11

22 5 0
                                    

Seminggu telah berlalu sejak hari itu. Dan hasilnya? Alarikh tidak sekolah selama itu! Menghilang, seolah Menjauhi Zea.

Ada apa?

Kenapa?

Apakah Zea hari itu kentara gugupnya? Atau Alarikh berubah pikiran?

Ah, lagi pula untuk apa Zea peduli. Mereka juga bukan siapa-siapa. Alarikh tidak pernah mengatakan secara langsung kalau ia menyukai Zea. Iya, selama ini, kan cuma asumsi Zea dan kemungkinan salahnya cukup besar.

Tapi kan, argh!

Bayangkan saja, Zea sudah berpikir sejauh itu, dan lalu cowok itu pergi begitu saja?

"Alarikh masih belum masuk juga? Hari ini tepat seminggu, kan?" tanya Bu Ghina, yang kebetulan mendapat jadwal mengajar hari ini juga.

"Masa bodo," batin Zea dengan kepala direbahkan di atas buku. Dia jengah mendengar nama cowok itu selalu disebut-sebut. Zea tidak peduli, dan tidak mau peduli!

"Jeno, Juki? Kalian kan teman dekatnya."

"Iya sih bu, kita dekat di sekolah, tapi Arik enggak bilang apa-apa di luar masalah sekolah," jujur Jeno membuat Zea membuka matanya yang sejak tadi terpejam. Tanpa mengubah posisi, ia menatap Juki dan Jeno, layaknya anak kelas yang lainnya.

"Bahkan Arik punya temen lain kalau di luar sekolah," timpal Juki menambahi. Zea terkejut, jelas. Dia pikir Jeno, Juki, dan Alarikh itu sangat dekat, ternyata dia salah besar.

Kini, tatapan Zea beralih ke kursi kosong tempat Alarikh duduk biasanya. Ke mana cowok itu? Iya, dia tau Alarikh memang bukan siswa patuh aturan, baik, disiplin, bukan. Alarikh memang tergolong anak nakal, tapi dari yang teman-temannya katakan, ini adalah rekor Alarikh membolos sekolah. Satu minggu.

"Paling juga dia sibuk ngebucin sama Erisa anak SMA tetangga itu," celetuk Maya yang langsung dihujami berpasang-pasang mata, termasuk Bu Ghina.

"Lah, kan gosipnya lagi anget kalau Alarikh pacaran sama Erisa."

"Hoax itu!" bantah Juki seolah memberi Zea secercah harapan, entah harapan konyol macam apa yang ada di otak Zea saat ini.

"Kan lo sendiri tadi yang bilang kalian enggak sedekat itu, bisa jadi kan dia pacaran tanpa sepengetahuan kalian."

"Tapi gue tau dengan sangat sangat persis Alarikh suka sama siapanya."

"Suka sama lebih dari satu orang bisa aja kali!"

"Tap--"

"Kalian lupa, ada saya di sini?" Bu Ghina buka suara, memaksa Juki menelan huruf demi huruf yang hendak ia lontarkan. "Intinya, kalau Alarikh masuk sekolah nanti, langsung suruh temui saya."

Selanjutnya, Bu Ghina membacakan materi dan kegiatan belajar-mengajar terlaksana seperti biasa. Zea tidak fokus. Benar-benar tidak fokus akibat satu kalimat yang Maya ucapkan terakhir kali.

Iya, suka sama lebih dari satu orang itu sangat mungkin. Tapi, kenapa Zea harus jadi korbannya?! Argh.

***

"Gue beneran baru tau, ada gosip Alarikh pacaran sama Erisa. Ya mereka deket sih kalau liat di ig nya, tapi gue enggak ngerasain sesuatu yang spesial. Aneh." Entah dapat bisikan dari mana, Vanka berbicara mengenai Alarikh ketika mereka sedang makan siang. Suasana hari itu terulang lagi, dimana hanya ada Zea dan Vanka di dalam kelas. Mengangkat kembali memori tentang kejadian bola.

"Gue pernah denger sih Maya sebut-sebut Erisa itu seminggu yang lalu, waktu kalian bertiga tinggalin gue ke toilet terus enggak balik-balik."

Never Started (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang