Dara baru ingat ada satu lagi orang terdekatnya yang belum tahu soal pertunangannya dengan Dirga minggu depan, Ia terlalu sibuk memikirkan cara menerima kembali sampai lupa kalau Vino sama sekali belum Ia beritahu.
Ia memang sudah sangat jarang berhubungan dengan Vino lagi, terakhir kali tahun lalu ketika lelaki itu Natalan kerumahnya. Bekerja sebagai jaksa di kejaksaan negeri dari empat tahun lalu memang membuat lelaki itu jarang terlihat lagi.
Vino langsung mendaftar tes jaksa beberapa bulan setelah dirinya lulus S1 kemarin, dan lulus tes itu memang tidak membuat Dara, bagi Dara itu wajar.
Tringg! Tringg!
Ponsel Dara berbunyi, dan panjang umur. Baru saja ingin menghubungi Vino, lelaki itu sudah lebih dulu menelponnya.
“Halo ?” sapa Dara terlebih dulu, “Halo, apa kabar ra ?”
Dara mengangguk, “baik, kamunya ?”
“baik juga, kamu ke akademik jam berapa ? sebelumnya keluar sama aku mau ?” tanya Vino panjang lebar, Ia tampak sedikit berpikir, hari ini dia ke akademik jam satu seperti biasa.
Dia juga ingin bertemu dan bercerita banyak hal pada Vino, namun disisi lain ada rasa yang sedikit mengganjal perasaannya.
“Halo ra ? kamu masih disitu ?” Dara tersadar dari lamunannya, “boleh vin, jam 11 aja ya, soalnya jam 1 aku ke akademik”
“Oke, see u nanti”
Tutt
Panggilan dimatikan terlebih dulu oleh Vino. Disilah Dara mulai berpikir, Ia rasa ini memang saatnya memberitahu Vino.◻◻◻
“Mark sama Mega gimana ? aku denger udah tunangan ?”
Vino yang pertama membuka pembicaraan tepat ketika keduanya sampai di sebuah Café yang tidak jauh dari kampus, kata Vino tempat biasa dia dan teman-temannya nongkrong.
“Ya, mereka tunangan sebulan lalu, lebih baik sih daripada ntar terjadi hal yang engga diinginkan, aku ngeri soalnya lihat gaya pacaran mereka”
“emang mereka pacarannya gimana ?” Dara tampak sedikit berpikir, pelan-pelan Ia mulai mengingat gaya berpacaran Mark dan Mega yang terkesan cukup bebas dimatanya. Mark tidak jarang menginap dirumah yang ditempati Saka dan Mega, apalagi semenjak Saka menikah dan Mega kerja di Pontianak, wah Mark jadi semakin sering kesitu.
Namun dengan cepat Dara menggelengkan kepalanya, Ia tiba-tiba jadi ngeri sendiri memikirkannya, membuat Vino terkekeh kecil melihat ekspresi ngeri Dara. “Segitu ngerinya ra ?”
Dara mengangguk, “Iya- eh aku mau cerita sesuatu, tapi…” Ia menggantungkan ucapannya, itu membuat Vino cukup penasaran karena ekspresi Dara yang lagi-lagi dengan cepat berubah.
“Cerita aja” Vino meraih kedua jemari Dara, meyakinkan gadis itu untuk bercerita pada dirinya. Cukup lama Dara diam dan berpikir, Ia takut ini akan menyakiti Vino, tapi dia tidak akan tenang jika belum bercerita pada Vino.
“Aku… dijodohin vin” cukup lama Vino tak bergeming, Dara sendiri sampai menunduk setelah mengatakan hal itu pada Vino.
“Dijodohin ?” Dara mendongak lalu mengangguk, “sama siapa ? udah ketemu ?”
“itu dia masalahnya… aku dijodohin sama kak Dirga” Vino kaget, benar-benar kaget. Tidak pernah terlintas dipikirannya bahwa Dara akan menikah dengan cara seperti, apalagi dengan orang yang Vino tau bahwa itu cukup menyakitkan bagi Dara menerimanya.
“tapi bentar…” Vino menjeda ucapannya, “kok kamu engga nolak ?” pertanyaan itu lebih terdengar seperti protes bagi Dara.
Dara meringis lalu tersenyum tipis, “bohong kalau dibilang aku engga seneng…” Vino tampak mengerutkan alisnya. "Aku aja bingung sama apa yang aku rasain sekarang Vin"
Vino menghela nafas pelan, Ia tau, masih ada rasa takut dalam diri Dara, apalagi dengan hal-hal yang berhubungan dengan Dirga. Tapi Vino yakin kalau Dirga sudah berubah, selama ini Vino sudah beberapa kali menangani kasus dengan Dirga, keduanya juga sesekali bercerita tentang kehidupan masing-masing. Bahkan tak jarang Dirga bertanya soal Dara, sayangnya Vino sudah berhubungan tak seintens dulu dengan Dara.
