Terlambat

51 8 0
                                    

"Aku mengenalmu baru kemarin, namun bermaksud mencintaimu untuk esok dan selamanya.”

@Listya12

***

Gadis itu mengumpat tidak jelas karena jam di pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Bahkan dia lupa harus masuk ke ruang berapa saking terburunya.
Dia berhenti di depan pintu kelas dengan nomor ruangan 208, kemudian membuka tas untuk melihat selembar kertas KRS-nya yang sempat dia print tadi malam. Dia mengarahkan jari telunjuknya agar dapat fokus mencari, karena dia sangat was-was saat ini. Nafasnya masih belum stabil dan dia semakin cemas.

Sebelum matanya menangkap kebenaran yang dicari, pintu dibuka dari dalam dan dia harus mundur beberapa langkah karena seseorang akan keluar. Namun kebetulan wajahnya tidak mendongak, hingga tidak tahu siapa yang sedang berada di depannya saat ini.

“Ai?”

Astaghfirullah!” Aisyah mundur saat sempat hendak melangkahkan kaki masuk kelas, tanpa melihat Yusuf yang masih berdiri sejak tadi di sana. Dia kesal bukan main karena Yusuf selalu membuat mood-nya buruk.

“Telat, yaaa?” tanya Yusuf berusaha menggoda Aisyah.

“Udah ada dosen?” tanya Aisyah tidak menghiraukan ucapan Yusuf tadi.

“Dosennya belum masuk, tapi tadi sempat ada asdos yang menyampaikan informasi,” terang Yusuf, dia mempersilakan Aisyah masuk dengan berlagak seperti pangeran tampan.

Aisyah duduk di kursi dekat pintu masuk dan menatap teman-teman yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dia juga melihat Kiki yang tak berpaling ke arahnya, hingga mata mereka saling bertemu saat Yusuf memanggil nama perempuan berjilbab maroon itu.

“Ki! Aisyah di sini!” pekik Yusuf tertahan, dia bingung kenapa gadis itu tidak merespon seperti biasanya.

“Cukup, Suf! Biarkan dia di sana,” ucap Aisyah, dia tahu temannya sedang tidak ingin bicara atau bertemu dengannya. Jika pun ingin, pasti Kiki sudah sangat heboh menyambutnya saat masuk ke kelas tadi.

“Kalian kenapa?” tanya Yusuf terheran-heran, karena ada sesuatu yang aneh di antara gadis itu.

“Bukan urusanmu!” ketus Aisyah dengan menaruh tasnya di atas meja.

“Oke,” ucap Yusuf tidak berkomentar lagi, akhirnya memilih duduk di kursi tepat sebelah kanan Aisyah. Dengan pandangan menyelidik gadis itu menatap Yusuf yang terlihat acuh dan memainkan ponselnya. Merasa diperhatikan, Yusuf menatap Aisyah dengan pandangan bertanya lewat alisnya yang terangkat sebelah.

“Aku lebih dulu duduk di sini, Tuan Putri,” ucap Yusuf sembari tersenyum hingga dilebar-lebarkan, membuat Aisyah semakin badmood.

Gadis itu melihat sekeliling yang penuh tak menyisakan satu kursi pun, akhirnya dia menghembuskan nafas berat karena harus bersebelahan dengan makhluk yang menurutnya sangat menjengkelkan. Meski dia mengakui tingkat ketampanan dan kharisma lelaki ini di atas rata-rata, namun dia tetap benci karena lelaki ini sangat membuatnya tidak nyaman berada di sampingnya.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang