D O

66 8 0
                                    

Identitas seseorang memang patut dipertanyakan, jika ada sesuatu hal yang mengganggu kenyamanan.”

@Listya12

***

Sejak kejadian itu, mereka tidak saling tegur sapa lagi. Memandang pun jarang dilakukan oleh Yusuf, dan dia lebih banyak diam tidak seperti biasanya.

“Kalian kenapa sih?” tanya Kiki, berusaha mencairkan suasana.

“Kita bentar lagi mau UTS loh,” ucapnya lagi, namun tidak digubris sama sekali.

“Aisyah! Dipanggil pak Rektor!” Seseorang masuk ke dalam kelas menyampaikan berita heboh untuk Fatimah. Kenapa dengan pak Rektor? Apa yang telah diperbuat hingga atasan memanggil?

“Ki ... aku takut,” keluh Fatimah.

“Ya udah aku temenin, yuk.” Kiki segera mengajak Fatimah menghadap pak Rektor. Perasaannya sudah bercampur aduk, dan banyak pasang mata yang menatapnya, ditambah gosip baru yang mulai beredar.

“Nggak nyangka aja ... masa ada mahasiswi sekalem dia melakukan kesalahan sebesar ini? Pemalsuan identitas?” ejek beberapa orang saat Fatimah dan Kiki lewat, menuruni tangga menuju ruangan rektor yang berada di lantai satu.

“Nah ... kemarin urusan pernikahan gagal belum kelar, sekarang ada lagi.”

“Aku kemarin sempat kaget ... katanya pernikahan gagal karena dia kambuh penyakitnya. Nah, kenapa ini sehat wal ‘afiat?” timpal yang lain.

Kiki menggenggam kuat tangan Fatimah, memberikan kekuatan lebih pada sahabatnya agar tidak tumbang. Ini pasti sangat berat dan sulit dilalui, maka dia sebisa mungkin menjadi tonggak kuat agar bisa menjadi pegangan untuk sahabatnya itu.

Sesampainya di ruang pak Rektor, Fatimah dan Kiki berucap salam sebelum masuk. Perasaan berdebar menyelimuti jantung mereka berdua.

“Anda yang bernama Aisyah Nur Al-Chusna?” tanya pak Rekotor dibalik kaca matanya. Beliau masih sibuk membaca jurnal, namun segera diletakkan terlebih dahulu.

“Duduklah,” sambung beliau mempersilakan mereka berdua tanpa menunggu jawaban dari Fatimah. Kemudian berkata, “Apakah anda tahu alasannya dipanggil ke sini?”

Ditanya seperti itu, Fatimah menggeleng dengan wajah cemas. Tapi dia memberanikan diri bertanya, “Apakah saya melakukan kesalahan, Pak?”

“Emm ... mungkin. Saya akan memberikan surat ini langsung kepada anda,” ucap beliau dengan menyodorkan sebuah amplop putih kepada Fatimah.

“I-i-ini ... surat apa, Pak?” Fatimah menerima dengan perasaan takut. Yang pasti ini bukan surat beasiswa ataupun pengumuman lomba, lalu surat apa?

“Anda di drob out dari kampus.”

.
.
.

Anda di drob out dari kampus.

Anda di drob out dari kampus.

Anda di drob out dari kampus.

Anda di drob out dari kampus.

Anda di drob out dari kampus.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang