Bryan menggelengkan kepalanya melihat Jason yang tersipu. Ia mengambil ponselnya lalu mengirimi Jason alamat rumah Calista. Dan beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi, pertanda ada sebuah pesan masuk.
From: Jonson
"Thank you bro.. Habis makan siang gue izin keluar."
Send
Bryan membaca pesan dari Jason sambil tersnyum. "Sudah gue duga." Bathin Bryan.
~oOo~
Sudah dua hari Calista terbaring lemah dikamarnya, orang tua nya ingin membawa nya kerumah sakit agar ia bisa dirawat namun gadis itu menolaknya dengan alasan ia tidak suka bau rumah sakit. Matanya sembab akibat dirinya yang terus-terusan menangisi Bryan.
"Mbak Caca.. Mbak.." panggil Imah, asisten rumah tangga Calista.
"Iya kenapa ?" Tanya Calista ketika Imah sudah berada didalam kamar nya.
"Diluar ada teman mbak Caca." Ucap Imah.
"Teman ?" Calista menunjukkan raut kebingungan nya.
"Iya mbak.. Katanya teman kerja mbak Caca. Ganteng lho mbak." Sahut Imah dengan semangat.
"Siapa namanya ?" Bingung Calista. Bryan ? Gak mungkin. Jason ? Sangat tidak mungkin, lagian siapa dia sampai Jason datang menjenguknya. Apa mungkin Zidan. Calista beragrumen dengan dirinya sendiri.
"Jadi gimana mbak ? Imah suruh masuk kesini aja apa gimana ?" Tanya Imah, membuyarkan lamunan Calista.
"Em.. Aku pengen keluar, tapi kepala aku pusing banget." Manja Calista kepada Imah.
"Ya udah kalau gitu Imah suruh dia aja kesini." Dan setelah mengucapkan itu Imah berlalu pergi dari kamar Calista tanpa menunggu persetujuannya.
Calista hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan Imah. "Kebiasaan" bathin nya.
"Gue boleh masuk gak nih ?" Calista membulatkan matanya ketika mendengar suara yang tidak asing dipendengaran nya. Ia segera mengarahkan pandangan ke pintu kamarnya, tempat dimana suara itu berasal.
"Jas.. Jason." Ucap Calista dengan tergagap. Jason hanya tersenyum melihat tampang bodoh Calista. Wajah pucat dan mata sembab yang sudah dapat Jason simpulkan bahwa gadis yang ada didepan nya saat ini baru saja menangis.
"Imah permisi kebelakang dulu ya, mau buatin minuman." Ujar Imah yang berhasil menghentikan aksi saling tatap antar Jason dan Calista.
"So.. Boleh gue masuk ?" Tanya Jason lagi, yang masih berdiri didepan pintu kamar Calista dan hanya dijawab dengan anggukan oleh gadis itu.
"Ngapain lo kesini ?" Ketus Calista, gadis itu berusaha tenang walaupun saat ini degup jantung nya sangat menggila.
"Ya mau jengukin lo lah.." santai Jason seraya duduk diujung ranjang milik gadis yang dipanggil Caca itu. "Kenapa ? Gak boleh ?" Ujar Jason seraya menaikkan satu alisnya.
"Y-ya boleh sih.. Tapi aneh aja gitu, tiba-tiba lo datang kesini jengukin gue." Ujar Calista.
"Gue tau lo itu cuma 5% sakit, 95% patah hati gara-gara Bryan dijodohkan dengan Veena. Makanya gue datang kesini buat menghibur lo." Santai Jason.
"Diiiihhh siapa juga yang patah hati." Cibir Calista. "Gue beneran sakit tau.. Gue gak bisa pulang malam apalagi cuaca nya dingin kayak kemarin." Lanjutnya.
"Iya deh iya.. percaya kok." Sahut Jason. "Eh iya, nih gue bawain buah-buahan buat lo biar lo cepat sembuh." Jason menyerahkan kantung plastik yang berisi beberapa macam buah-buahan segar yang ia beli ditoko buah tak jauh dari gedung BN Companny.
"Thank you Je.. Ternyata lo baik juga." Ujar Calista.
"Gue emang baik kali." Sahut Jason dengan senyum yang memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Membuat Calista menatapnya tanpa berkedip. Pasalnya ini pertama kalinya ia melihat Jason tertawa lepas seperti ini. "Btw kapan lo masuk kerja, selama lo gak ada gue jadi gak punya teman berantem." Dan ucapan Jason itu kembali membuat jantung Calista berdetak lebih cepat.
"Mungkin tiga hari lagi." Sahut Calista dengan wajah murung. "Gue harus menyiapkan hati gue dan berdamai dengan kenyataan lagi." Lanjut Calista.
"Lagi ?" Bingung Jason.
"Ya.. Dulu saat gue tau Bryan berpacaran denga Mavella, gue juga gak masuk kerja untuk beberapa hari dengan alasan yang sama seperti sekarang ini." Calista menundukkan kepalanya membuat rambut panjang nya menutupi sebagian wajah nya. Dan air mata kembali mengalir dengan deras membasahi pipinya yang sedikit chubby.
"Hei.. Are you okay ?" Ujar Jason, sambil mengusap punggung Calista yang bergetar karena tangisan nya.
Calista mengangguk namun sedetik kemudian ia berhambur kepelukan Jason. Membuat laki-laki berkulit putih pucat itu terkejut namun beberapa saat kemudian ia membalas pelukan Calista dan kembali mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan nya.~oOo~
Setelah hari itu Jason dan Calista terlihat semakin dekat, tidak ada lagi pertengkaran mereka yang seperti tom Jerry. Selama Calista sakit Jason selalu menyempatkan untuk menjenguk Calista dirumah nya.
Bahkan hari ini Jason bersedia untuk menjemput Calista dirumah nya, karena hari ini hari pertama gadis itu kembali bekerja setelah hampir satu minggu ia izin karena sakit.
Bryan yang melihat Calista datang bersama Jason pun tersenyum penuh arti. Membuat Veena yang berada disamping nya bingung dengan tingkah nya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri." Bingung Veena dan mulai mengikuti arah pandangan Bryan.
"Akhirnya Tom Jerry akur juga." Gumam Bryan.
"Kalau menurut aku sih Jason emang cocok sama Calista." Ujar Veena menimpali ucapan Bryan.
"Semoga mereka berjodoh." Sahut Bryan kemudian menggandeng tangan Veena yang kini telah resmi menjadi kekasihnya. Setelah pengumuman perjodohan mereka satu minggu yang lalu Bryan dan Veena sepakat untuk menjalani status sebagai sepasang kekasih pada umumnya selama tiga bulan kedepan dan setelah itu baru mereka akan bertunangan.
Bryan dan Veena terlalu asik menatap Jason dan Calista yang baru saja memasuki lobi perusahaan dan tanpa mereka sadari saat ini ada sepasang mata yang juga menatap mereka namun penuh dengan kebencian.
"Gue bersumpah kalian gak akan bisa hidup tenang dan bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Boy
FanfictionBryan memandangi sebuah foto berbingkai kayu dimeja kerja nya, foto yang menampilkan seorang anak laki-laki yang memegang bola dan disebelahnya seorang anak perempuan yang sedikit lebih tinggi darinya sedang merangkulnya. Ia mengusap lembut pipi an...