Jaiden berjalan cepat menuju minimarket samping kampus, karena Rapat BEM tadi Nafeesha harus menunggu Jaiden untuk pulang bersama. Padahal tadi Jaiden sudah memberikan Nafeesha izin pulang sendiri, Jaiden tidak ingin Nafeesha mendapat efek samping. Orang yang namanya Nafeesha tatap saja kekeuh untuk menunggu.
Nafeesha malah duduk adem ayem bersama Dami, Lisa, dan Mawar dengan segelas minuman bersoda. Kecuali Nafeesha, ia punya minuman tersendiri. Nafeesha beruntung dikelilingi orang baik, begitupun sebaliknya mereka semua beruntung bisa bertemu dengan anak seceria Nafeesha. Meski baru bertemu hari ini Mawar merasa nyaman jika bersama Nafeesha, sang gadis cerewet.
"Coba lo dengar." Dami bersiap mengeluarkan suara emasnya, "Tak ada gunanya membuang waktu ... Kita sudah salah sejak awal. Tapi siapa aku ... Aku merindukanmu. Ohh ... Aku hanya duduk di sini, bertanya kenapa ... Kenapa ... Kenapa. Kenapa bukan aku yang kamu cari, say–"
"Stop!" Dami menatap Lisa kesal.
"Apalagi sih, Sa! Dari tadi lo recokin lirik lagu gue aja lo!" Sungut Dami.
"Gue rasa lagu lo terlalu monoton, terlalu slow kerena gak ada rapp-nya sama sekali," kritik Lisa
"Ini emang buat orang patah hati, gue sengaja gak buat," sanggah Dami.
"Menurut gue udah bagus, suara Dami terlalu lembut buat jadi rapper." Mawar angkat bicara.
Regan ... Lagi-lagi Nafeesha membayangkan wajah Regan yang sedang mengelus kepalanya lembut. Bohong jika Nafeesha bilang sudah melupakan ahli psikiater itu, nyatanya Nafeesha masih menyimpan perasaan pada seorang yang bernama Regantara Samudera.
"Ho'oh, suara gue lebih cocok jadi main vokal," tambah Dami.
"Ck! Gak asik." Lisa merotasikan matanya.
Nafeesha terkekeh melihat wajah Lisa merajuk, Lisa sangat terobsesi untuk membuat lirik rapp pada lagu Dami. Bahkan Nafeesha tidak habis pikir kenapa mereka tidak masuk UYGTB saja, untuk alasan Dami, Nafeesha sudah tau.
"Ehh Dam, pulang kuy. Nyokap udah nyari," ajak Lisa.
Dami mengangguk mengiyakan, Dami segera membereskan buku-bukunya, begitupun dengan Mawar ia sudah bersiap karena mereka bertiga akan pulang bersama.
"Dami, lagu lo 'kan menceritakan orang yang patah hati terus akhirnya memutuskan untuk menyerah. Gue mau kasih saran aja, mending lo kasih lirik good bye di akhir lagu sebagai kata perpisahan," saran Nafeesha sebelum Dami pergi.
"Benar juga," timpal Mawar.
"Pantesan gue masih merasa hampa dengan lagu gue, ternyata butuh lirik tambahan dari lo. Ntar gue remake truss cover, tenang aja bakal gue kirim ke gc kita." Dami menepuk pundaknya bangga.
"Gak sabar gue, semoga lo menang kontes, Dam." Nafeesha mengepalkan tangannya keatas memberikan semangat.
"Makasih, Shaa. Kalau gitu kita duluan." Dami berpamitan diikuti Lisa dan Mawar.
Nafeesha mengangguk dan tersenyum lebar, selang lima menit Jaiden datang dengan napas tersengal-senggal, melihat Nafeesha meminum minuman yang ntah Jaiden tidak ketahui. Jaiden langsung merampasnya dan meminum tanpa menyentuh bibir botol.
Ia lelah berlari sampai sini, saat berjalan tadi ternyata Kak Sagara mengajaknya berbincang mengenai motivasi siswa itu kepada Jaiden, rupanya Danny sangat bersemangat mengajukan pertanyataan itu karena ia juga ingin mewarnai rambut. Untungnya usulan tersebut mendapatkan respon positif dari Pak Yanto.
"Huek ... Minuman apaan nih, gak enak!"
"Jaiden, itu minuman pereda kram perut kalau lagi haid," kata Nafeesha pelan tidak menyangka Jaiden akan ikut meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange
Teen FictionJaiden adalah seorang yang sangat membenci kegelapan akibat suatu trauma. Namun sebaliknya, Nafeesha adalah seorang gadis pecinta gelap, ia tidak bisa berada di bawah secercah cahaya sedikitpun. Suatu idapan terbalik menyatukan cemistri mereka. Jaid...