Haruto kembali masuk sekolah dan beraktivitas seperti biasa. Bedanya ... Ia cukup menjaga jarak dengan lawan jenis.
Hari ini entah kenapa Haruto membuat jarak pada semua siswi yang dia temui, terutama pada teman-teman kelasnya membuat mereka bingung.
Mungkin sikap 'jaga jarak' Haruto tidak begitu jelas, namun untuk teman kelasnya sikapnya ini sangat kentara.
Maka dari itu, walau penasaran tetapi mereka tidak begitu mengusik Haruto, kecuali untuk hal penting.
Padahal hubungan Haruto dengan teman kelasnya cukup dekat, setidaknya sampai titik saling peduli.
Tapi mereka menghormati, mungkin saja sesuatu sudah terjadi pada cowok Jepang itu. Jadi mereka tak ingin menambah beban Haruto.
Kalau Haruto ingin sendirian, yasudah mereka tidak akan mengusik.
Haruto menghela nafas merasa bersalah, ekspresi bingung teman-teman kelasnya sekilas terbayang.
Mereka nggak tau apa-apa tapi harus merasakannya juga.
"Haruto, stop!"
Haruto refleks berhenti, tubuhnya menegang menatap sekumpulan siswi di depannya.
Haruto diam-diam menarik nafas, berusaha tetap menguasai air muka. Ia menatap datar seorang siswi yang paling menonjol di antara lima lainnya.
"Gue nggak ada waktu." ucap Haruto tak minat lalu kembali melangkah, namun nyaris menjerit saat tangan siswi itu menarik tangan kanannya, menahan.
Haruto menghempas tangan siswi itu lalu mundur selangkah, ia menatap siswi itu tajam.
"Jangan sentuh gue." ucap Haruto dingin dengan tatapan tajamnya, tubuhnya mulai panas dingin.
"Ma-maaf ... habis lo mau pergi duluan, gue kan mau ngomong." ucap Siswi itu merasa bersalah dan sedikit takut.
Haruto menaikan satu alisnya, walau diam-diam ia mencoba tak mengalihkan pandangan dan tetap memandang wajah siswi di depannya kini.
Siswi itu menarik nafas dalam, tangannya yang disembunyikan di belakang tubuhnya kini terulur pada Haruto.
Sekotak coklat.
"Gue mau kasih lo ini, kemarin waktu lo nggak masuk Kakak gue baru aja balik dari Jepang dan beliin gue ini. Ini rasa macha. Terima ya?"
Haruto menatap sekotak coklat berukuran sedang yang tersodor kepadanya, lalu menatap siswi itu.
"Lo punya temen banyak kenapa harus kasih ke gue?"
"Eh? Kita juga dapet kok. Tapi yang macha ini khusus buat lo," salah satu teman siswi itu menjawab.
Yang lain mengangguki, "Iyaa, lo kan ada darah Jepangnya pasti suka macha kan?" ucap temannya yang lain.
Siswi yang menyodorkan coklat itu mengangguk, "Lo mau kan terima coklat dari gue?"
Haruto diam sejenak lalu mengambil kotak coklat dari tangan siswi itu. "hm,"
Siswi itu berbalik menatap keempat temannya dengan teriakan senang yang tertahan, keempat temannya juga menatap siswi itu merasa bahagia.
Tanpa mereka sadari Haruto mundur dua langkah menjauh, sedikit takut.
"Oi," ucap Haruto membuat kelimanya kembali menatap Haruto, Haruto menelan ludah.
"M-makasih, eum?" Haruto menatap bingung, tak tau nama siswi itu.
Siswi itu tersenyum kecil "Wonyoung, nama gue Wonyoung."
"A-a makasih Wonyoung." balas Haruto sedikit terbata.
Wonyoung mengangguk kecil, lalu pamit pergi. Saat melewati Haruto tiba-tiba saja ia memberikan wink lalu tertawa malu.
Haruto merinding, ia menggigit bibir bawahnya menahan diri untuk tidak menjerit.
Setelah mereka menjauh, Haruto menyandarkan diri di dinding terdekat, perlahan tubuhnya merosot ke bawah hingga ke posisi terduduk.
Kaki Haruto lemas, punggungnya sudah berkeringat dingin sedari tadi, jantungnya berdegup kencang, tangannya bahkan bergetar kecil.
Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya lewat mulut, berusaha menenangkan diri.
Haruto lemas. Bayangan Wonyoung memberikannya wink membuat Haruto kembali merinding dan di bawah... perutnya mulai bereaksi.
Haruto tiba-tiba merasa mual, dan ingin muntah.
Haruto mendesah pelan lalu merogoh ponselnya, mengotak-atik sebentar lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
Menelpon Jeongwoo.
"H-halo Woo?" ucap Haruto setelah telponnya diangkat, "Jemput gue plis,"
Di kantin Jeongwoo mengernyitkan kening, lalu berdiri dan pamit pada yang lain.
"Suara lo kenapa?" tanya Jeongwoo menyadari nada suara Haruto yang lemah dan sedikit bergetar.
Haruto menggeleng kecil, lalu menatap sekitar. Untung sepi.
"Gue lemes, Woo." Haruto menelan ludah, tiba-tiba tenggorokannya kering. "Terlalu banyak interaksi."
Jeongwoo mengernyitkan kening dalam, beberapa detik kemudian ia tersentak mengerti lalu mempercepat jalannya.
"Gue di jalan, jangan pingsan Ru" ucap Jeongwoo lalu berlari kecil menuju toilet.
Tadi saat mereka sedang makan di kantin Haruto pamit ke toilet, tadinya pengin di temenin tapi Haruto kekeuh ingin pergi sendiri jadi yang lain tak terlalu memaksa dan membiarkan ia pergi sendiri.
Walau hampir semua sudah menduga akan jadi seperti ini, termasuk Jeongwoo.
Haruto mengangguk kecil "Cepetan, gue mulai denger suara langkah kaki."
"Iya ini gue otw, lo jangan merem, nanti pingsan."
"Nggak janji,"
Lalu telpon dimatikan, Haruto membuang nafas berat, ia menundukkan kepala menatap coklat di tangannya.
Beberapa detik kemudian Ia bergidik ngeri. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas membentuk senyum tipis, lalu bergumam kecil. "Nyusahin aja ...."
──═━┈━═──
26.02.21
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLE
FanfictionTentang mereka yang berputar di lingkaran Watanabe Haruto ... dengan pemuda itu sebagai pusatnya. Di kelilingi oleh 12 pemuda yang lain, Haruto benar-benar tidak boleh berhenti, bahkan ketika dia lelah dengan dunia. But, someday, dia melakukannya. ...