Those Who Are Ready To Start Over

555 55 7
                                    

"Wan pulang wan, rajin banget lo kerja." ujar Thanat ketika melewati meja Tawan. Pria itu hanya terkekeh pelan menanggapi. "Duluan ya gue." sambil lalu menepuk pundak si anak baru.

"Tawan gue juga duluan ya!" kali ini Pearwah yang berkata.

"Yo hati-hati."

Tawan hanya memasang senyum sebagai balasan untuk rekannya yang satu persatu mulai meninggalkan ruangan. Menyisakan dirinya seorang diri dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebenarnya bisa dia kerjakan esok hari, namun Tawan merupakan tipe orang yang tidak mau menumpuk pekerjaan.

"Wan, jangan lupa kunci pintunya ya."

"Oke podd."

Podd merupakan yang terakhir meninggalkan ruangan. Tawan kembali memfokuskan perhatiannya pada berkas di hadapan.

Waktu berlalu dengan cepat. Pekerjaannya untuk hari ini sudah selesai. Ia melihat jam di pergelangan tangan.

"Belom pulang lo wan? udah mau jam 7 loh."

Tawan menoleh kearah suara. "Ini mau balik bang arm, baru kelar."

"Aduh anak baru rajin banget." godanya. "Gue duluan ya."

"Yo hati-hati bang."

Pria itu kemudian membereskan meja. Memastikan bahwa semuanya sudah rapih lalu berjalan keluar ruangan, setelah mengunci pintu seperti yang sudah di instruksikan tentu saja.

Ketika ia sedang menunggu lift, suara seseorang yang familiar menginterupsi. Ia menoleh ke area resepsionis.

"Mba della belom pulang?"

"Belom mas, aku lagi nungguin putri. Pulang bareng dia."

"Oalah yaudah duluan ya mba. Hati-hati."

"Yoo mas jumpol juga hati-hati ya di jalan."

Jumpol membalas dengan senyum ramah. Berjalan menuju lift, ia menghentikan langkah ketika kedua matanya bertemu dengan Tawan. Ekspresinya langsung berubah dingin seketika.

Canggung.

Tawan dengan susah payah menelan salivanya. Menimbang-nimbang untuk menyapa atau tidak.

"Baru balik bang?" akhirnya ia bersuara. Jumpol hanya melirik malas kearahnya. "Iya." jawab pria itu sekenanya.

Hening kembali.

TING!

Keduanya berjalan masuk ke dalam lift. Tawan merutuk dalam hati kenapa laju lift yang ia naiki ini benar-benar lambat untuk sampai ke lobby. Ia melirik ragu ke arah Jumpol yang berdiri arah serong depan dari tempatnya.

TING!

Lift sampai di lobby. Jumpol berjalan keluar terlebih dahulu.

"Bang." refleks ia memanggil. Tidak tahu juga kenapa. "I think we should talk." ujarnya.

--Piece of Heart--

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Tubuhnya tergulai pasrah diatas lantai basement. Hidungnya mencium bau amis dari darah yang keluar dari sudut bibirnya. Tawan meringis pelan merasakan perih. Dia yakin pipinya pasti sudah biru sekarang.

"Anjing lo emang!" seru Jumpol keras. "Brengsek lo tawan brengsek! kampret lo!"

Bibir Tawan tersenyum lemah. "Go ahead bang." ujarnya lirih.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang