Pernikahan Gagal!

58 7 0
                                    

Ingat, bahwa manusia hanya mampu berencana. Selebihnya, Allah yang menentukan segalanya!”

@Listya12

***

Di sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari lokasi masjid Desa, sudah dipersiapkan segalanya untuk kebutuhan lamaran. Yusuf tidak percaya semua ini akan terjadi dengan sangat cepat, dan dia akan segera hidup bersama Aisyah, pujaan hatinya.

“Suf?” panggil bapak.

Dalem, Pak?” Yusuf datang membawa dua gelas kopi, dan memberikan satu ke hadapan bapaknya.

“Kamu yakin akan menikah secepat ini?” tanya bapak, ada gurat keraguan di sana.

“Ini kan baru lamaran, Pak,” jawab Yusuf dengan terkekeh.

“Bapak tahu, makanya meyakinkan kamu lagi sebelum pernikahanmu terjadi,” terang bapak dengan wajah serius.

In Syaa Allah, Pak. Setelah menikah mungkin kami nanti bisa tinggal beberapa hari di sini,” ucap Yusuf menenangkan bapaknya. Dia sudah jarang pulang setelah kepergian ibunya tiga tahun lalu, dan menghabiskan waktu di pondok untuk mengurusi segalanya di sana. Dan dia juga kasihan melihat bapaknya yang sudah semakin berumur, hidup sendiri meski kadang kala ditemani para remaja masjid dan marbot masjid lainnya. Dengan dia segera menikah, mungkin setelah mendapatkan gelar sarjananya akan memboyong gadis yang dicintainya itu kembali ke kampung halamannya.

“Calonmu baik nggak budi pekertinya, Suf?” tanya bapak kemudian, karena belum sempat bertanya kemarin.

Alhamdulillah, Pak. Aisyah sangat baik, meski kadang keras kepala. Dia juga cantik, tak kalah cantik dengan almarhumah ibu,” terang Yusuf dengan seulas senyuman.

“Kemarilah,” kata bapak, kemudia beliau memeluk putra semata wayangnya itu dengan berkata, “Bapak tidak menyangka secepat ini kau akan menikah, Suf. Bapak rasa, kau masih anak Bapak yang berumur belasan tahun.”

“Tahun ini Yusuf 20 tahun, Pak. Jadi bukan anak kecil lagi,” ucap Yusuf saat bapaknya melepaskan pelukan itu, dengan gemas bapaknya mengacak-acak rambut Yusuf yang kadang bandel jika diberitahu.

“Eh ... itu sudah datang yang lain, Pak.”

“Ayo bersiap!”

Akhirnya mereka bersiap untuk ke rumah gadis yang akan dipinang oleh Yusuf. Dan betapa sangat berdebar jantung lelaki itu, sebentar lagi dia akan mengikatkan cincin ke jari manis gadis yang sangat dicintai.

Tunggu aku, Ai. Yusuf berkata lirih dalam hatinya, kemudian ikut membawakan hantaran ke mobil yang sudah dipersiapkan. Mereka segera melaju ke kediaman Aisyah.

***

Mata Fatimah berkaca-kaca saat melihat orang yang dicintainya memakaikan cincin ke jari kakaknya. Entah perasaan apa ini, dia sangat menahan buncahan air mata agar tidak deras jatuh. Kiki yang melihat segera mengajak Fatimah ke belakang terlebih dulu, dan untungnya tidak ada yang memperhatikan mereka, kecuali sang tante.

“Fat ....” Fatimah berhambur ke dalam pelukan Kiki, dan menumpahkan air mata yang tidak tertahankan itu. Jujur hatinya terluka, namun dia bahagia melihat binar bahagia yang tercetak jelas di mata kakaknya.

“Sebenarnya belum terlambat untuk menjelaskan segalanya, Fat. Setidaknya jangan menghukum dirimu sendiri seperti ini,” lirih Kiki ikut meneteskan air mata.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang