Love Goes On [✔]

11. Make A Wish

Sedari tadi, Dirga tidak henti-hentinya terus menghubungi nomor Dara. Ini sudah jam 5 sore dan nomor tunangannya itu kunjung tidak aktif. Mungkin sudah dari satu jam yang lalu Dirga menghubunginya. Hari ini juga Dirga sangat sadar bahwa ini adalah hari kerja.
   
“Pak ?”
   
Dirga yang tengah kesal menoleh dengan kasar ketika ada yang memanggil dirinya. Mendapat seorang bawahannya masuk dengan membawa map biru. “Ini berkas kasus yang tempo hari”
   
Dengan raut wajah yang tidak bersahabat Dirga mengangguk kecil, “Simpan aja disitu” katanya dengan menyentak dagu ke meja kerjanya. Dia tidak berbicara banyak, membuat sang bawahan langsung pamit keluar melihat atasan yang tampak kesal itu.
   
Dirga kembali melirik jam tangan yang melingkar dilengan kirinya, sudah jam 5 lewat sekarang. Dengan rasa kesal akhirnya Ia memutuskan untuk pulang.
   
Jujur saja Dirga jarang semarah dan sekesal hari ini. Bukan apa, hubungan dia dan Dara baru akan membaik setelah lima tahun lalu. Namun hari ini gadis itu kembali menghilang dari hadapannya. Padahal setidaknya sehari Dara selalu menghubungi Dirga setidaknya sekali.
   
Oke, katakanlah Dirga posesif. Tapi Dirga memang tidak mau kehilangan Dara lagi. Lelaki itu tidak mau pertunangan yang kali ini kembali gagal. Cukup lima tahun lalu, untuk yang kali ini Ia ingin jadi yang terakhir.
   
“Dirga ?” Dirga baru saja akan membuka pintu mobil. Sebuah suara yang sangat Ia kenal mengintrupsinya, Ia pun menoleh dan mendapati Jonas tengah berlari kecil kearahnya.
   
“Kenapa ?”
   
“Selamat ulang tahun bro” kata Jonas sambil nyengir lalu menyalami Dirga.
   
Dirga mengulas senyum tipis disela rasa kesalnya, saking sibuk memikirkan Dara yang kunjung tidak ada kabar dia hampir lupa kalau hari ini Ia genap 28 tahun. Sudah tua juga rasanya.
   
“Makasih nas” jawabnya tulus.
   
“Jemput Dara ?” tanya Jonas kemudian, senyum diwajah Dirga pun perlahan pudar. Ia merengut kecil lalu berdecak. “Itu anak engga ada kabar ?” jawabnya dengan nada kesal.
   
Jonas terkekeh melihat ekspresi kesal Dirga. Dasar bucin, begitu batinnya. “Mungkin lagi sibuk, kan lagi masa daftar ulang peserta didik. Pikir positif aja lah bro”.
   
Dirga menghela nafas pelan, Jonas ada benarnya. Ini sedang sibuk-sibuknya para mahasiswa melaksanakan daftar ulang. Belum lagi yang akan akan skripsi, penelitian dan lain-lain. Tidak terbayang betapa lelahnya Dara kalau memang iya.
   
“Ya udah, gue pulang dulu” pamit Jonas.
   
“Songong amat udah ada bini” cibir Dirga pura-pura cemberut. Jonas tertawa renyah mendengarnya.
   
“Santai dong pak, bentar lagi kan nyusul” balasnya. Memang belum ada kepastian kapan Dirga dan Dara akan menikah, mengingat keduanya yang sama-sama masih ragu. Tapi Jonas harap mereka bisa sampai altar.
   
“Doain”
   
“Amin –ya udah gua pulang” setelah Jonas langsung pergi dari hadapan Dirga menuju mobilnya. Begitupun Dirga yang langsung masuk mobil untuk segera pulang. Mengobrol dengan Jonas, meski tidak sampai 15 menit cukup membuat emosinya bisa sedikit teredam.
   
Dirga pun langsung menjalankan mobilnya menuju rumah. Awalnya Ia ingin kerumah Dara terlebih dulu, namun dia cukup lelah hari ini. Dia tidak mau emosi ketika berbicara dengan Dara perihal hal yang sepele ini. Jadi ia memutuskan untuk pulang terlebih dulu.
   
Tidak sampai 20 menit, Dirga sampai dipekarangan rumahnya. Disambut dengan rumah yang tampak sepi.
   
“Kosong ?” tanyanya pada diri sendiri, “kondangan kali ya ?” tadi pagi sebelum berangkat kerja Dirga sempat melihat beberapa lembar undangan dirumahnya. Lelaki 28 tahun itu pun langsung memasukan mobil kedalam garasi, lagi tidak ada satupun kendaraan dirumah.
   
Setelah keluar mobil, mengunci mobil dan juga menutup garasi. Dirga langsung membuka pintu rumah. Membuat dirinya sedikit kesal karena tidak ada satupun lampu yang menyala.
   
Klek