"Bunda ...!" Teriak Nafeesha.
"Esha sayang!" Pekik Annisa memeluk Nafeesha melepas rindu.
"Bunda~ Esha kangen," adu Nafeesha manja.
"Kamu pikir bunda gak kangen? Bahkan tiap hari bunda peringati Aiden buat bawa kamu ke rumah lhoo," balas Annisa.
"Ohh ya, ihh Jay kok gak bilang sih!" Rajuk Nafeesha.
"Ehh gue udah bilang ama lu ye! Jangan bikin gue jelek di mata bunda!" Peringat Jaiden menunjuk Nafeesha.
"Emang lo jelek." Nafeesha memeletkan lidahnya.
Jaiden mencibir Nafeesha dalam hati lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Annisa dan Nafeesha yang masih berpelukan melepas rindu.
"Bunda, Justin pulang," ucap lesu seseorang mengusaikan acara pelukan mereka.
"Bukannya kamu izin main bareng temen?" Tanya Annisa bingung.
"Sampe beberapa bulan nggak dulu, bund," lirih Justin.
"Jangan bilang kamu berantem di sekolah yah, bunda gak mau urus kamu kalau gitu," ancam Annisa.
"Justin anak baik-baik gak mungkin berantem," elak Justin menjatuhkan tubuhnya di sofa samping Nafeesha.
"Jangan ngaku anak baik kalau lo pernah kepergok nyebat di rooftop," ucap Jaiden tiba-tiba turun dan lepas mengganti baju.
"Cuma coba nyebat doang, Bang. Sekali itu aja, sekarang kagak pernah! Kapok gua," cetus Justin.
"Tetap aja nama Justin Putra Sadewa udah tertera di buku jurnal." Jaiden mengeluarkan smirk membuatnya terlihat begitu menawan.
"Serah lo deh muka lugu!" Oceh Justin mengadahkan tangannya ke Nafeesha pertanda ia ingin menyemil juga.
"Cuma muka, Njir! Gini-gini gue jadi kebanggaan ciwi-ciwi waktu SMA dulu," sanjung Jaiden sendiri.
"Lupa gue, dulu lo pernah masuk BK juga gara-gara buat anak orang babak belur." Justin melempar kacang telur ke udara lalu menangkapnya langsung dengan mulut.
"Jaiden gitu loh." Jaiden bersikap keren.
Annisa geleng kepala melihat kelakuan kedua putranya yang bersifat bertolak belakang. Jaiden yang lembut dan Justin yang suka mengajak berantem dan tak mau kalah.
"Gak like, Sat! Lo terlalu bucin waktu itu!" Sosor Justin.
"Jaiden punya pacar?" Tanya Nafeesha menatap Jaiden polos seraya mengemil.
"Udah mantan, Sha. Udah gak usah dibahas keramat soalnya," elak Jaiden cepat, ntah kenapa ia merasa harus cepat membuat klarifikasi agar Nafeesha tidak salah paham, padahal tidak ada ikatan untuk itu.
"Gak usah dibahas konon, foto lo berdua aja masih di simpan," omel Justin.
"Gue simpan di gudang, Coklat!" Amuk Jaiden jika sudah kesal ia pasti mengatai Justin dengan coklat karena warna kulit Justin yang sedikit gelap.
"Nyenyenye," ejek Justin menyudahi, ia mulai mengeluarkan ponselnya. Bahkan pemuda bermata serigala itu tidak berniat untuk mengganti seragamnya.
"Nafeesha gimana kuliahnya?" Tanya Annisa lembut.
"Sejauh ini baik, Esha senang bisa dapat banyak teman lagi. Esha bisa sibuk seperti teman SMA juga, kemaren mah nggak," cerita Nafeesha.
"Bagus kalau Esha udah punya banyak teman, bersosialisasi itu penting," kata Annisa.
"Kak mending lo gak usah temenan sama Bang Jay dah, kalau udah sembuh dia pasti jadi liar lagi," debat Justin.
"Gua nggak liar, balap hobi gue!" Tekan Jaiden menatap Justin tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange
Fiksi RemajaJaiden adalah seorang yang sangat membenci kegelapan akibat suatu trauma. Namun sebaliknya, Nafeesha adalah seorang gadis pecinta gelap, ia tidak bisa berada di bawah secercah cahaya sedikitpun. Suatu idapan terbalik menyatukan cemistri mereka. Jaid...