“Kamu tau kenapa setelah putus kita tetep deket ?” tanya Vino tiba-tiba, “karena kita putus baik-baik ?” Dara bertanya, Ia juga ragu.
Vino lantas mengulas senyum tipis, “Kita memang putus baik-baik, tapi tetep aja kita putus karena ada masalah”
Dara tampak sedikit berpikir, baru saja Ia ingin berbicara, namun Vino sudah lebih dulu berbicara lagi, “hubungan kita tetep baik-baik aja kan ? meskipun engga kayak dulu lagi ?”
Dara mengangguk, Vino pun mengulas senyum lebih lebar lagi sambil memegang kembali jemari Dara yang sudah dia lepas.
“Gitu juga kamu sama bang Dirga, semuanya mungkin engga akan sama lagi. Tapi bukan berarti kalian berdua engga bisa buat kebahagian yang pernah ada jadi lebih bahagia dari sebelumnya kan ?”◻◻◻
Sudah lama sekali rasanya Dirga tidak berkunjung kerumah yang ditempati Dara ini, terakhir kali Ia kesini ketika – ya sebenarnya Dirga enggan mengingatnya. Tapi terakhir kali memang ketika Ia dan Dara memutuskan mengakhiri semuanya. Dimana Ia masih ingat betul bagaimana Ia dan Dara sama-sama menangis karena sudah menyakiti Dinda.
Ini sudah jam empat sore, dia yakin Dara sudah pulang dari kampus. karena itu Ia memutuskan untuk kerumah Dara.
Ting Tong!
Tidak perlu waktu lama, Dara langsung membuka pintu. Wajah gadis itu tetap sama, masih cuek. “ngapain ?”
“Saya engga disuruh masuk ni ?” Dirga menawarkan diri, Dara tampak berdecak kecil lalu memberikan jalan agar Dirga masuk.
“tadi di sepakat ngapain ? sama siapa ?” tanya Dirga to the point karena dia tidak punya waktu yang cukup lama mengunjungi Dara. Sementara yang ditanya tampak sedikit kaget.
“bukan urusan kamu”
“saya calon tunangan kamu”
“baru calon, kita belum resmi tunangan” Dara tidak mau kalah, sementara Dirga terlihat sedikit kesal karena berhasil di tekan Dara,“tinggal bilang kamu sama siapa kan engga susah”
“sama Vino” aku Dara akhirnya.
“Ngadu ?”Dara jadi geram, “aku engga ngadu- ah udahlah kalau mau bukan aku kesel mending pulang sana” Dara sudah tidak tahan, jadi dia memilih untuk mengusir Dirga dari rumahnya.
“Saya besok ke kapuas hulu” Dara diam, sebenarnya dia enggan peduli, namun jujur saja kalau dia penasaran.
“ngapain ?” akhirnya itu keluar dari mulut Dara, Dirga mengulas senyum tipis, sangat tipis hingga Dara tidak sadar bahwa Dirga senang ditanya seperti itu.
“Dinas” jawab Dirga singkat.
“Pulangnya kapan ?” astaga, Dirga benar-benar ingin tersenyum saat ini juga mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut Dara.
“Kamis malam saya usahain pulang” gadis itu langsung teringat bahwa ternyata pertunangan Ia dan Dirga jatuh pada hari Sabtu.
“Jangan diusahain! Harus pulang” sentak Dara kecil, Dirga jadi heran, “kenapa ?”
Raut wajah Dara tampak berubah, seperti ingin menangis. Lain diwajah, lain juga dihati. “kasian uangnya terbuang percuma kalau batal tunangan”
Oh Shit! Bukan jawaban ini yang Dirga mau.Tbc
Poor Dirga🤣🤣
Kasian banget, udah ngarep Dara ngomong, "aku sayang kamu, makanya engga mau kamu engga pulang"
Maaf pak, Dara lebih sayang duit🥴
Jangan lupa VOMENT ya yorobun❤
Stay safe
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Goes On [✔]
Ficção Geral❝𝐟𝐭. 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠❞ Setelah hari kelulusannya waktu itu, Dara pikir dirinya tidak akan bertemu lagi dengan lelaki yang pernah mengisi sekaligus menorehkan luka di relung hatinya, Dirgantara. Namun ternyata Dara salah besar, Ia malah kembal...