetangga apartemennya. Mereka pun hanya datang sejenak.

Harapannya sepanjang perjalanan adalah langsung berganti pakaian hangat, menyelimuti seluruh tubuhnya hingga kepala dengan selimut tebal, dan kembali terlelap dalam jurang hitam.

Namun, begitu membuka pintu apartemen. Yang ia dapati adalah 4 sosok asing menatapnya dengan tatapan berbeda.

Arleza langsung mengernyit tak suka. Kepalanya mendongak, matanya menatap tajam ke arah mereka.

Ketika anak perempuan itu hendak kembali keluar. Pintu sudah terhalang dengan tubuh besar Kylen.

Arleza langsung berlari menuju balkon yang terbuka.

"Mau kemana kamu?" tanya Maxiomous dengan tawa kecil.

Leza, berlari melompati balkon menuju balkon sampingnya.

"Wooohooo!!" seru Owen.

"Max!" seru Kylen.

Max, langsung mengejar Leza.

"Mama mendidiknya dengan sangat baik" ucap Kylen. Matanya menatap ke arah pria paruh baya yang masih setia menatap bingkai foto di atas meja.

Sanders Krueger, nama Ayah dari Arleza, Kylen, Maximous, dan Owen.

Seumur hidup, ia hanya pernah mencintai dan menikah dengan satu orang. Dan perempuan itu telah pergi hari ini.

Kemarin malam, adalah hari di mana ia mendapat kabar setelah 14 tahun perempuan itu menyerahkan seorang bayi padanya.

Sepertinya, dia yang terlalu bodoh. Karena percaya saja kalau itu adalah anaknya. Ia mengetahui kalau bayi itu bukanlah anaknya, tepat saat kematian anak perempuan itu.

Satu-satunya alasan ia melepaskan istrinya, adalah cinta. Satu kata beribu makna itu membuatnya menyerah.

Ia menyerah mempertahankan perempuan itu untuk tetap di sampingnya. Karena ia sadar, bahwa perbuatannya selama ini hanya keegoisan.

Dimulai dari menculik perempuan itu. Menikahinya secara paksa. Mengurungnya dalam rumah bertahun-tahun.

Walaupun seperti itu, tidak ada satu hari pun Sanders membiarkan istrinya. Senyum lembut, membereskan pakaian, menuruti apapun yang istrinya inginkan dan selalu memberikan hatinya padanya.

Namun, siapa sangka. Pada akhirnya perempuan itu menginginkan kebebasan. Ia pada akhirnya muak melihat semua kekejaman suami beserta ketiga anaknya kepada orang lain. Ia muak melihat banyak hal buruk di sana.

Sanders membiarkan perempuan itu pergi. Bahkan bersumpah tidak akan mengganggu istrinya lagi. Dengan satu syarat, istrinya tidak boleh menangis dan harus terus tersenyum.

9 bulan setelah istrinya pergi. Tiba-tiba ia mendapat informasi kalau istrinya itu telah melahirkan seorang bayi perempuan.

Dengan ancaman ia berhasil mendapatkan bayi itu. Saat itu adalah saat terakhir ia melihat istrinya. Dengan muka penuh air mata, istrinya menyerahkan bayinya.

Padahal, Sanders sedikit berharap. Bahwa dengan merebut bayi itu, istrinya akan kembali padanya.

Lalu, kemarin malam. Saat dirinya sedang berada dalam rapat besar. Sekretarisnya, yang merupakan tangan kirinya datang dengan membuat kekacauan. 47 satpam tergeletak di sepanjang jalan menuju ruang rapat.

We Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang