Epilog

49 8 2
                                    

"TERIMA! TERIMA!"

Sahut demi sahutan menggema di sepanjang lorong. Yang tadinya aman, tentram, dan damai mendadak heboh dan sesak. Pelakunya adalah Rafa yang tiba-tiba menyatakan perasaan kepada Vanka melalui sebuah lagu.

Yang dimintai jawaban menangis terharu saking bahagianya. Hampir satu tahun mereka dekat, dan hari ini, akhirnya Rafa meminta Vanka menjadi kekasihnya. Tepat di hari terakhir ujian, Vanka pasti akan selalu mengingat hari ini sebagai hari paling bersejarah dalam hidupnya.

"TERIMA AJA VAN GA USAH SOK MIKIR LAGI!" pekik Khansa yang berdiri tidak jauh darinya.

"AKHIRNYA KAPAL RAFANKA BERLAYAR YA ALLAH!"

"SETAHUN EPRIBADIH AKHIRNYA!"

"BURUAN ANJIR TERIMA!"

"JOPAN BURUAN ENGGAK USAH SOK NANGIS LO AH LAMA!"

Vanka terkekeh karena teman-temannya terdengar begitu semangat. Tanpa ragu, ia menganggukkan kepala. "Iya, mau," cicitnya lalu langsung berhambur memeluk cowok itu. Malu katanya, tapi main peluk-peluk anak laki orang enggak ada malu. Oh iya lupa, kan pacar sendiri.

"CIEE RAFANKA COUPLE CIEE BENTAR LAGI DAPET DEBAY NIH."

"DEBAY MULU LO!"

"Papa Rafa, Mama Vanka, angkat aku jadi anakmu!"

"Kak Vanka cantik banget bismillah pacarnya."

"JOPAN JANGAN BAR-BAR LAGI NANTI DITINGGAL KAWIN MAMPUS LO!"

"Langgeng ya kalian!"

"PJ SATU SEKOLAH ENGGAK MAU TAU!"

"Lo kapan Jen?" tanya Juki sembari menyenggol temannya itu. Mereka tentu ikut menonton. Apalagi itu Vanka, ibu ketemu gede mereka yang dengan baik hati memberi nafkah putra-putranya.

"Zeanya belum mau," jawabnya asal ketika melihat Zea dengan teman-temannya sedang sibuk menggoda Vanka di depan sana.

Bugh.

"Awh," ringis Jeno karena Juki dengan kurang ajar menginjak kakinya. Jeno hendak mengajukan protes lebih, tapi lirikan Juki yang terarah pada Alarikh membuatnya bungkam. Meski Alarikh diam, meski Alarikh sudah punya pacar, meski Alarikh bilang sudah melupakan Zea, tetap saja rasanya canggung menyebut nama cewek itu di antara mereka.

Alarikh mendengar dengan jelas nama Zea tadi disebut Jeno. Dia paham Jeno sedang bergurau, ah lagi pula kalau Jeno sungguh-sungguh menyukai Zea, tidak masalah. Tapi enggak dulu kalau Jeno jadi pacar Zea.

Enak saja! Alarikh melepas Zea agar mendapat cowok yang lebih baik, kalau ujungnya sama Jeno, sia-sia yang dia lakukan selama ini.

"Rafa sama Vanka itu imut banget, ya? Cocok jadi best couple." Intan yang sejak tadi berdiri di samping Alarikh berucap. Jujur, dia merasa iri dengan Vanka. Pendekatan mereka lama, pasti mereka sudah saling mengenal lebih dalam. Rafa juga kelihatannya sangat mencintai Vanka, terlihat dari bagaimana cowok itu ketika bernyanyi dan mengungkapkan perasaannya tadi. Jelas Intan iri.

Berbanding terbalik dengan dirinya yang masa pendekatannya sangat singkat, lalu ditembak lewat chat. Belum lagi Alarikh yang nampak jelas belum bisa mencintainya sepenuhnya. Intan tidak sebodoh itu sampai tidak menyadari apa yang terjadi sebenarnya. Dia sering kali mendapati tingkah aneh dari Juki dan Jeno, apalagi mendengar nama cewek lain disebut di antara ketiga cowok itu; Zea. Intan tentu mengenal Zea. Cewek baik, pintar, cantik, dan merupakan teman sekelas Alarikh. Bahkan sempat menjadi teman duduk pacarnya itu. Intan menyimpulkan sendiri kalau Alarikh pernah menyukai Zea. Entah kisah seperti apa di masa lalu yang pernah mereka alami, Intan tidak peduli. Mau dia cuma pelarian karena Alarikh yang gagal move on dari Zea pun, Intan tidak peduli. Dia hanya ingin fokus untuk hubungannya dengan Alarikh, tanpa mencampur adukkan nama lain.

Never Started (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang