Two

574 77 31
                                    

"Perkenalkan saya Nuveena Roula, panggil aja Veena saya kepala editor yang baru" ucapnya menatap sekelilingnya dan tatapan nya berhenti ketika ia saling beradu tatap dengan Bryan.

Deg.

'Masih kah kamu mengingat ku ?'
Namun pertanyaan itu hanya mampu ia ucapkan dalam hatinya. Ia tak mungkin mengeluarkan pertanyaan itu sekarang. 'Belum, ini belum saatnya.'

Veena kembali menatap Bryan yang ternyata masih menatap nya. Ia kemudian melanjutkan acara perkenalan nya.

"Sebelum nya saya bekerja di sebuah perusahaan penerbit di Seoul, tapi karena orang tua saya meminta saya untuk pulang kesini maka dari itu saya memutuskan untuk berhenti dari sana dan saya baru beberapa hari ini pulang ke Semarang. Oke, itu saja yang ingin saya katakan, terima kasih untuk perhatian nya dan mohon kerja sama nya." panjang lebar Veena, semua orang yang ada diruangan itu menatap nya dengan kagum, termasuk Bryan. Entah kenapa Bryan merasa tidak asing dengan Veena, wajah Veena mengingatkan nya dengan seseorang tapi ia lupa siapa orang itu.

"Bry.." panggilan Calista membuyarkan lamunan Bryan, ia berdehem pelan untuk menutupi rasa canggung nya. "Oke, sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Veena sudah mau bergabung di perusahaan ini, kenalkan saya Bryan Anderson Direktur perusahaan ini." Bryan memperkenalkan dirinya, dengan tenang padahal saat ini jantung nya sedang berdetak kencang seperti ingin keluar dari tempatnya hanya karna ia ditatap oleh Veena. 'Sial' umpat Bryan yang hanya tertahan dihatinya. Setelah Bryan duduk kembali ditempat duduknya sekarang giliran Calista memperkenalkan dirinya kepada Veena. Itu sudah menjadi tradisi di perusahan ini, mereka akan mengenalkan diri masing-masing ketika ada anggota baru.

"Perkenalkan nama saya Calista Olivia, biasa dipanggil Calista saya asisten kepala editor, terima kasih." ucap Calista kemudian ia kembali duduk dan kembali satu persatu dari mereka mengenalkan diri, dilanjutkan dengan, Tasya, Zidan lalu disusul Vera.

"Elsa mana ?" tanya Zidan pasalnya ia belum melihat batang hidung gadis itu dan tidak biasanya ia datang terlambat.

"Elsa lagi dijakarta, beli Boba." sahut Bryan membuat Veena membulatkan matanya terkejut, tapi tidak bagi Calista, Tasya, Vera dan Zidan. Itu sudah menjadi hal lumrah bagi mereka mendengar jawaban asal dari bosnya.

"Elsa lagi sakit, tadi pagi dia hubungin gue." lanjut Bryan dengan wajah tanpa dosanya. 'Ternyata dia masih gak berubah' bathin Veena kemudian ia tersenyum simpul. "Bisa kita mulai sekarang meeting nya ?" tanya Bryan lagi dan semua pun menganggukkan kepalanya.

"Kita akan mulai pencetakan novel 'Hai orang asing' milik Ruhi tiga hari lagi, Calista lo sudah membaca naskahnya kan ?" tanya Bryan. Calista menganggukan kepala nya kemudian ia teringat dengan kehadiran Veena.

"Veena, apa lo mau gue kirimin naskahnya ?" Veena yang notaben nya orang baru di perusahaan ini pun mengangguk kan kepala nya. Setidaknya ia juga perlu tau novel jenis apa yang akan diterbitkan. Ia belum banyak mempelajari dan mengenal penulis yang ada di Indonesia. Melihat betapa antusiasnya mereka terhadap novel ini Veena berpikir pasti lah penulis nya adalah seorang penulis yang terkenal.

Setelah membahas apa saja yang perlu mereka siapkan Bryan pun mengakhiri meeting mereka pagi ini. Dan semua yang ada diruangan itu pun melangkahkan kaki mereka keluar dari ruangan itu.

"Tumben banget ya hari ini si Bryan gak bertingkah bobrok." Vera berkata dengan nada heran, pasalnya Bryan tidak pernah bersikap seserius ini saat meeting.

"Jaga image kali." sahut Tasya dengan acuh. "Oh iya.. Veena kalau nanti lo liat tingkah laku direktur perusahaan ini yang jauh dari kata waras, harap maklum ya."

Veena hanya tersenyum menanggapi perkataan Tasya. Ia sebenarnya tau tingkah laku dan sifat Bryan yang  kadang bertingkah sedikit gesrek itu.

"Veena.. ini ruangan lo, tadi pagi sudah dibersihkan sama OB, kalau ada yang kurang lo bisa panggil gue, meja gue ada disebelah sana." Calista berhenti disebuah ruangan yang di pintu nya bertuliskan 'Kepala Editor'  lalu menunjuk ke salah satu meja didepan ruangan nya.

My Favorite Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang