16. My Way

424 41 0
                                    

“SELAMAT PAGIIIII!!!”    Dirga hanya bisa tersenyum tipis ketika Dara memasuki ruang rawat inap yang Ia tempat dengan bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“SELAMAT PAGIIIII!!!”
   
Dirga hanya bisa tersenyum tipis ketika Dara memasuki ruang rawat inap yang Ia tempat dengan bersemangat. Gadis itu tersenyum lebar dengan membawa sekeranjang buah-buah dan beberapa kresek makanan yang Ia jinjing.
   
“Akhirnya kamu dateng”
  
“Yang lain memangnya kemana ?” alih-alih menjawab, Dirga malah menarik pergelangan tangan Dara agar gadis itu duduk dibangku samping ranjang tempat Ia berbaring.
   
“Belum dateng, kan aku kesepian” adunya dengan nada manja yang seolah mengatakan dirinya sangat kesepian.
   
Dara tertawa pelan, mencuri ciuman pelan di pipi Dirga. “Ya udah, sekarang kan udah ada aku”. Dirga mengulas senyum lebar, ciuman singkat barusan bagaikan suntikan semangat untuk dirinya yang sedang terbaring lemah.
   
“Makan dulu ya mas” ajak Dara, dengan semangat Dirga mengangguk. “kamu bawa apa ?”
   
“Bubur ikan, kamu mau kan ?” lagi, Dirga kembali mengangguk dengan bersemangat. Tunangannya ini tahu saja apa kesukaannya.
   
Dirga pun mulai memperhatikan gerak-gerik Dara dalam menyiapkan sarapannya untuknya. Gadis itu memang tipe orang selalu antisipasi, bahkan sampai membawa tempat makan sendiri didalam totebag yang Ia bawa. Dirga lantas mengulas senyum tipis, melihat Dara yang sangat merawatnya membuat Ia menyesali perkataannya ketika terakhir kali bertemu dengan tunangannya ini.
   
“Dek” panggil Dirga ketika Dara masih sibuk dengan bubur yang Ia beli. Dara tampak menoleh sekilas, “Kenapa mas ?”
   
“Mas minta maaf”
   
“Minta maaf ?” tanya Dara sambil perlahan mengambil posisi duduk didekat ranjang tempat Dirga berbaring. Dirga mengangguk.
   
“Soal terakhir kita ketemu, mas engga maksud buat batal–”
   
“Nanti aja bahasnya, mas istirahat dulu” potong Dara cepat, dia sedang tidak mau membahas soal hal itu sekarang. Membahas hal itu rasanya hanya membuat Ia merasa bersalah pada Dirga.
   
“Terserah kalau emang kamu belum mau bahasnya, tapi mas minta maaf ya” Dirga perlahan meraih sebelah tangan Dara yang sedang tidak memegang makanan. Mengelus jemari itu sambil menatap sang tunangan lekat.
   
“Iya, aku juga minta maaf… aku engga selingkuh mas! Serius” Dara membuat jaringan menjadi gesture ‘peace’ tanda Ia bersungguh-sungguh bahwa memang dia tidak selingkuh dengan Vino.
   
Sejujurnya Dirga pun percaya, lagipula undangan yang ada di rumah Dara sudah cukup membuktikan semuanya.
   
“Iya mas percaya sayang” Dirga menarik sudut bibirnya, tangannya yang semula berada jemari Dara berpindah pada kepala sang puan lalu mengelusnya surai hitam gadis itu lembut.
   
“Waduh, kayaknya saya ganggu” Dara dan Dirga sama-sama menoleh, mendapati Sam menyembulkan kepala dari balik pintu dengan tersenyum canggung ke arah kedua sejoli itu. Dirga yang kebetulan sudah jenuh berbaring pun mencoba mendudukkan diri.
   
“Gapapa dok, masuk aja”
   
Masih tersenyum canggung, Sam pun berjalan memasuki ruangan yang Dirga tempati. “Gimana pak ? udah merasa lebih baik ?”
   
“Jauh lebih baik dari sebelumnya”
   
Sam  tersenyum puas mendengarnya, ada kebahagian tersendiri ketika pasiennya mengatakan sudah merasa jauh lebih baik. “Saya periksa dulu ya”
   
Sambil memeriksa Dirga, Sam dan Dirga pun mulai membicarakan hal-hal random. Sementara Dara hanya diam memperhatikan keduanya, memperhatikan Sam lebih tepatnya. Sepuluh tahun berlalu baru kali ini Dara menyadari kalau Sam ternyata cukup tampan, pantas saja dulu penggemarnya bejibun.
   
Ditambah lagi jas putih yang melekat pada tubuh lelaki itu, kacamata serta rambut yang dibuatnya menampakkan jidat yang cukup menambah kesan tampan, yang mampu membuat kaum hawa lupa diri ketika melihat dokter ini tersenyum.
   
‘Astaga! Sadar Dara lo udah punya tunangan’
   
Disela lamunannya, Dara mencoba menyadarkan diri dari lamunan tidak-tidaknya. Mencoba sekuat tenaga mengusir Sam dari kepalanya.
   
“Dok, kapan saya bisa pulang ?” pertanyaan Dirga membuat Dara benar-benar tersadar dari lamunannya. Gadis itu melirik Dirga dan Sam secara bergantian.
   
“Ngebet amat mau pulang” kata Dara yang terdengar seperti protes ditelinga Dirga, “Kamu tu belum sehat mas”
   
“Aku capek disini”
   
“Sam, suntik aja nih orang pake jarum sapi” suruh Dara tiba-tiba pada Sam , sementara yang disuruh tertawa melihat kedua sejoli yang membuat hatinya cukup merasa miris.
   
“Kamu kenal sama dokternya ?” Dara mendadak sedikit panik, Ia pun melirik Sam sekilas lalu kembali menyuapi Dirga.
   
“Sam, temen sekelas aku sama Mark”
   
Dirga mengangguk paham, “Pantes Mark heboh banget, dia bilang dia kenal”
   
“Iya, saya temen dia bolos dulu” jawab Sam terkekeh.
   
“Edan! Sekarang jadi dokter” puji Dirga. Sam tersenyum, juga tidak menyangka dia benar-benar menjadi dokter sekarang, sampai dia lupa apa tujuannya dan apa yang menjadi alasannya menjadi dokter telah direbut oleh yang lain, lagi.

Tbc

Oh jadi ini yang rebutan Dara pas jaman SMA ?🤣🤣

Love Goes On [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang