The Breakup

600 52 8
                                        

"Hun, boleh minta tolong gak ini disconnect dari layar gimana? kok gue gak bisa ya daritadi?"

Sehun hanya meliriknya sekilas. Kemudian dengan acuh berjalan mengikuti anggota lain yang satu persatu mulai meninggalkan ruang rapat. Bersikap seolah dia tidak mendengar Thi yang tengah mengajaknya berbicara.

Thitipoom menghela nafasnya dengan pelan. Mencoba untuk memaklumi.

Sudah satu minggu ini Sehun mengacuhkan dirinya sejak pembicaraan mereka tempo hari lalu.

"Okay, what was that?" ujar Gun menghampiri. Dia hanya terkejut melihat perilaku Sehun yang tidak biasa.

Tidak ada sapaan selamat pagi yang biasa dia ucapkan kepada Thi.

Tidak ada gombalan jenaka yang tidak pernah absen Ia lontarkan untuk sang pujaan hati.

Bahkan melihat kearah Thi saja rasanya dia enggan. Gun menyadari saat mereka rapat besar dengan semua kepala divisi tadi pagi. Sekaligus menyambut Namtan yang baru saja diangkat menjadi kepala divisi keuangan menggantikan Tul.

"He's pissed at me." jawab Thi.

"Loh kenapa?"

"Probably has something to do with how I turned him down."

Kedua bola mata Gun membola. "Hah?!"

--Piece of Heart--

"Tetep aja menurut gue agak kekanak-kanakan banget sih kalo dia ngediemin lo gara-gara lo gak bisa nerima dia. I mean, come on dude! man up, get over it!"

"Salah gue juga mungkin. Ya lo bayangin aja, dia abis throwing a surprise birthday party for me terus malemnya gak ada aba-aba gue langsung bilang gak bisa sama dia."

"Yeah, well you could at least wait for the next day, menurut gue." Namtan menimpali perbincangan keduanya. Thi mengangguk setuju.

"Ya tapi setidaknya gue udah ngasih statement dari awal kalo gue emang belom bisa sama siapa-siapa sekarang. Daripada gue diem aja terus dia malah ngerasa ada harapan kan? mending gue patahin aja dari sekarang."

"You are mean, you know that?" timpal Gun dengan kekehan pelan.

Ketiganya tertawa kemudian.

Thi menghembuskan nafas berat. Mendongak untuk memandang langit malam yang sunyi dari balkon apartemen. Kedua matanya menerawang dalam kegelapan.

"Gue cuma gak mau apa yang terjadi sama Jumpol dan lo-" dia melihat ke arah Namtan yang duduk disampingnya. "...keulang lagi."

Namtan balas memandangnya dengan senyuman tipis. Mengusap pelan punggung Thi lalu membawa kepala pria itu untuk bersandar pada bahunya.

--Piece of Heart--

Kedua mata Tawan menyipit tajam ketika membaca pesan dari sang adik. Pria itu akhirnya memutuskan untuk langsung menelpon Aye.

"Halo dek? maksudnya gimana? bapak sama ibu mau ke rumah Apple terus nemuin orang tuanya? mau ngapain emang mereka?" ia bertanya dengan menuntut. Nada suaranya terdengar gelisah. Tawan terdiam mendengarkan penjelasan adiknya dari line sebrang.

"Nggak ada. Mereka nggak ada omongan apa-apa sama mas. Makanya mas kaget ini kamu nanyain bapak sama ibu udah sampai di rumah Apple atau belum."

"..."

"Yaudah mas tutup dulu ya. Mas mau ke rumah Apple sekarang."

PIP

Ia mematikan panggilan secara sepihak. Tawan beranjak dari meja kerjanya dengan tergesa. Berjalan menuju ruangan Jumpol untuk meminta izin.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang