"Perempuan memiliki perasaan yang sensitif, dan punyai kekuatan dalam hal rasa. Jangan lukai dan jangan beri harapan palsu jika kau makhluk berperasa."
@Listya12
***
“Oh ... ayolah, Dek. Tante kan harus nganterin kak Aisyah cek ke dokter,” ucap Fatimah di sepanjang jalan, karena sepupunya itu menekuk wajahnya tanpa henti.
“Tapi hari ini keluarga kita diundang ke acara calon mertuaku.” Wajah yang terpoles bedak dan lipstick tipis itu masih terlihat cemberut.
“Kan masih ada Ayah, Al, ada Hilma dan Fatimah juga,” cetus om dengan mengemudikan mobil.
“Iya nih Kakak. Masa nanti kak Aisyah di rumah sendirian?” Hilma ikut nimbrung.
“Kan bisa diajak sekalian,” keluh Halimah.
“Kamu itu, Al ... baru sebulan di Cairo udah lupa kalau kakakmu lagi sakit. Lagian kan nggak wajib dibawa ke sana semua anggota keluarga kita,” sela om dengan tetap fokus mengemudi. Meski Aisyah dan Fatimah lebih muda dari Halimah, mereka tetap memanggil Halimah dengan sebutan “Dek”, karena ibu mereka adalah kakak kandung dari tantenya.
“Oke-oke ....” Halimah kembali fokus dengan ponselnya.
“Eh, Kak. Gus Salman orangnya kayak gimana?” tanya Hilma, kepo dengan calon kakak iparnya yang seorang putra Kyai.
“Nanti juga ketemu sendiri,” cetus Halimah, masih tetap pada ponselnya. Dia memang orang yang cuek, tapi sangat cerewet kalau mengenai semua hal yang berhubungan dengan dirinya, jika mood-nya sedang baik.
“Dihh, gitu amat,” keluh Hilma. Fatimah yang melihat tingkah mereka hanya geleng-geleng kepala.
“Sabtu nggak ada kuliah, ‘kan, Fat?” tanya om.
“Nggak ada, Om. Sabtu sama minggu jatahnya libur,” jawab Fatimah.
“Alhamdulillah deh,” jawab om sembari tersenyum dan kembali fokus mengemudi.
Fatimah beralih keluar jendela, dan menikmati angin yang semilir membelai wajahnya. Sebenarnya dia tak habis pikir, kenapa sepupunya itu mau menikah sebelum lulus kuliah? Padahal S2 nggak lama kuliahnya, ya, ‘kan? Tapi dia juga tak mau ambil pusing, dan memilih untuk memikirkan hal lain.
***
Setelah acara penyambutan calon besan dan menantunya, abah dan ummi mempersilakan agar mereka bisa beristirahat sebelum acara nanti malam. Fatimah dan Hilma duduk di kamar tamu untuk melepas penat, sedangkan Halimah masih sibuk berbincang dengan calon suaminya mengenai acara pernikahan mereka yang dua bulan lagi terlaksana. Ini namanya sembari menyelam minum air.
“Aku juga sebenarnya tidak mau, Budhe ... eh, itu siapa?” Ning Zula yang hendak ke belakang bersama budhe-nya menghentikan langkah karena melewati kamar yang dihuni Fatimah dan Hilma.
“Keluarga dari calon besan Budhe.”
“Assalamu’alaikum.” Ning Zula langsung masuk karena pintu tidak dikunci.
“Wa’alaikumussalam ....” Fatimah maupun Hilma segera duduk dari acara tidurannya.
“Kamu nggak sopan, Nduk. Tamu kita sedang istirahat,” terang budhe-nya merasa tidak enak dengan Fatimah dan Hilma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]
Roman d'amour"Cinta memang rumit. Serumit itu aku menafsirkan perasaan terhadap dirimu. Karena aku bukan diriku yang kau kenal." *** Yusuf jatuh cinta pada sosok bermata cokelat yang ditemuinya saat hari pertama orientasi mahasiswa baru. Dia berusaha untuk dekat...