Kebohongan Terungkap

89 8 0
                                    

Sepandai apapun kita menyembunyikan sesuatu, akan terungkap jika dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa.”

@Listya12

***

“Ini impas untuk kita, Fat. Kau sudah memberikan kesempatan pada Kakak untuk merasakan bagaimana bersanding dengan orang yang Kakak cintai. Sekarang Kakak yang harus menerima konsekuensi atas kebohongan ini, kamu berhak bahagia bersama dia.”

“Nggak, Kak! Aku nggak cinta sama Yusuf! Takdirku bukan dengan Yusuf!” Fatimah mulai kalap, emosinya mulai tak bisa dikontrol.

“Ingat ... Allah yang Maha Berkehendak. Kamu bisa saja menolak, tapi takdir tetap menjalankan tugas dari Allah. Kita tidak tahu, sebab kemungkinan belum terjadi. Rancangan sehebat apapun, sekali tepuk ... Allah dapat menghancurkan seisi dunia sekalipun. Kakak hanya ingin pergi dengan tenang, Fat. Sebelum semuanya terlambat-”

“Nggak! Kakak nggak boleh ngomong kayak gitu!! Kita ini kembar, kita harus hidup bersama-sama-”

“Tapi waktu kematian kita tidak sama, Fat,” potong Aisyah cepat, dia menggenggam tangan adiknya lagi dan mendekatkan ke dada sebelah kirinya.

“Jantung ini tak mampu lagi berlama-lama singgah di dalam tubuh Kakak. Dia sudah saatnya istirahat, dan tidak lagi menyusahkan kalian semua. Terima kasih pernah membuatnya berdetak cepat karena rasa bahagia, karena kesempatan jatuh cinta dia kembali normal seperti semula. Tapi, semua tetap akan-”

“Cukup, Kak! Aku nggak sanggup kalau Kakak terus saja seperti ini. Hidup Kakak termasuk tanggung jawabku juga ... jika Kakak memilih menyerah pada takdir, aku tidak segan-segan menyerahkan milikku juga pada Kakak!”

“Apa maksudmu? Kakak sudah bilang berapa kali untuk tidak melakukan itu?! Masa depanmu masih panjang, Fat ....”

“Tapi untuk apa masa depan panjang, jika Kakak tidak ada di sisiku, hah?! Apa aku akan bahagia jika kehilangan Kakak satu-satunya yang kumiliki?! Aku tidak butuh apapun di dunia ini selain Kakak! Tidak ada!!”

Fatimah dengan sengaja mendorong meja hingga mangkuk, jam wekker, dan lampu tidur pecah berserakan di lantai.

Aisyah memegangi dadanya yang sedikit nyeri, dan berkata lirih pada adiknya, “Jika kamu ingin Kakak bahagia ... setidaknya jangan korbankan kebahagianmu.”

“Kakak!”

Fatimah turun dari tempat tidurnya dan segera mendorong kursi roda itu keluar, karena kakaknya mulai kambuh.

Kau bodoh, Fat, kau bodoh! Kau akan menyesal seumur hidup, jika terjadi sesuatu pada Kakak! Fatimah merutuki dirinya sendiri.

***

Hanya ada Fatimah, Yusuf dan Kiki di dalam sana. Kelas ini sudah kosong dalam beberapa menit, dan berita-berita miring berdatangan kepada mereka. Kiki menghampiri Fatimah dan meyakinkan dia agar segera mengatakan semuanya pada Yusuf, meskipun sudah sangat terlambat.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang