Tibalah saatnya. Nafeesha telah menjadi salah satu mahasiswa di UYG. Setelah melaksanakan ospek satu minggu lamanya, Nafeesha mulai menjalani hari-harinya sebagai mahasiswi.
Berbicara mahasiswa, UYG adalah universitas andalan masyarakat untuk melangkah lebih maju. YG sangatlah luas, selain kuliah jurusan Ekonomi, YG juga mempunyai universitas lain yaitu UYGTB sebagai jurusan Seni Musik. Baik UYG dan UYGTB, kedua universitas favorit itu masih dalam satu kawasan.
Senyum berseri-seri Nafeesha pancarkan, impian untuk belajar menggunakan pakaian bebas kini telah menjadi kenyataan. Sekarang Nafeesha sudah bebas, tidak ada lagi seragam.
"Nafeesha!" Teriak Jaiden berdiri depan gerbang. Sejak Nafeesha menjalani ospek mereka belum pernah ketemu.
"Jaiden!" Sapa Nafeesha riang merentangkan tangannya dan berlari mendekati Jaiden.
"Gimana sekarang?" Tanya Jaiden.
"Jangan bertanya, gue bahagiaaa ...." Pekik Nafeesha tertahan, "jam mata kuliah pertama kapan?" Tanya Nafeesha selanjutnya.
"Nanti jam 9. Shaa, lo beneran baik-baik aja 'kan?" Tampak sekali bahwa Jaiden sangat cemas.
"Iya, Jaiden~ gue baik, gue sehat wal afiat. Udah yah lo gak usah khawatir," ucap Nafeesha menenangkan.
"Ingat! Kalau ada apa-apa buruan hubungi gue!" Tekan Jaiden mengacungkan jari telunjuknya depan Nafeesha, matanya membulat membuat Nafeesha menjadi gemas.
"Ihh lucu banget sih!" Nafeesha tidak dapat menahan diri untuk mengacak rambut Jaiden, meskipun harus berjinjit mengingat tinggi tubuh mereka terdapat perbedaan.
"Ck! Rese lu." Kesal Jaiden.
Nafeesha hanya terkikik geli, ia ingin mencubit pipi Jaiden. Tapi di sini sangat ramai. Tolong segera sadarkan Jaiden akan umurnya. Dia terlihat sangat imut.
"Sana masuk, gabung sama teman lo. Jangan mengasingkan diri," pesan Jaiden.
"Siap, pak bos! Kalau gitu gue masuk duluan yah. Papay ... Nanti ketemu di kantin!" Teriak Nafeesha sambil melambaikan tangan.
"Masih terasa seperti mimpi," gumam Allisya menatap sekeliling penuh haru.
Saking terlalu bahagia menatap sekeliling, Nefeesha tidak memperhatikan jalannya hingga menubruk seseorang. Dapat Nafeesha dengar suara geraman dari pemuda tersebut. Nafeesha semakin merasa tidak enak.
"M-maaf, gue yang salah. Maaf," mohon Nafeesha menyatukan tangan.
Lantas, pemuda itu mengambil bukunya dan pergi meninggalkan Nafeesha menggunakan hoverboard. Nafeesha menggaruk kepalanya yang memang tiba-tiba terasa gatal, rasa tidak nyaman menggerogoti tubuhnya.
"Ceroboh," ejek Jaiden meninggalkan Nafeesha bersama kedua temannya.
Tanpa mau memikirkan panjang lebar, Nafeesha kembali melanjutkan langkah menuju ruangan kelasnya sekarang. Mata Nefeesha terpaku menatap susunan meja yang sudah berubah, tidak ada lagi meja dan kursi untuk duduk berdua.
"Gue boleh duduk di sini gak?" Tanya Nafeesha pelan pada sosok pemuda.
"Iya, boleh. Duduk aja," balasnya ceria membuat Nafeesha tidak merasa canggung lagi.
"Nama gue, Dami," sambungnya ketika Nafeesha sudah duduk.
"Gue Nafeesha, panggil Esha biar simple."
"Ohh iya, kalau itu namanya Lilis. Dia teman gue juga, sengaja gue kenalin biar lo gak perlu kenalan sama dia. Maklum dalam mode macan," ucap Dami berbisik di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange
Teen FictionJaiden adalah seorang yang sangat membenci kegelapan akibat suatu trauma. Namun sebaliknya, Nafeesha adalah seorang gadis pecinta gelap, ia tidak bisa berada di bawah secercah cahaya sedikitpun. Suatu idapan terbalik menyatukan cemistri mereka. Jaid...