Nineteen

173 42 19
                                    

"Je.. Bryan mana ?" Tanya Veena kepada Jason yang merupakan sepupu sekaligus sahabat Bryan.

"B-bryan... Bryan lagi keluar kota ada kerjaan. Tapi besok sudah pulang kok." Sahut Jason dengan sedikit tergagap. Ia berharap Bryan besok akan menjenguk Veena sebelum gadis itu tau kenyataan yang sebenarnya.

Veena mengangguk mengerti, namun seketika wajah nya berubah menjadi murung.

"Veen lo jangan sedih ya.. Gue yakin Bryan secepatnya akan kesini nemuin lo. Tadi gue udah ngasih tau dia kalau lo udah siuman." Calista terpaksa berbohong kepada Veena agar gadis itu sedikit terhibur.

"Iya Veen lo jangan sedih ya.." timpal Vera.

~oOo~

"Veena.. Ayo nak sarapan dulu baru setelah itu siap-siap, sebentar lagi papa datang buat jemput kita." Ucap Vivi kepada Veena yang nampak termenung.

"Nih makan dulu.. Atau mau mama siapin ?" Tanya Vivi seraya mendekati Veena dengan semangkok bubur ditangan nya.

"Gak usah Ma.. Veena bisa sendiri kok." Sahut nya lalu mengambil alih mangkok bubur dari tangan sang mama. "Ma.. Bryan kok gak ada jengukin aku ya.. Padahal aku kangen banget lho sama dia." Ujar Veena seraya menatap mangkok bubur yang ada ditangan nya, lalu memakan bubur itu dengan tidak berselera.

"Mungkin Bryan lagi sibuk.." sahut Vivi. Ia bingung harus berkata apa ketika Veena terus terusan menanyakan tentang Bryan.

"Dia juga gak ada ngasih kaaa.." seketika Veena teringat ponselnya, kenapa tidak ia saja yang menghubungi laki-laki itu terlebih dahulu. "Ma.. Ponsel aku mana ?" Tanya Veena, sudah dua hari ia siuman dari tidur panjang nya namun ia belum melihat benda pipih yang merupakan benda kesayangan nya itu.

Vivi mendekat kearah Veena dan duduk di kursi yang berada tepat di samping ranjang Veena.

"Ponsel kamu rusak parah dan tidak bisa diperbaiki akibat kecelakaan yang menimpa kamu waktu itu sayang." Dapat Vivi lihat wajah Veena yang nampak terkejut. "Tapi mama masih menyimpan SIM card nya kok dan tiap bulan pulsanya selalu mama isi agar nomer kamu tetap aktif." Lanjut Vivi.

Pintu ruang inap Veena terbuka dan masuklah dokter bersama dengan seorang perawat untuk memeriksa keadaan Veena pagi ini.

"Selamat pagi mbak Veena." Sapa dokter yang sudah merawat Veena selama satu tahun terakhir.

"Selamat pagi Dok.." sahut Veena seraya tersenyum.

Dokter dan perawat itu pun melakukan tugasnya untuk memeriksa Veena untuk terakhir kalinya, karena hari ini gadis itu akan kembali pulang kerumah nya.

"Keadaan mbak Veena sudah stabil, tapi masih perlu banyak istirahat." Ujar dokter itu.

"Terima kasih Dok.." ucap Vivi yang nampak lega mendengar keadaan sang putri.

Bertepatan dengan itu, pintu ruang inap kembali terbuka, membuat Veena seketika mengalihkan pandangan nya kearah pintu. Ia berharap yang datang kali ini adalah Bryan kekasihnya.

Namun harapan Veena harus pupus ketika mengetahui fakta bahwa yang datang keruang inap nya bukan lah Bryan. Melainkan Andre, yang tidak lain adalah papanya.

"Morning my little princess.." sapa Andre kepada Veena, lalu mengecup pucuk kepala anak kesayangan nya itu.

"Morning Pa.." balas Veena dengan wajah murung nya.

"Kamu kenapa cemberut sayang.. Harusnya kamu senang dong karena hari ini sudah boleh pulang kerumah." Ujar Andre dengan bingung. "Dokter.. Anak saya hari ini sudah bisa pulang kan ?" Tanya Andre lagi kepada dokter yang masih berada diruang inap Veena.

My Favorite Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang