17. Suapan

14 6 0
                                    

Nafeesha tengah gugup, untuk pertama kalinya sejak bersekolah kembali ia telat. Jam mata kuliah pertama telah mulai sepuluh menit, kini Nafeesha mondar-mandir sendiri di depan pintu.

Tentu tidak masalah jika mahasiswa terlambat, mereka bisa ikut duduk untuk mendengar pembahasan materi. Namun, Nafeesha mempermasalahkan sendalnya, akibat terburu-buru ia menggunakan sendal toilet ke kampus. Saat membuka pintu pasti semua orang menatapnya, tentu bisa turun ke bawah. Sungguh memalukan.

"Lebih memalukan lagi kalau gue gak pake sendal ke kampus, terobos aja lah," ucap Nafeesha meyakinkan diri.

Nafeesha masih diambang keraguan, tetapi ia tetap membuka pintu. Benar saja dosen yang berwewenang ikut menatapnya. Nafeesha tersenyum kikuk. "Maaf pak, saya terlambat."

"Silahkan duduk." Sagara atau nama dari dosen itu tersenyum, ia tampak menahan tawa dan Nafeesha menyadari itu.

"Dami gak masuk?" Tanya Nafeesha mengambil tempat di samping Mawar.

"Kata Lisa, Dami sakit karena terlalu gugup dengan pengumuman lomba nyanyi kemarin," jawab Mawar berbisik.

"Apa yang harus ditakutkan coba, padahal suara Dami bagus banget," gumam Nafeesha mengeluarkan buku catatannya.

Mendengarkan dengan seksama, fokus, dan memahami, Nafeesha kerap menganggukkan kepalanya mengerti. Waktu terpakai sudah cukup, Sagara telah pamit undur diri, beberapa mahasiswa telah keluar kelas.

"Sebelum kelas mulai Kak Danny tadi masuk, katanya seluruh anggota yang masuk BEM harus hadir untuk rapat," celetuk Lisa memiringkan kepala menatap Nafeesha.

"Sekarang?" Tanya Nafeesha memastikan.

Lisa menggeleng. "Jam setengah satu."

"Kira-kira lama gak?" Tanya Nafeesha lagi.

"Ntah, who knows," jawab Lisa.

"Selamat tinggal di kampus kalian, gue adem ayem kagak ikut apa-apa." Mawar merentangkan tangan lega.

"Belum didapat aja lo sama dekan," cibir Nafeesha mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Apa tuh?" Lisa mendekatkan diri ingin tahu.

"Gue buat kue." Nafeesha membuka rantang tersebut.

"Wow!" Lisa dan Mawar berdecak bersamaan, mata mereka berbinar.

"Gue buatin khusus buat kalian juga," ucap Nafeesha menepuk dadanya bangga.

"Eits! Jangan makan di kelas!" Peringat Yoyo berkacak pinggang.

"Iya deh pemimpin kelas," pasrah Lisa, padahal mulutnya sudah berair ingin memakan kue coklat buatan Nafeesha.

"Ke taman kolam ikan kuy," ajak Mawar.

"Ayok, di sana adem," kata Nafeesha setuju.

Lisa segera menarik tangan Nafeesha dan Mawar keluar kelas, perut rata miliknya telah bergerumuh meminta makanan. Nafeesha hanya bisa berlari mengimbangi, tubuh Lisa terbilang kurus jadi maklum saja kalau ia membawa tubuhnya sangat ringan.

Suasana teduh di bawah pohon rimbun, mereka bertiga duduk selonjoran di atas rumput yang telah dipungkasi. Mawar telah mengambil alih Tupperware itu dari Nafeesha, mereka berdua bahkan tidak mau bergantian sendok.

Kue dengan saos coklat buatan Nafeesha sangat nikmat. Mawar dan Lisa sungguh rakus, bahkan Nafeesha hanya dapat sesuap. Nafeesha tidak mempermasalahkan, toh ia bisa makan lagi setelah pulang.

"Kak Danny!" Sapa Mawar dengan mulut penuh.

"Mau kemana kak?" Tanya Lisa basa-basi melirik David yang tengah mengelus tengkuknya, persis seperti orang baru bangun tidur.

OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang