21. Sang Titik Di Tengah Lingkaran

1.1K 119 12
                                    

Junkyu membuang nafas berat lalu menatap jam dinding, pukul 03.10 dini hari.

Ia menguap kecil. "Ruto ke mana ya?" gumamnya entah untuk yang kesekian.

Junkyu menyandarkan punggungnya di kepala sofa, ia menatap layar televisi yang menayangkan film aksi. Tapi Junkyu justru larut dalam lamunannya.

Junkyu ingat dengan jelas apa yang Haruto ucapkan saat pertama kali Junkyu datang ke apartemen ini. Apartemen Haruto.





"Masuk kak, maaf berantakan." ucap Haruto kala itu sembari membuang beberapa kaleng soda.

Junkyu menatap sekitar sesaat sebelum menatap Haruto, "Lo tinggal sendirian?"

Haruto menoleh sejenak, sebelum membuang kaleng-kaleng itu ke tempat sampah "Yaa gitu, sebenarnya gue jarang ke apart ini sih,"

Haruto menoleh sepenuhnya pada Junkyu, "Bisa dibilang ini rumah kedua gue, kalau ada masalah biasanya gue lari ke sini."

Junkyu mengeryit, "Emang di rumah lo kenapa? ----ah sorry," Junkyu langsung meminta maaf dengan ekspresi bersalah.

Haruto balas tersenyum, "Sebenernya nggak pa-pa, cuma masalah keluarga."

*

Junkyu tersenyum kecil mengingat itu, rasanya sudah lama sekali. Waktu itu mereka masih SMP, tepatnya saat Junkyu kelas sembilan.

Ternyata sudah tiga tahun mereka berteman, sudah tiga tahun juga Haruto selalu ada untuknya.

Bicara soal Haruto, Junkyu tersentak sendiri mengingat itu. Ini sudah hari ketiga sejak Haruto kembali ke apartemen.

Kalau di ingat-ingat Haruto memang sangat jarang mengunjungi apartemen ini, biasanya jika datang pun kalau tak sedang dalam masalah, ya karena ada Junkyu yang mampir.

Pertemanan keduanya memang sudah sedekat itu, bahkan sudah seperti Kakak dan Adik kandung.

Junkyu bahkan tau password apartemen ini, sehingga ia bisa keluar-masuk dengan bebas karena dari awal Haruto sudah percaya untuk berbagi unit apartemen ini dengan Junkyu.

Junkyu juga hafal kebiasaan Haruto ketika cowok itu sudah mengunjungi apartemen ini, yaitu; ia akan pulang ke rumahnya minimal setelah tiga atau empat hari, paling lama Haruto pernah pulang setelah tiga bulan.

Junkyu tak tau di mana rumah Haruto.

Junkyu juga tak tau apa saja masalah cowok Jepang itu ketika di rumah.

Sampai suatu hari saat Haruto berkunjung ke apartemen ini, Junkyu menanyakan perihal itu, tapi Haruto hanya bilang dengan singkat yang sampai sekarang Junkyu jadi kan pegangan.



"Ini ... sebenernya gue punya Kakak, tapi kita nggak akur. Setiap dia pulang kita selalu ribut, karena gue males ngadepin dia gue lari aja ke sini."



Karena ucapan Haruto kala itu Junkyu jadi mengambil kesimpulan ; setiap Haruto mengunjungi unit apartemen ini, Kakak Haruto sedang pulang ke rumah.

Kalau boleh jujur, Junkyu sangat penasaran dengan kehidupan Haruto. Tapi Haruto hanya sedikit membagi cerita hidupnya, jadi Junkyu tak banyak mengerti.

Tapi Junkyu juga tak bisa memaksa Haruto bercerita, tak pa-pa kalau Haruto belum percaya dengannya sepenuh ia percaya dengan Haruto.

Asal cowok itu selalu ada untuk Junkyu ... rasanya tak masalah.

Bohong.

Sakit. Rasanya selalu sakit. Setiap memikirkan Haruto tak cukup percaya padanya rasanya sakit. Selalu sakit.

Orang yang paling dekat denganmu, nyatanya tidak memiliki cukup rasa percaya padamu untuk membagi beban mereka ... rasanya selalu sakit.

Junkyu menunduk, ia mencebikkan bibirnya. "Sakitnya masih sama ...." gumamnya lirih, matanya mengedar mencari benda tajam namun nihil.

Karena beberapa hari lalu Haruto sudah menyembunyikan semua benda tajam, benda yang mudah pecah, dan sebagainya dari Junkyu.

Junkyu menghela nafas kini menatap pergelangan tangannya. "Mungkin .. gue emang harus sembuh."

Tapi jauh di sudut hati Junkyu ada rasa tidak puas, gemas ingin menggores kulitnya sendiri, setidaknya sampai mengeluarkan darah.

Junkyu segera menggeleng, ia menampar pipinya keras. "Nooo, gue harus sembuh!" ucapnya mengingatkan diri, "Lagian luka yang lama masih belum sembuh."

Luka lama beberapa hari lalu itu kini masih tahap pemulihan, masih membutuhkan waktu untuk benar-benar hilang sepenuhnya.

Junkyu mengusap luka itu sejenak, ia tersentak kaget saat suara kencang tabrakan mobil dari televisi terdengar. Junkyu mengelus dada, ia mengambil remot, satu alisnya sedikit terangkat saat melihat adegan di film yang menayang seorang laki-laki muda yang dengan sengaja berjalan ke tengah jalan dengan maksud mengakhiri hidupnya, ketika sebuah mobil nyaris mencapai tubuh laki-laki itu, seorang perempuan yang sadar tindakan berbahaya-nya dengan buru-buru menarik laki-laki itu kembali ke pinggir jalan. Pengendara mobil yang terkejut, banting stir dan menabrak mobil lainnya.

"Gue nggak tau di film aksi ada adegan gini juga?" Junkyu kebingungan, namun dengan tak peduli dia menekan tombol untuk mematikan televisi.

Pandangannya beralih menatap jam, sudah hampir pukul empat pagi. "Apa gue tidur duluan? Mungkin Ruto emang udah balik ke rumahnya."

Junkyu berusaha berpikir positif, walau rasanya hampir mustahil. Sedari kemarin, setelah ia bicara dengan Haruto di lapangan basket waktu itu untuk tetap berpikir positif rasanya sulit.

Perasaan buruk itu semakin menguat membuat Junkyu gelisah dan puncaknya hari ini, makanya ia sabar menunggu Haruto. Awalnya begitu pulang sekolah Junkyu mencari Haruto di berbagai tempat yang mungkin cowok itu datangi, namun hasilnya nihil. Tak berselang lama, dia dapat kabar dari Jihoon kalau Haruto sedang bersama Kakaknya. Walau khawatir, Junkyu memutuskan menunggu Haruto sampai cowok itu menampakan batang hidungnya, tak peduli sampai dini hari seperti sekarang sekalipun.

Dari awal sudah kubilang, keberadaan Haruto itu sangat penting bagi mereka terutama bagi Junkyu dan Yoonbin.

Jika di-ibaratkan Haruto adalah titik di dalam lingkaran dan lingkaran itu adalah mereka, kedua belas anak laki-laki yang akan selalu siap melindungi satu sama lain, terutama untuk melindungi Haruto.

Kedua belas anak laki-laki itu harus terus berputar agar dapat melindungi yang lainnya, terutama sang titik karena ia adalah pusatnya.

Jika salah satu orang yang di dalam lingkaran menghilang, mereka akan kacau namun masih bisa di perbaiki. Lingkaran hanya akan menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Tapi, bayangkan jika yang menghilang adalah sang titik. Si pusat lingkaran. Si arah tujuan kedua belas lainnya.

Bukankah mereka akan kehilangan arah? Dengan hilangnya sang titik, lingkaran mungkin takkan berputar lagi.

Dan semuanya ... akan terasa sangat berbeda dari sebelumnya.

E N D

──═━┈━═──

20.03.21

CIRCLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang