Diskusi (Kencan) Pertama

48 9 0
                                    

"Saat pertama kalinya aku jatuh cinta, jatuhnya sangat sakit hingga tak sanggup untuk bangkit. Tetapi saat telah merasakan cintanya, telah kupatenkan bahwa kaulah keabadian."

@Listya12

***

“Oh, ayolah ... kalian sebenarnya kenapa?” tanya Yusuf pada kedua gadis yang berada di depannya. Mereka seperti sedang puasa bicara, atau malah sariawan?

“Nggak harus aku kan yang jadi kelompok kamu, Suf?” Kiki berwajah aneh hari ini, membuat Yusuf bingung dan tidak tahu harus berkomentar apa lagi.

‘Apa mood cewek selalu swing kayak gini, ya?’ pikir Yusuf geram, karena merasa dicuekkan oleh kedua perempuan ini.

“Kemarin kamu nggak kayak gini deh, Ki. Apa ini bukan Kiki yang kemarin aku kenal? Kamu punya dua kepribadian? Atau memang punya kembaran?!” heboh Yusuf, matanya melotot dibuat-buat.

“Siapa juga yang punya kembaran. Tuh si Ais-”

“Ki, aku minta maaf,” potong Aisyah cepat, dia takut jika Kiki mengatakan hal yang tidak seharusnya diketahui oleh banyak orang.

“Kita bisa bicara bentar nggak?” tanya Aisyah menambahi, dia sangat khawatir jika rahasianya terbongkar.

“Kalian ngomongin apa sih? Aku nggak dianggap nih?” sela Yusuf.

“Diem!” bentak keduanya bebarengan, membuat Yusuf menurut diam dan bersikap seolah dia adalah patung di hadapan mereka berdua.

“Oke, kita bahas apa hari ini?” Kiki mulai pembahasan, berusaha menetralkan suasana canggung yang ada, terlebih bagi dirinya sendiri.

“Oke, karena kita kelompok pertama dan maju minggu depan, aku pingin bikin konsep presentasi menarik, biar para audience nanti nggak gabut dengan ceramah kita, hehe.” Yusuf bersemangat dan tidak menghiraukan lagi masalah yang tadi, meski ada sedikit kejanggalan di hati terdalamnya.

“Konsep yang kayak gimana?” tanya Kiki antusias, dia sama sekali tidak ingin melihat ke arah Aisyah.

“Nanti kita terlebih dahulu menyampaikan teorinya, ya, ‘kan? Lalu kita selingi langsung praktik. Eh, bukan selingi, tapi kita emang bener-bener praktik. Berhubung kita dapet jatah tentang wudu, kita suruh tuh beberapa mahasiswa atau mahasiswi mempraktikkan di depan. Setelah itu, tugas kita adalah menilai apakah benar dan sudah memenuhi aturan berwudu apa belum? Nanti kalau ada yang salah, kita benarkan setelah mereka selesai. Gimana? Biar mereka nggak cuma nyimak doang pas kita jelasin.” Yusuf sangat bersemangat, sangat jelas terlihat lewat binar matanya.

“Oke, aku setuju. Tapi koreksi dulu cara berwuduku, ya, Suf. Biar nanti aku nggak keliru pas menilai mereka,” ucap Kiki.

“Oke, siaappp.”

Akhirnya Kiki mulai mempraktikkan cara berwudu miliknya. Dari membaca doa berwudu sembari mengusap-usap telapak dan punggung tangannya, dilanjutkan berkumur, dan seterusnya, hingga tertib. Aisyah hanya memperhatikan tanpa bicara, sejujurnya dia juga masih sangat awam tentang ilmu agama, mungkin hanya sekedar mengetahui apa yang perlu diketahui saja, tanpa berniat memperdalam segalanya seperti Yusuf yang begitu hafal di luar kepala. Aisyah kagum dengan Yusuf, itu yang sekarang terlintas di benaknya.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang