Karena di-DO

58 8 0
                                    

"Jangan khawatirkan apa yang akan terjadi, tapi khawatirkan saja jika kau tidak dapat melampauinya dengan segenap hati. Bertakwalah, sebab Dia adalah Maha Segalanya."

@Listya12

***

Fatimah melepaskan tangannya, karena baru sadar sejak tadi tangan mereka saling menggenggam. Dengan lirih dia berkata pada Yusuf, “Terima kasih untuk segalanya.”

“Maafkan aku, Ai.”

“Aku bukan Aisyah lagi ... jangan panggil dengan nama itu.”

“Hmmm ... lalu bagaimana setelah ini?” tanya Yusuf mulai pasrah. Ternyata rasa cintanya lebih kuat, daripada benci yang terkekang dalam jiwa. Dia masih saja mencintai gadis itu, walaupun masih terbesit rasa kecewa.

Fatimah mengangkat pundak, kemudian mengajak Kiki berjalan menjauh dari area sana. Banyak mulut mencerca, tertawa bahagia namun mengejek, pandangan sinis tak bersahabat, dan masih banyak lagi. Hingga parahnya, mereka digiring keluar dari dalam gedung kampus, dan mendapatkan cacian dan sorakan yang tiada henti.

Bahakan, ada yang dengan tega melempari Fatimah dengan botol minuman yang masih terdapat air, melempari Fatimah dengan apapun yang dapat dijangkau oleh mereka. Dan Kiki hanya bisa menarik Fatimah agar segera pergi dari kampus, bersama dengan Yusuf yang tiba-tiba ikut menggenggam Fatimah.

Sebenarnya ingin menolak, namun ini bukan saatnya untuk memperpanjang waktu berada di tengah-tengah amukan masa. Mereka bertiga berlari hingga di gerbang utama kampus. Nafas mereka terengah-engah, dan Fatimah melepas tangan Yusuf dengan lembut. Dia berharap lelaki itu tetap mau menjadikannya teman setelah ini, karena beberapa kali mengecewakannya.

Thanks, Ki ... Suf. Aku pulang dulu, ya,” kata Fatimah dengan simpul penuh arti. Kiki ingin ikut mengantarkan sahabatnya pulang, namun Yusuf yang menahannya.

“Parkiran belakang, kamu tahu motorku, ‘kan?” Yusuf memberikan kunci motor kepada Kiki, kemudian berlari mengejar Fatimah yang sudah menghentikan sebuah angkot. Tepat waktu, Yusuf masuk ke dalam angkot setelah beberapa penumpang yang berada di belakang Fatimah.

Tuhan tolong aku ... untuk melupakannya, dia yang tak mungkin ada di sampingku. Tuhan tolong aku ... hapuskan cintaku, meski sepenuh hatiku untuknyaa ....

Sebuah nada panggilan seseorang berbunyi di samping Fatimah, sungguh menggambarkan suasana hatinya yang kalut. Tak sengaja pandangannya bertemu Yusuf, dan dia kaget karena baru menyadari lelaki itu ikut naik angkot. Dia memalingkan pandangan ke samping, dan menemukan seorang remaja yang memainkan hp. Ternyata itu bukan nada panggilan, memang gadis remaja itu memutar lagu dengan volume sedikit keras.

“Loh ... kamu?”

“Eh, Kakak,” ucap gadis remaja yang pernah memberikan buku waktu itu.

“Kok jam segini udah pulang?” tanya Fatimah.

Remaja SMA itu mematikan musiknya lalu menjawab, “Kakak sendiri? Nggak ada kelas?” Raut wajah Fatimah seketika berubah mendengar pertanyaan gadis itu.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang