“Yang kupikirkan sekarang bukan cinta, namun tugas yang semakin menyiksa!”
@Listya12
***
Karena beberapa hari tidak berangkat, Fatimah (yang selama ini menyamar menjadi Aisyah) dan Yusuf mendapat tumpukan tugas. Karena mereka masih semester awal, jadi mata kuliah juga masih dasar. Namun tetap saja mereka kewalahan karena harus dikumpulkan hari itu juga. Jika tidak, maka akan ada tugas tambahan yang menanti mereka.
“Aku tunggu di sini, ya.” Kiki melangkah ke meja yang mengarah ke luar jendela, sedangkan Fatimah dan Yusuf masih mencari buku untuk dijadikan referensi.
Fatimah ke arah utara, menemukan rak buku agama yang dia cari. Mata dan tangannya mencoba sejeli mungkin, untuk menjelajahi judul buku yang berbaris rapi dalam rak. Pandangannya mulai tertuju pada buku dengan judul “Fiqih Tradisonal”, kemudian dengan cepat dia menarik buku dari tempatnya. Gagal, buku tersebut sudah ditarik lebih dulu dari arah yang berlawanan. Fatimah mengintip dari celahnya, ternyata si Yusuf juga ikut mengintip dengan cengiran konyol.
“Menyebalkan!” Fatimah mengumpat dengan lirih, kemudian dia mencari buku yang lain dan masih di rak yang sama.
Sekitar lima belas menit lamanya, akhirnya Fatimah menghampiri Kiki yang sedang asik dengan gadget-nya. Dia membawa sekitar enam buku; dua untuk makul Fiqih, dua lagi untuk Bahasa Arab, sisanya makul Hadits.
“Wahh ... pas banget nih, Ai.” Yusuf ikut duduk di kursi samping Fatimah yang kosong, dengan mengambil buku yang susah payah didapatkan oleh Fatimah.
“Ini yang nemuin aku duluu!” geram Fatimah hingga matanya melotot.
“Nah makanya-”
“Makanya apa?!”
“Ssssssssssssttttt!!” Fatimah maupun Yusuf saling pandang melihat semua orang yang mengarahkan telunjuk di depan mulutnya masing-masing. Mereka berdua meminta maaf, kemudian kembali bersitegang.
“Makanya dengerin dulu, Ai ... kamu udah dapat dua buku, aku juga dapat dua tadi. Karena tugas ini berkelompok, jadi aku yang akan bikin artikelnya. Enak, ‘kan?” kata Yusuf sembari menaruh laptop yang sedari tadi masih di tangannya. Dengan hati-hati dia membuka laptop, kemudian diselingi mencari bab yang akan dijadikan artikel dalam buku tersebut. Fatimah hanya diam menahan geram, ingin membuncahkan amarah, namun harus dikontrol juga akhirnya.
Fatimah beralih ke Bahasa Arab, kemudian menyibukkan diri dalam buku tersebut. Sedangkan Kiki, dia cekikikan melihat tingkah mereka berdua. Melihat hal itu Fatimah memberikan pelototan, yang membuat Kiki sok sibuk dengan gadget-nya. Ya, diam-diam Kiki memotret mereka. Baginya pasangan ini sangat unik, dan sangat disayangkan jika tidak diabadikan dalam momen.
Hampir setengah jam mereka duduk tanpa suara, dan Yusuf yang sudah menyelesaikan artikelnya memandang ke samping. Wajah Fatimah yang terkena pancaran sinar matahari siang ini sungguh membuat Yusuf berdebar tidak karuan. Ya, menatapnya sedekat ini, memompa jantung Yusuf tanpa kontrol. Fatimah ternyata terlalu fokus, hingga tidak menyadari kalau sedang diperhatikan oleh lelaki tersebut.
“Oyy, Adek berjilbab biru ... cantik manis seperti ratu. Dapat salam dari sampingmu, sudahkah usai tugasmu?” Yusuf mencoba selirih mungkin melantunkan lagunya agar tidak mengganggu yang lain, namun bagi Fatimah yang jaraknya tidak sampai setengah meter itu adalah sebuah kebisingan yang sangat unfaedah didengarkan. Dia hanya melirik tajam sembari menggeretakkan gigi ke arah Yusuf yang membuyarkan fokusnya, dan dibalas cengiran khas milik Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]
Romance"Cinta memang rumit. Serumit itu aku menafsirkan perasaan terhadap dirimu. Karena aku bukan diriku yang kau kenal." *** Yusuf jatuh cinta pada sosok bermata cokelat yang ditemuinya saat hari pertama orientasi mahasiswa baru. Dia berusaha untuk dekat...